Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Denpasar membeberkan sejumlah penyebab banjir besar yang melanda Denpasar, Bali, beberapa waktu lalu. Kepala Bidang Sumber Daya Air PUPR Denpasar, Gandhi Dananjaya Suarka, menjelaskan alih fungsi lahan menjadi salah satu penyebab banjir.
"Pertama alih fungsi lahan yang masif di Denpasar secara tata ruang,. Kedua itu adalah banyak saluran yang ditutup untuk kepentingan ekonomi di Kota Denpasar, saluran-saluran drainase, sungai, dan sebagainya," kata Gandhi saat rapat gabungan bersama DPRD Bali di Kantor DPRD Bali, Rabu (1/10/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, faktor teknis juga memperparah kondisi. Letak geografis Denpasar berada di cekungan, sehingga beberapa kawasan permukiman lebih rendah dibanding sungai. Contohnya di Jalan Pura Demak dan Jalan Bumi Ayu.
"Dan yang keempat, secara non-teknis permasalahan banjir di Denpasar sudah pasti karena sampah. Karena mindset masyarakat Denpasar yang heterogen ini menganggap sungai itu sebagai tempat pembuangan sampah," beber Gandhi.
Padahal, ia melanjutkan, sungai adalah tempat yang suci dan tempat hidup kekayaan hayati di dalamnya. Tetapi malah dibuat tempat untuk membuang sampah.
Gandhi menjelaskan PUPR telah melakukan berbagai upaya mitigasi risiko bencana. Mulai dari pembangunan drainase perkotaan hingga memperbaiki saluran-saluran yang tersumbat.
Ia menyebut semua sungai hilirnya ada di Denpasar, seperti Tukad Ayung di Padang Galak, Tukad Loloan di Sanur, Tukad Ngenjung di Sidakarya, dan Tukad Undawa di Pemogan. Namun, saluran perairan juga tersumbat karena banyaknya sampah yang masuk dari hulu ke hilir.
"Apabila hujan intensitasnya tinggi dan durasi lama, air laut akan naik, semua saluran yang berasal dari sungai-sungai besar kita akan terjebak stuck dia (air) tidak akan bisa menuju laut," ungkap Gandhi.
"Dan memang sampah menjadi penyebabnya yang menyumbat aliran air karena sampah," tandasnya.
(nor/nor)