Kala Musik Jazz Mengalun di Pasar Tradisional

Kala Musik Jazz Mengalun di Pasar Tradisional

Fabiola Dianira - detikBali
Minggu, 23 Mar 2025 20:50 WIB
Suasana jam session Jazz Pasar di Pasar Tradisional Galang Ayu, Pemogan, Denpasar, Bali. (Foto:Β Fabiola Dianira/detikBali)
Suasana jam session Jazz Pasar di Pasar Tradisional Galang Ayu, Pemogan, Denpasar, Bali. (Foto:Β Fabiola Dianira/detikBali)
Denpasar -

Musik jazz kerap dipandang sebagai musik kaum elite. Aliran musik asal Amerika Serikat (AS) yang berkembang dari akar musik Afrika dan Eropa itu biasanya mengalun lembut di sudut-sudut kafe atau restoran mewah.

Namun, komunitas Jazz Pasar meruntuhkan pandangan tersebut. Mereka mematahkan eksklusivitas musik jazz dengan membawanya ke tempat yang lebih merakyat, yakni lewat pertunjukan jazz saban Minggu malam di Pasar Tradisional Galang Ayu, Pemogan, Denpasar, Bali.

Komunitas ini membenturkan kesan eksklusif musik jazz dengan suasana pasar tradisional yang identik dengan aroma tengik serta lantai berdebu. "Jazz seharusnya bisa dinikmati semua orang. Akhirnya, lahirlah Jazz Pasar ini," ungkap pendiri Jazz Pasar, Bogie Prasetyo ,Minggu (16/3/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah satu ciri khas yang paling menonjol dalam aliran musik jazz ialah improvisasi. Dari sisi instrumen, musik jazz biasanya menggunakan alat musik seperti terompet, gitar, saksofon, drum, piano, dan kontrabas atau gitar bass. Meski pentas di pasar, Jazz Pasar tetap berupaya menampilkan musik berkualitas.

Tak ada tiket masuk untuk menyaksikan musisi jazz pasar tradisional tersebut. Pengunjung pasar, Bogie berujar, bisa menikmati musik jazz sembari menyantap makanan yang harganya jauh lebih terjangkau dibandingkan yang dijual di restoran.

ADVERTISEMENT

"Di sini, orang bisa menikmati jazz berkualitas tanpa harus merogoh kocek dalam-dalam. Tidak seperti di kafe atau restoran yang mungkin kita bisa keluarkan biaya hingga Rp 200 ribu," ujar Bogie.

"Kami juga tidak dibayar, ini murni dedikasi, hati nurani," imbuhnya.

Bogie mendirikan Jazz Pasar saat pagebluk COVID-19, tepatnya pada 2021. Komunitas tersebut terbentuk saat sejumlah anggotanya yang juga musisi kafe kesulitan mendapatkan jadwal manggung. Terlebih, pemerintah menerapkan kebijakan pembatasan pada masa itu.

"Kami kehilangan pekerjaan, tidak ada kegiatan. Banyak teman yang mengalami nasib serupa," kenang Bogie.

Jazz Pasar, dia melanjutkan, hadir sebagai ruang bagi para musisi untuk berkumpul dan berbagi. Mereka kemudian menggelar pentas di tengah pasar tradisional dengan memainkan musik jazz.

"Pemilik pasar kebetulan teman saya, jadi kami mulai saja. Nothing to lose, yang penting kami kerjakan," imbuh pria asal Malang itu.

Aktivitas komunitas jazz yang menggelar pertunjukan di pasar tradisional itu ternyata dilirik oleh sejumlah musisi jazz beken di Tanah Air. Mulai dari Indro Hardjodikoro, Budhy Haryono, I Wayan Balawan, hingga Morgan Sigarlaki. Para musisi kawakan itu pun turut berkolaborasi dengan komunitas tersebut.

Tak hanya musisi, para penonton Jazz Pasar pun berasal dari berbagai profesi seperti pengacara hingga politikus. Para pengunjung pasar pun dapat bermain secara spontan atau jamming bersama Bogie dan kawan-kawan. Jam sessions Jazz Pasar di Pasar Tradisional Galang Ayu digelar setiap Minggu malam mulai pukul 19.30-23.00 Wita.

"Kami tidak membatasi musisi yang bermain di sini harus jazz fusion, standar, atau swing. Jazz, ya jazz. Kami tidak mau mengkotak-kotakkan. Kami bermain dengan semua musisi," imbuhnya.

Seiring waktu, Jazz Pasar tumbuh dan berkembang menjadi lebih dari sekadar acara musik. Di sini, solidaritas terbangun. Komunitas ini tumbuh menjadi ruang berbagi, tempat orang-orang berkumpul, dan terus saling mendukung satu sama lain.

"Musik itu mengalir, di sini nggak harus ramai. Target saya, orang datang ke sini happy dan pulang dengan kesan yang baik," ujar pria yang pernah tampil di Singapura dan Australia itu.




(iws/iws)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads