Kepala Dinas Pariwisata Bali I Wayan Sumarajaya menyebut kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali saat ini sangat tinggi. Sepanjang 2024, jumlah turis asing ke Bali mencapai 6,3 juta orang.
Jumlah ini sudah melampaui angka kunjungan sebelum pandemi COVID-19 pada 2019 yang tercatat 6,24 juta orang. Adapun periode Januari-Agustus 2025, jumlah turis asing ke Bali tercatat lebih dari 4,6 juta orang.
"Jika kondisi ini tetap normal seperti sekarang, maka di akhir 2025 angka kunjungan wisatawan asing ke Bali diperkirakan mencapai 7 juta wisatawan," ujarnya dalam acara Wonderful Indonesia Gourmet (WIG) di The Meru Sanur, Bali, Selasa (30/9/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sumarajaya menjelaskan lonjakan kunjungan turis memberikan dampak positif terhadap perekonomian Bali. Pada triwulan II 2025, pertumbuhan ekonomi makro Bali mencapai 5,95 persen.
"Kondisi ini cukup tinggi melampaui pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya mencapai 5,12 persen. Saya berharap kondisi ini bisa terus dijaga bersama. Sehingga dampak yang baik ini bisa juga dirasakan secara langsung oleh masyarakat Bali," katanya.
Dia menilai tingginya kunjungan turis membuka peluang berkembangnya usaha pendukung pariwisata, salah satunya kuliner.
Menurutnya, di era kompetisi global saat ini kreativitas dan inovasi adalah kunci utama. Pariwisata tidak hanya menjual keindahan alam, tetapi juga pengalaman, pelayanan, dan cerita yang menyentuh hati wisatawan.
Sementara itu, Deputi Bidang Pemasaran Kementerian Pariwisata Ni Made Ayu Marthini mengatakan secara nasional pihaknya menargetkan kunjungan turis asing ke Indonesia mencapai 14-15 juta orang selama 2025. Hingga Juli 2025, jumlah kunjungan turis asing ke Indonesia tercatat 8,3 juta orang.
Menurutnya, salah satu upaya menarik kunjungan turis khususnya ke Bali dilakukan melalui program WIG. Namun, ia menekankan pihaknya tidak hanya berfokus pada jumlah kunjungan, melainkan juga pada perolehan devisa.
"Kita mau balance dua-duanya. Salah satu cara adalah ini (WIG). Ketika nanti kita menjadi destinasi culinary atau gastronomi destination, mereka (turis) datang dan mereka spend karena 71 persen di Asean ini orang kalau berwisata, (keinginannya untuk) makan dan ini penting," ungkapnya.
Marthini berharap peluang ini bisa ditangkap sehingga wisatawan akan lebih lama tinggal di destinasi wisata Indonesia.
(dpw/dpw)