Kisah Pedih Pria Ditolak Pekerjaan Ribuan Kali, Putri: Ayah Sudah Dapat Kerja?

Kisah Pedih Pria Ditolak Pekerjaan Ribuan Kali, Putri: Ayah Sudah Dapat Kerja?

Fadhly Fauzi Rachman - detikBali
Selasa, 23 Sep 2025 10:40 WIB
Ilustrasi Lowongan Kerja
Ilustrasi Lowongan Kerja (Luthfy Syahban/detikcom)
Denpasar -

Jacob Woodward hanya terdiam ketika ditanya terkait pekerjaan oleh putrinya. Musababnya, pria yang tinggal bersama keluarganya di Grand Island, New York, itu sudah melamar pekerjaan lebih dari ribuan lowongan dalam 15 bulan terakhir. Ia selalu ditolak.

Situasi ini tak hanya berat bagi Jacob, tetapi juga bagi keluarganya. Ia selalu teringat saat anaknya pulang sekolah dan bertanya: "Ayah sudah dapat kerja?"

Sampai akhirnya, sang anak berhenti bertanya karena sudah tahu jawabannya. "Itu menyakitkan. Saya terus terbayang momen itu," tutur Jacob seperti dikutip dari detikFinance, Selasa (23/9/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jacob kehilangan pekerjaan pada Juli 2024 setelah cabut dari sebuah startup layanan kesehatan bernama Decent. Semula, ia direkrut sebagai direktur produk, kemudian dipromosikan menjadi VP produk hanya dalam hitungan bulan.

Namun, tak lama kemudian perusahaan itu nyaris bangkrut hingga memutuskan untuk memangkas hampir seluruh karyawannya. Hanya Jacob dan satu orang lain yang bertahan, sampai akhirnya ia memutuskan mundur.

ADVERTISEMENT

Saat itu, Jacob optimistis bisa mendapat peluang pekerjaan baru. Ia menilai perkembangan kecerdasan buatan (AI) yang begitu cepat akan membawa banyak kesempatan. Dengan pengalamannya selama puluhan tahun, ia yakin bisa mendapat pekerjaan yang sesuai. Sial, realita tak semulus harapan.

Selama lebih dari setahun terakhir, Jacob sudah melamar 1.500 pekerjaan. Ia mengaku tidak sembarangan mengirim lamaran dan hanya memilih posisi yang menurutnya cocok dengan latar belakang dan kemampuannya.

"Kami temukan lowongan yang baru diunggah tiga hari lalu, tapi pelamarnya sudah lebih dari 1.000 orang. Akhirnya saya kirim lamaran juga, lalu coba hubungi manajer perekrutan di LinkedIn. Tapi kebanyakan tidak ada respons," ujar Jacob.

Jacob pun mulai mencari lowongan kerja dengan jangkauan yang lebih luas. Termasuk melamar kerja di sebuah toko ritel. Lagi-lagi ia tak mendapat panggilan. Padahal, Jacob mengaku rela melakukan apa saja demi mendapat tambahan penghasilan agar istrinya tidak bekerja dua kali lipat.

"Saya rela mengangkut kotoran selama 20 tahun kalau itu bisa menafkahi keluarga," imbuhnya.

Jalan panjang mencari pekerjaan itu membuat Jacob sempat berharap besar ketika hampir diterima di sebuah startup. Ia sudah sempat menjalani masa percobaan untuk menunjukkan kemampuannya hingga diberi sinyal akan direkrut.

"Setelah video call, saya sampai menangis. Rasanya seperti mimpi jadi kenyataan," ujarnya.

Namun, nasib apes tak ada di kalender. Beberapa hari kemudian, kabar itu pupus. Perusahaan menyebut posisi yang dilamar Jacob harus diisi oleh orang lokal. Jacob pun kembali menelan kekecewaan.

"Saya bisa menerima penolakan, karena sudah setahun ini selalu ditolak. Tapi yang paling menyakitkan adalah ketika sudah diberi harapan, lalu hilang begitu saja," tuturnya.

Suatu hari, Jacob mengecek tablet putrinya yang masih kecil. Betapa emosionalnya Jacob ketika menemukan kata kunci pencarian yang diketik anaknya itu: "Bagaimana cara membuat ayah bahagia?"

Jacob merasa kondisi yang dialaminya sebagai pukulan telak. Setelah 25 tahun membangun karier di dunia korporasi, kini ia harus memulai dari awal.

"Saya harus percaya diri. Anak-anak saya melihat saya berusaha. Saya tidak mau mereka hanya melihat saya sedih," kata Jacob.

Artikel ini telah tayang di detikFinance. Baca selengkapnya di sini!

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video Menaker: Hanya 5% Lulusan Perguruan Tinggi yang Bekerja di Industri Prioritas"
[Gambas:Video 20detik]
(iws/iws)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads