Pilu di Gaza, Dokter Rawat Pasien Sambil Tahan Lapar gegara Blokade Israel

Pilu di Gaza, Dokter Rawat Pasien Sambil Tahan Lapar gegara Blokade Israel

Sarah Oktaviani Alam - detikBali
Jumat, 25 Jul 2025 11:05 WIB
Palestinian doctor Hassan Zain al Din, who travels on his bicycle from one makeshift shelter to another to provide treatment and medication to displaced patients, rides past the rubble amid fuel shortages, as the conflict between Hamas and Israel continues, in Deir al-Balah, in the central Gaza Strip October 29, 2023. REUTERS/Ahmed Zakot
Foto: Salah seorang dokter di Gaza yang menaiki sepeda belasan kilometer untuk menangani pasien. (REUTERS/AHMED ZAKOT)
Bali -

Kisah memilukan di Gaza terus terjadi. Kali ini, minimnya bahan makanan membuat tim dokter dan staf medis mulai kelaparan. Meski begitu, mereka tetap bekerja demi merawat pasien yang terus berdatangan. Hingga saat ini, tindakan keji Israel yang memblokade setiap bantuan internasional membuat jutaan rakyat Gaza berada dalam kelaparan.

Para dokter dan staf medis di Gaza mengungkapkan kondisi mereka terlalu lemah untuk memberikan perawatan medis darurat pada pasien di rumah sakit. Kebanyakan warga sipil yang dirawat terluka dan kekurangan gizi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Banyak staf medis di seluruh wilayah tersebut menceritakan sulitnya mencari makanan. Kondisi ini semakin membuat kondisi kesehatan mereka sendiri menurun.

"Mereka sangat kelelahan. Beberapa pingsan di ruang operasi," kata Direktur Rumah Sakit Al-Shifa di Kota Gaza, Dr Mohammed Abu Selmia, dikutip dari The Guardian, Jumat (25/7/2025).

ADVERTISEMENT

Abu Selmia mengatakan seperti masyarakat Gaza lainnya, staf medis juga tidak menerima bantuan atau makanan apapun dalam 48 jam terakhir.

"Layanan medis akan terdampak karena staf kami tidak akan mampu bertahan lebih lama lagi dalam menghadapi bahaya kelaparan ini," sambungnya.

Banyak dokter dan praktisi medis yang mengirimkan pesan terkait kondisi kelaparan di Gaza. Mereka tidak mau disebutkan namanya karena khawatir menjadi sasaran militer Israel.

"Hari ini saya bertugas 24 jam. Di rumah sakit, mereka seharusnya memberi kami beras untuk setiap shift, tetapi hari ini mereka memberi tahu kami bahwa tidak ada beras," beber seorang dokter di Rumah Sakit Al-Shifa.

"Saya dan rekan saya (merawat) 60 pasien bedah saraf dan saat ini saya bahkan tidak bisa berdiri," tambahnya.

Seorang dokter umum sukarelawan di Rumah Sakit Al-Shifa juga mengatakan belum makan apa pun sejak kemarin. Bahkan, keluarganya tidak punya apa-apa untuk dimakan.

"Seharian saya memikirkan bagaimana saya bisa memberi mereka tepung atau lentil atau apa pun untuk dimakan. Tetapi, tidak ada apa-apa di pasar. Kami tidak bisa lagi berjalan. Kami tidak tahu harus berbuat apa," terangnya.


Dokter Bedah Tak Bisa Operasi karena Lapar

Seorang ahli bedah di kompleks medis Nasser di Gaza mengatakan bahwa beban kerja yang dihadapi staf medis yang kewalahan semakin meningkat. Ini karena semakin banyak pasien yang dirawat karena gejala yang berkaitan dengan malnutrisi.

"Ada banyak pasien yang mengalami gastroenteritis, pingsan, dan gula darah rendah di semua kelompok usia pasien yang datang ke rumah sakit," ungkapnya.

Terlihat juga peningkatan komplikasi pascaoperasi yang signifikan akibat malanutrisi. Ahli bedah yang tidak mau diungkap identitasnya itu mengaku tidak bisa makan selama dua hari karena takut gastroenteritisnya akan semakin parah.

"Dan karena tekanan darah rendah, saya harus berhenti makan saat menjalani operasi pada seorang gadis yang tertembak di perut," lanjutnya.

Abu Selmia mengatakan staf medis masih bekerja meskipun kekurangan makanan. Akan tetapi, skala malanutrisi yang mereka hadapi pada pasien memberikan beban yang sangat besar pada tenaga kerja yang sudah terkuras tenaganya dan kelelahan.

Ia mengatakan bahwa 21 anak meninggal dunia di seluruh wilayah Palestina dalam tiga hari terakhir akibat malanutrisi dan kelaparan.

"(Pasien-pasien ini) membutuhkan nutrisi khusus, tetapi tidak ada. Jadi, mereka menghadapi risikonya. Beberapa meninggal di tenda dan rumah mereka, tidak ada yang tahu tentang itu," ujar Abu Selmia.

Kepala UNRWA, Philippe Lazzarini, mengatakan timnya telah menerima laporan tentang petugas kesehatan dan bantuan di seluruh Gaza, yang pingsan karena kelaparan dan kelelahan akibat kekurangan makanan.

Beberapa staf medis berbicara tentang keharusan memutuskan apakah akan tetap bekerja dan memberikan perawatan medis darurat, atau turun ke jalan untuk mencari makanan bagi keluarga mereka.

Sementara, staf medis lainnya berbicara tentang ketakutan mereka akan dipaksa pergi ke lokasi distribusi makanan yang dikelola oleh Yayasan Kemanusiaan Gaza dan dijaga oleh Pasukan Pertahanan Israel, yang merupakan satu-satunya tempat di mana makanan dan bantuan diizinkan untuk disalurkan kepada warga sipil di Gaza.

Dalam beberapa hari terakhir, para tenaga kesehatan di Gaza secara kolektif melaporkan tingkat kerawanan pangan yang belum pernah terjadi sebelumnya, penurunan kekebalan tubuh, infeksi berulang, kelelahan parah, dan sering pingsan selama operasi atau misi penyelamatan," jelas Muath Alser, direktur Healthcare Worker Watch yakni sebuah organisasi medis Palestina.

"Kami tidak bisa hanya menerima kecaman. Kami membutuhkan tindakan segera," pungkasnya.

Artikel ini sudah tayang di detikHealth, baca selengkapnya di sini!

Halaman 2 dari 3


Simak Video "Video: Warga Gaza Butuh Bantuan, Mereka Kelaparan-Malnutrisi"
[Gambas:Video 20detik]
(hsa/hsa)

Hide Ads