Kasus Amoeba Pemakan Otak Kian Menakutkan, 19 Orang Tewas

Internasional

Kasus Amoeba Pemakan Otak Kian Menakutkan, 19 Orang Tewas

Tim detikHealth - detikBali
Jumat, 19 Sep 2025 13:58 WIB
Amoeba Pemakan Otak
Amoeba pemakan otak (Foto: Getty Images/iStockphoto/sutthiphorn phanchart)
India -

Kasus Primary Amoebic Meningoencephalitis (PAM), infeksi otak dengan tingkat kematian tinggi semakin mengkhawatirkan di Kerala, India. Sudah 19 orang meninggal akibat amoeba pemakan otak tersebut.

Dikutip Reuters, tahun ini, Kerala telah mencatat 69 kasus PAM yang terkonfirmasi dengan 19 kematian, dan sebagian besar kematian dilaporkan dalam beberapa minggu terakhir.

Menteri Kesehatan Negara Bagian, Veena George, mengatakan Kerala tengah menghadapi tantangan serius dalam kesehatan masyarakat. Infeksi yang sebelumnya terkait dengan kluster di distrik seperti Kozhikode dan Malappuram, kini muncul secara sporadis di berbagai wilayah. Pasien yang terinfeksi berusia mulai dari bayi berusia tiga bulan hingga lansia 91 tahun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tidak seperti tahun lalu, saat ini kami tidak menemukan kluster yang terkait dengan satu sumber air. Kasus yang muncul bersifat tunggal dan terpisah, dan hal ini memperumit investigasi epidemiologi kami," ujarnya, dikutip dari NDTV.

ADVERTISEMENT

Menurut dokumen pemerintah Kerala, PAM menyerang sistem saraf pusat. "Infeksi ini merusak jaringan otak, menyebabkan pembengkakan otak parah, dan pada sebagian besar kasus berakhir dengan kematian. PAM termasuk langka dan biasanya terjadi pada anak-anak, remaja, serta dewasa muda yang sebelumnya sehat," tulis dokumen tersebut.

Dokumen itu juga menyoroti bahwa air tawar hangat, terutama yang tergenang, dapat menjadi media penyebaran 'amoeba pemakan otak'. Disebutkan pula bahwa amoeba masuk melalui mukosa olfaktori dan lempeng kribriform.

Hal ini membuat orang yang berenang, menyelam, atau mandi di perairan yang terkontaminasi amoeba tersebut berisiko tinggi terkena infeksi.

Dokumen itu juga menekankan bahwa pemanasan global turut meningkatkan risiko. "Perubahan iklim yang menyebabkan suhu air naik, ditambah cuaca panas yang mendorong lebih banyak orang melakukan aktivitas rekreasi di air, kemungkinan besar akan meningkatkan kontak dengan patogen ini," tulis laporan tersebut.




(mud/mud)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads