Selain Kecamatan Kintamani, Bangli, daerah penghasil kopi di Bali adalah Kecamatan Puputan, Tabanan. Berbeda dengan Kintamani yang terkenal dengan kopi jenis arabika, Pupuan justru menjadi penghasil kopi robusta.
Kecamatan Pupuan merupakan daerah yang sangat potensial untuk pengembangan tanaman kopi. Selain tanahnya subur, Pupuan memiliki curah hujan cukup tinggi dan memiliki lahan pertanian serta perkebunan yang cukup luas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilansir dari laman kaffkao.com, kopi robusta sudah lama ditanam di Pupuan. Pohon kopi di Pupuan ditanam pada ketinggian antara 700 hingga 1.000 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Bahkan, tanaman kopi di Pupuan ditanam bersama kakao yang konon memberikan citarasa cokelat pada kopi tersebut. Selain itu, kopi Pupuan juga memiliki rasa lain, seperti lebih creamily, agak berbunga-bunga, rasa kacang, pedas, mentega hingga timun.
Rasa identik itu tak terlepas dari proses perawatan tanaman kopi. Hal ini terkait dengan kesepakatan antarpetani untuk tidak menggunakan pupuk maupun pestisida kimia.
Selain menerapkan budi daya menggunakan pupuk organik, petani kopi di Pupuan juga menerapkan sistem subak. Sistem subak ini terbukti mampu memperbaiki kualitas tanah dan meningkatkan produksi.
Kopi Pupuan juga memiliki kadar kafein yang lebih tinggi dibandingkan dengan kopi arabika. Selain itu, tanaman kopi ini memiliki ketahanan terhadap penyakit dan hama, serta kemampuan adaptasinya yang baik terhadap lingkungan tropis.
Sementara dilansir dari unggahan akun Facebook Kopi 88, kopi robusta diperkenalkan di Pupuan pada awal abad ke-20 sebagai alternatif untuk kopi arabika. Lalu pada era 1970-an dan 1980-an, kopi Pupuan mulai dikenal sebagai salah satu jenis kopi robusta terbaik di Indonesia. Bahkan, pada era 90-an hingga 2000-an, kopi Pupuan mulai diekspor ke luar negeri.
Kopi Pupuan telah memiliki sertifikat Indikasi Geografis (IG) dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) sejak 2017. Sertifikat IG sebagai bukti keaslian dan kekhasan kopi Pupuan.
(iws/iws)