Kisah Inspiratif Barista Tunanetra di Tabanan Rintis Kopi Bayang Bali

Kisah Inspiratif Barista Tunanetra di Tabanan Rintis Kopi Bayang Bali

Ni Komang Ayu Leona Wirawan - detikBali
Minggu, 21 Sep 2025 15:30 WIB
Jery (kaus hitam) dan Iwan (kaus putih) saat meracik kopi.
Jery (kaus hitam) dan Iwan (kaus putih) saat meracik kopi. (Foto: Ni Komang Ayu Leona Wirawan/detikBali)
Tabanan -

Sambil meraba pintu, jendela, dan tembok di sisi kirinya, Iwan Cahyadi bergegas menuju sudut ruangan tempatnya meracik kopi. Pria itu lalu berbalik badan mencari gelas kaca untuk seporsi es vietnam drip.

Ia tak butuh waktu lama untuk mengubah biji kopi robusta dan arabika menjadi bubuk dengan mesin penggiling. Namun, proses penyeduhan jadi bagian tersulit. Iwan berusaha memastikan air dari tekonya tepat mengalir ke pot saringan kopi.

"Kami ikut pelatihan bikin kopi pada 2022 lalu. Sekitar dua minggu. Paling lama butuh waktunya justru menakar dan menuangkan air ini," kenang Iwan ditemui detikBali di Kopi Bayang Bali, Sabtu (20/9/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Andalkan Pendengaran dan Peraba

Dalam setiap racikan kopi, Iwan bersama barista lain membayangkan alat-alat di hadapan mereka, takaran bahan, hingga penyajian. Karena itu, kedai kopi mereka dinamai Kopi Bayang Bali.

ADVERTISEMENT

Iwan tidak pernah melihat langsung dapurnya. Pandangannya berubah keabuan sejak menjadi buta total. Namun, hal itu tidak menghalanginya berkarya.

"Ketika buat kopi, saya berhitung untuk menentukan takaran. Jemari yang diandalkan dengan ditempelkan di badan gelas. Kan panasnya terasa sampai di jari yang mana. Suara mesin dan alat juga bisa jadi ukuran. Kalau lagi berisik, gelasnya bisa diketuk. Suara yang cair dan kental kan berbeda. Itu metode saya. Tiap tunanetra punya cara sendiri-sendiri," jelas Iwan.

Barista lain dengan kondisi penglihatan rendah, I Made Jery Juliawan, menambahkan indera pendengaran dan peraba jadi tumpuan saat penglihatan tak lagi berfungsi. Ia mengaku awalnya tak terpikir membuka kedai kopi.

Kepercayaan diri muncul setelah tim mencoba membagi kopi gratis di Dalung, Badung, dan mendapat respon positif. Sejak 2023, mereka aktif berjualan lewat festival-festival.

"Karena banyak yang bertanya-tanya di mana tokonya, akhirnya memberanikan diri buka pas 8 Agustus 2025 kemarin di Tabanan karena kami tinggalnya di sini. Yang festival jalan, toko juga jalan," kata Jery.

Kedai Kopi Bayang di Tabanan

Jery (kaus hitam) dan Iwan (kaus putih) saat meracik kopi.Iwan saat meracik kopi. (Foto: Ni Komang Ayu Leona Wirawan/detikBali)

Kedai Kopi Bayang beralamat di Jalan Yeh Gangga I, Kecamatan Tabanan. Buka setiap hari pukul 09.00-18.00 Wita. Para barista tunanetra juga bisa dijumpai di festival kopi sekitar dua kali sebulan.

Dalam festival, rata-rata 50 gelas kopi terjual. Namun, Jery menekankan tujuan utama bukan mencari profit, melainkan menantang diri sekaligus membangun kesadaran masyarakat terhadap disabilitas tunanetra.

"Kami suka menantang diri. Oh, ternyata bisa ya kami dan orang-orang pada senang. Memang susah membangun kepercayaan orang bahwa tunanetra bisa. Makanya, awal-awal kami bagi kopi gratis dan masuk festival-festival," cerita Iwan.

"Orang tahunya tunanetra kan tukang pijat dan nyanyi saja. Padahal kan ada tunanetra yang tidak mau massage. Dengan kami bikin kopi, harapannya teman-teman terbuka bahwa ada sektor lain yang bisa dicoba. Kami juga terbuka jika diminta melatih buat kopi bagi tunanetra yang berencana menekuni usaha kopi," sambung Jery.

Kopi Bayang Bali juga menawarkan atraksi pembuatan kopi manual brew sembari berinteraksi dengan barista tunanetra. Pembeli bahkan bisa mencoba meracik kopi dari Pupuan dan Kintamani dengan mata tertutup, layaknya disabilitas tunanetra.

Tak hanya menjual pengalaman, cita rasa kopi mereka pun diakui nikmat. detikBali berkesempatan mencicipi es vietnam drip, salah satu menu terlaris selain kopi tubruk. Aroma kopi yang khas langsung terasa, dengan paduan rasa asam, pahit, dan manis dari kental manis.

Sementara itu, ice coffee latte terasa lebih ringan, berpadu kelembutan dan kekentalan susu sapi. Hanya saja, menu kedai ini belum dilengkapi kudapan.

Ke depan, Iwan dan Jery berencana menambah menu pendamping kopi sekaligus menata ruang kedai. Lukisan-lukisan di ruang indoor juga akan dilengkapi cerita dan pengenalan huruf braille.




(dpw/dpw)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads