Angka 13 sering kali dianggap sebagai angka sial. Beberapa gedung pencakar langit bahkan tidak memiliki lantai ke-13, sementara di beberapa budaya, orang cenderung menghindari angka ini dalam berbagai aspek kehidupan.
Namun, apa sebenarnya alasan di balik anggapan ini? Apakah angka 13 benar-benar membawa kesialan, atau hanya sekadar mitos yang berkembang dari waktu ke waktu? Berikut penjelasan berdasarkan sejarah, mitos, dan sudut pandang ilmiah.
Fakta Ilmiah: Tidak Ada Bukti Angka 13 Membawa Kesialan
Secara ilmiah, tidak ada data yang membuktikan angka 13 sebagai angka sial. Hal ini diungkapkan oleh Igor Radun dari Human Factors and Safety Behavior Group di Institut Ilmu Perilaku Universitas Helsinki, Finlandia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tidak ada data, dan tidak akan pernah ada, yang mengonfirmasi bahwa angka 13 adalah angka sial," ujar Radun dikutip, dikutip dari detikEdu.
Ia menambahkan bahwa tidak ada alasan rasional untuk mempercayai bahwa angka tertentu dapat membawa keberuntungan atau kesialan. Meski begitu, angka 13 tetap dikaitkan dengan berbagai mitos dan kepercayaan turun-temurun.
Studi: Hubungan Angka 13 dengan Perilaku Manusia
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kepercayaan terhadap takhayul bisa memengaruhi perilaku seseorang. Sebagai contoh, sebuah studi tahun 1993 yang diterbitkan dalam British Medical Journal meneliti arus lalu lintas dan jumlah kecelakaan mobil di London pada setiap tanggal 13 yang jatuh pada hari Jumat antara tahun 1990 dan 1992.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada hari tersebut, lebih sedikit orang yang berkendara, kemungkinan karena pengaruh takhayul. Namun, studi ini lebih bersifat observasional dan tidak membuktikan adanya hubungan langsung antara angka 13 dan kesialan.
Sejarah dan Mitos Angka 13 di Berbagai Budaya
Kepercayaan bahwa angka 13 membawa kesialan banyak ditemukan di budaya Barat. Bahkan, ada istilah khusus untuk ketakutan terhadap angka 13, yaitu triskaidekaphobia.
Beberapa teori asal-usul mitos angka 13 antara lain:
- Mitologi Nordik: Dalam legenda Nordik, dewa Loki adalah tamu ke-13 yang tiba di sebuah pesta di Valhalla. Ia menipu peserta lain untuk membunuh dewa Baldur, yang akhirnya membawa kesedihan dan kehancuran.
- Kristen: Dalam tradisi Kristen, Yudas, murid yang mengkhianati Yesus, disebut sebagai tamu ke-13 dalam Perjamuan Terakhir.
- Angka 12 Sebagai Simbol Kesempurnaan: Dalam berbagai tradisi, angka 12 dianggap sebagai angka sempurna-jumlah bulan dalam setahun, jumlah zodiak, dan jumlah rasul Yesus. Angka 13, yang muncul setelah 12, dianggap mengganggu harmoni tersebut.
Baca juga: 10 Arti Mimpi Orang Meninggal |
Angka Sial di Negara Lain
Meskipun angka 13 dianggap sial di banyak negara Barat, budaya lain memiliki angka yang berbeda sebagai pembawa kesialan:
- Jepang: Angka 9 dianggap sial karena pelafalannya mirip dengan kata "penderitaan" dalam bahasa Jepang.
- China: Angka 4 dihindari karena pelafalannya menyerupai kata "kematian" dalam bahasa Mandarin. Hal ini membuat banyak gedung di China tidak memiliki lantai 4, mirip dengan absennya lantai 13 di gedung-gedung Barat.
Perspektif Psikologi: Mengapa Orang Percaya Angka 13 Membawa Kesialan?
Dalam psikologi, fobia terhadap angka 13 dapat dikaitkan dengan fenomena cognitive bias, di mana otak manusia cenderung mengaitkan kejadian buruk dengan sesuatu yang sudah memiliki reputasi negatif. Jika seseorang mengalami hal buruk pada tanggal 13, ia lebih mungkin mengingatnya dibandingkan kejadian serupa di tanggal lain.
Selain itu, angka 13 memang lebih jarang digunakan dalam sistem sehari-hari. Tidak ada bulan ke-13, penggaris 13 inci, atau jam yang menunjukkan angka 13. Kurangnya eksposur terhadap angka ini dapat membuatnya terasa asing dan tidak familiar, yang secara psikologis dapat menimbulkan ketidaknyamanan.
Meskipun angka 13 memiliki reputasi sebagai angka sial, tidak ada bukti ilmiah yang mendukung klaim tersebut. Kepercayaan ini lebih banyak berasal dari sejarah, mitos, dan faktor psikologis. Setiap budaya memiliki angka yang dianggap membawa kesialan, menunjukkan bahwa keyakinan ini lebih bersifat subjektif daripada sesuatu yang bersifat universal.
Artikel ini telah tayang di detikEdu. Baca selengkapnya di sini!
(dpw/dpw)