PBB Sebut Banyak yang Akan Meninggal Akibat Pemotongan Dana AS

PBB Sebut Banyak yang Akan Meninggal Akibat Pemotongan Dana AS

Rita Uli Hutapea - detikBali
Kamis, 13 Mar 2025 10:13 WIB
Trump jual visa kartu emas  Apa itu dan bagaimana cara kerjanya?
Presiden AS Donald Trump. (Foto: BBC World)
Denpasar -

Pemotongan dana bantuan luar negeri Amerika Serikat di bawah Presiden Donald Trump telah menyebabkan 'guncangan seismik' bagi kerja kemanusiaan global. Hal ini disampaikan oleh Tom Fletcher, kepala Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), yang memperingatkan bahwa banyak yang akan meninggal akibat kebijakan tersebut.

Fletcher memperkirakan bahwa lebih dari 300 juta orang di seluruh dunia membutuhkan dukungan kemanusiaan. "Laju dan skala pemotongan dana yang kita hadapi, tentu saja, merupakan guncangan seismik bagi sektor ini," ujarnya, dilansir dari detikNews, Kamis (13/3/2025).

Sejak Trump kembali menjabat sebagai presiden pada Januari lalu, Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) menjadi sasaran utama upaya pemerintahannya dalam memangkas pengeluaran. Kebijakan ini telah menimbulkan dampak berantai di seluruh dunia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah membekukan seluruh bantuan luar negeri untuk ditinjau, Departemen Luar Negeri AS pekan lalu mengumumkan penghentian 83 persen program bantuan USAID.

"Di seluruh keluarga PBB dan mitra kami, kami membuat pilihan sulit setiap hari tentang kehidupan mana yang harus kami prioritaskan, kehidupan mana yang harus kami coba selamatkan," kata Fletcher.

ADVERTISEMENT

Ia juga mengakui bahwa selama ini mereka terlalu bergantung pada pendanaan AS.

Pada Desember lalu, PBB memperkirakan dana sebesar 47,4 miliar dolar AS dibutuhkan untuk bantuan kemanusiaan tahun 2025. Namun, jumlah tersebut hanya cukup untuk membantu sekitar 190 juta orang yang membutuhkan.

Tanpa pendanaan AS, yang menurut Fletcher, telah menyelamatkan ratusan juta jiwa, perkiraan jangkauan bantuan kemanusiaan PBB semakin menurun.

"Saat ini saya memiliki rekan-rekan di Jenewa yang mencoba mengidentifikasi bagaimana kita dapat memprioritaskan penyelamatan 100 juta jiwa dan berapa biaya yang akan kita keluarkan tahun depan," tandasnya.




(dpw/dpw)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads