Kongo Memanas, Pasukan Pemberontak Kuasai Bandara Seusai Perang Saudara

Internasional

Kongo Memanas, Pasukan Pemberontak Kuasai Bandara Seusai Perang Saudara

Yogi Ernes - detikBali
Rabu, 29 Jan 2025 06:53 WIB
Civilians carry their belongings as they flee from the Nzulo camp for the internally displaced to Goma, as fighting intensifies between the M23 rebels and the Armed Forces of the Democratic Republic of the Congo (FARDC), near Goma, Democratic Republic of Congo January 22, 2025. REUTERS/Arlette Bashizi
Ribuang orang mengungsi akibat serangan pasukan pemberontak di Kongo. (Foto: REUTERS/Arlette Bashizi)
Bali -

Pasukan pemberontak M23 pimpinan Tutsi kini menguasai sebuah bandara di Republik Demokratik Kongo (DRC). Hal itu terjadi di tengah situasi yang memanas setelah perang saudara berkecamuk di negara tersebut.

Dilansir dari detikNews, peristiwa itu terjadi pada Selasa (28/1/2025) waktu setempat. Pasukan bersenjata M23 diketahui mendapatkan dukungan dari pasukan Rwanda. Kedua kelompok itu memasuki pusat Kota Goma pada Minggu (26/1/2025) malam.

Saat ini, belum diketahui bagian mana di Kota Goma yang berada di bawah kendali pasukan Kongo atau pasukan M23. Kelompok pemberontak mengeklaim telah menguasai kota itu sejak dua hari lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebuah sumber keamanan mengatakan pejuang M23 telah menguasai bandara pada Selasa. Sumber ini menyebut lebih dari 1.200 tentara Kongo telah menyerah dan dikurung di pangkalan bandara misi PBB di Kongo.

Serangan kilat ini menandai peningkatan besar di wilayah timur negara yang kaya akan mineral itu. Wilayah tersebut telah dilanda pertempuran antara kelompok bersenjata yang didukung oleh saingan regional sejak genosida di Rwanda pada 1994.

ADVERTISEMENT

Peristiwa itu juga telah memicu krisis kemanusiaan yang semakin parah. Bahkan, PBB memperingatkan ratusan ribu orang terpaksa meninggalkan rumah mereka, kekurangan pangan yang serius, penjarahan bantuan, rumah sakit yang kewalahan, hingga potensi penyebaran penyakit.

Sementara itu, jalan-jalan di Goma kini bak kota mati. Kota berpenduduk satu juta jiwa itu terletak di tepi Danau Kivu dan di perbatasan dengan Rwanda.

Destin Jamaica Kela adalah salah satu warga yang berhasil melarikan diri lewat perbatasan. Ia mengungkap kondisi di Goma kini mencekam dengan mayat bergelimang di jalanan.

"Bom berjatuhan dan menewaskan orang di mana-mana, kami melihat banyak mayat," kata perempuan berusia 24 tahun itu.

Selain di Kota Goma, situasi mencekam juga terasa di Kota Kinshasa. Sejumlah pengunjuk rasa menyerang kedutaan besar dari sejumlah negara yang terdapat di kota tersebut. Para demonstran membakar ban di luar beberapa lokasi.

Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) telah memerintahkan warganya untuk meninggalkan negara itu setelah serangan tersebut. Sementara itu, kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Kaja Kallas menilai tindakan tersebut sebagai tindakan yang sangat meresahkan.

Sejauh ini, ada sekitar 17 orang tewas dan 367 luka-luka dalam dua hari pertempuran berdasarkan laporan dari rumah sakit setempat. "Situasi kemanusiaan di dalam dan sekitar Goma masih sangat mengkhawatirkan," kata Jens Laerke, juru bicara badan kemanusiaan PBB, OCHA.

Artikel ini telah tayang di detikNews. Baca selengkapnya di sini!




(iws/iws)

Hide Ads