Siswa kelas X Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) PGRI 1 Kota Kediri, Jawa Timur (Jatim), patungan membelikan sepatu untuk salah satu temannya yang kurang mampu. Video mereka saat memberikan sepatu itu kemudian viral media sosial (medsos).
Video yang beredar memperlihatkan para siswa tampak ramai-ramai mendatangi salah satu siswa dan mengutarakan hendak memberikan kejutan sepatu baru. Siswa penerima sepatu baru itu lalu menutupi wajahnya karena menangis haru.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu siswa yang menjadi inisiator, Ibnu Faris, mengungkapkan sepatu itu dibeli setelah teman-teman satu kelas A3 sepakat untuk patungan Rp 5 ribu. Terdapat sebanyak 39 siswa dalam kelas tersebut.
Faris mengungkapkan temannya yang dibelikan sepatu dari hasil patungan bernama Enggar Wahyu Nicolais Saputro. Di mata Faris dan teman-temannya, Enggar adalah sosok yang spesial.
"Saya dan Enggar itu temenan, Enggar adalah sosok yang suka membuat teman-temannya tertawa. Waktu main tak sengaja melihat sepatu Enggar yang sudah bolong dan kemudian saya berkoordinasi dengan ketua kelas untuk mengajak teman-teman patungan membelikan sepatu baru untuk Enggar. Alhamdulillah teman-teman pada kompak," kata Faris, Selasa (5/8/2025) dilansir dari detikJatim.
Menurut Farris, dari total 39 anak itu berhasil terkumpul uang senilai total Rp 195 ribu. Uang hasil patungan itu lantas dibelikan sepatu baru seharga Rp 150 ribu dan sisa pembelian diberikan kepada Enggar untuk tambahan uang saku atau modal usaha jualan tempenya sehari-hari.
Semua proses itu dilakukan secara diam-diam. Bahkan, Enggar sempat harus lebih dahulu dikeluarkan dari grup WhatsApp kelas agar kejutan itu berjalan mulus.
Hal yang sama diungkapkan Muhammad Riski Febri Pratama. Remaja yang bertugas sebagai ketua kelas itu menyambut baik ide Faris membantu Enggar. Riski menegaskan teman-teman sekelasnya sudah seperti keluarga. Susah senang dirasakan bersama.
"Patungan bersama itu dilakukan saat Enggar sedang salat. Alhamdulillah semua teman sekelas ikut patungan," kata remaja 15 tahun itu.
Sementara itu, bagi Enggar, sepatu itu menjadi kejutan sekaligus momen yang sangat mengharukan bagi dirinya. "Senang punya teman-teman yang solidaritasnya tinggi dan membantu temannya yang kesulitan. Terharu," tutur Enggar.
Enggar tidak pernah berpikir teman-teman sekelasnya bakal patungan dan membelikan sepatu baru untuknya. Enggar sempat menolak sepatu hasil patungan teman-temannya itu karena merasa tak pernah meminta dan mereka juga baru bertemu 1 bulan terakhir.
Namun, teman-temannya meyakinkan Enggar bahwa dia pantas mendapatkan sepatu baru itu. Momen haru inilah yang kemudian direkam oleh teman-temannya.
"Saya mau ke kantin, lalu dicegat Faris. Lalu Zidane datang memberikan sepatu, mengatakan 'Ini sepatu buat kamu dari teman-teman.' Saya tanya ini buat siapa? Terus katanya 'buat kamu, dari teman-teman yang urunan'. Saya kaget," tambahnya.
Enggar pun mengakui sempat menangis saat dibelikan sepatu oleh teman-temannya. Ia terharu karena teringat dengan almarhum Ibunya. Sebab, sepatu butut yang sebelumnya dipakai Enggar ternyata merupakan sepatu yang sudah lama dia pakai dan merupakan pemberian Almarhum Ibunya.
"Saya jadi teringat sama ibu waktu itu," kata Enggar dengan haru.
Enggar menuturkan, sebelum sang ibu berpulang, ia memang mendapat pesan untuk selalu menjaga sepatu itu, mulai dari saat masih bagus sampai sudah butut termakan waktu.
Kini Enggar berjanji akan menjaga sepatu pemberian teman-temannya dengan baik seperti dia menjaga sepatu pemberian ibunya. "InsyaAllah sepatu pemberian teman-teman akan saya jaga dengan baik," ungkapnya.
Sekolah Sambil Jualan Tempe Mendoan
Enggar sendiri bersekolah sambil nyambi bekerja menjual tempe mendoan. Ia dan bersama kakaknya membantu salah satu warga desanya. Setiap hari setelah magrib, ia mulai membantu membuat tempe. Kemudian, sekitar pukul 2 dini hari sampai pukul 4 pagi, tempe-tempe itu dijual ke pasar, seperti Pasar Mrican dan Pasar Bulawen.
Selain itu, ia juga berjualan tempe mendoan di sekolah berkat bantuan teman-temanya. "Jam 2 pagi saya berangkat ke pasar. Setelah pulang dari pasar jam 4, goreng tempe untuk dijual di sini. Alhamdulilah berkat bantuan teman-teman," jelas bungsu dari tiga bersaudara tersebut.
Enggar sendiri bertekad menuntaskan masa belajarnya di SMK PGRI 1 Kediri. Tak pernah terpikir dalam benaknya untuk berhenti dari sekolah meski hidupnya penuh tantangan.
"Tidak ada. Saya ingin lulus sekolah sampai selesai dan mencari kerja," tegasnya.
Enggar berharap perjuangannya bisa menjadi inspirasi bagi para remaja dan anak-anak lain untuk tetap semangat.
Aksi solidaritas para siswa ini, mendapat apresiasi positif dari pihak sekolah. Meski para siswa baru berkumpul dalam satu kelas selama 1 bulan, tetapi rasa solidaritas dan simpati mereka menjadi contoh positif. Apalagi di momen masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) terkadang banyak isu tentang perundungan.
"Bangga karena memiliki anak-anak yang memiliki jiwa sosial tinggi, kompak dan juga tentunya memiliki solidaritas yang sangat kuat. Apalagi ini kan anak-anak masih kelas 10," ujar Waka Humas SMK PGRI 1 Kediri Dwi Okrin Rianto.
"Artinya apa? Artinya baru beberapa hari mereka berkenalan dan mereka sudah peduli dengan sesama temannya yang kekurangan. Itu merupakan kebanggaan kami sebagai orang tua yang ada di sekolah," tandasnya.
Artikel ini telah tayang di detikJatim. Baca selengkapnya di sini!
Simak Video "Video Sidang Perdana Aipda Robig Penembak Mati Gamma"
[Gambas:Video 20detik]
(hsa/hsa)