Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, baru saja mengumumkan kebijakan tarif global baru, termasuk untuk Indonesia sebesar 32%. Sejumlah pakar dan netizen mempertanyakan asal persentase tarif baru ini. Muncul spekulasi perhitungan ini didapat dari ChatGPT.
Dilansir dari detikInet, beberapa pengguna X dan Bluesky mencoba meminta sejumlah artificial intelligence (AI), seperti ChatGPT, Gemini, Claude, dan Grok untuk mencari cara mudah mengatasi defisit perdagangan dan menempatkan AS di level persaingan yang setara.
Keempat chatbot AI itu memberikan jawaban yang serupa dengan rumus 'defisit perdagangan dibagi ekspor' secara konsisten, tetapi ada beberapa variasi. Grok dan Claude menyarankan untuk membagi dua nilai tarif untuk mendapatkan hasil yang lebih masuk akal, sesuai dengan ide 'diskon' tarif Trump.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
ChatGPT memperingatkan metode perhitungan mereka yang sederhana tidak memperhitungkan dinamika perdagangan internasional yang rumit. Claude juga memperingatkan defisit perdagangan bukan satu-satunya tanda perdagangan yang tidak sehat, dan tarif memiliki konsekuensi ekonomi yang kompleks.
Kebenaran Trump yang berkonsultasi dengan chatbot sebelum menentukan kebijakan perdagangan globalnya tentu masih menjadi misteri. Bisa jadi, data latihan yang dipakai chatbot-chatbot AI ini memang sejalan dengan pendekatan pemerintah AS.
Kebijakan tarif impor baru ini juga dikritik karena menargetkan beberapa pulau tidak berpenghuni. Salah satunya adalah Pulau Heard dan Kepulauan McDonald, teritori eksternal Australia yang hanya dihuni oleh pinguin dikenai tarif impor 10%.
Artikel ini telah tayang di detikInet. Baca selengkapnya di sini!
(hsa/hsa)