Israel kembali memborbardir wilayah Gaza, Palestina. Sedikitnya 15 orang terbakar hidup-hidup setelah Israel menyerang sebuah sekolah yang difungsikan sebagai kamp pengungsian di Nuseira, Gaza Tengah.
Dilansir detikNews, selain menewaskan belasan orang, puluhan warga lainnya mengalami luka-luka akibat serangan biadab tersebut. Di dalamnya ada perempuan dan anak-anak.
"Sekolah itu dibombardir dengan tembakan artileri Israel, mengakibatkan korban tewas awal sebanyak 15 orang, termasuk anak-anak, perempuan dan seluruh keluarga, dan 50 orang terluka," kata Mahmud Bassal, juru bicara badan pertahanan sipil di Gaza.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, empat orang dipastikan tewas dan sekitar 70 orang terluka setelah pesawat Israel mengebom sebuah kamp tenda yang menampung warga Palestina di halaman Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa di Deir el-Balah.
Sebelumnya, militer Israel mengonfirmasi empat tentaranya tewas akibat 'drone' atau pesawat tanpa awak milik Hizbullah menyerang pangkalan militer di Israel utara.
Menyikapi serangan Israel, termasuk serangan yang melukai pasukan perdamaian di Lebanon, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melontarkan kecaman. Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan serangan terhadap pasukan penjaga perdamaian "kemungkinan termasuk kejahatan perang".
Diberitakan sebelumnya, Israel juga menghancurkan masjid berusia 100 tahun di Lebanon bagian selatan. Masjid itu menjadi sasaran saat pertempuran sengit antara militer Israel dengan kelompok Hizbullah.
Serangan ini terjadi saat militer Tel Aviv semakin mengintensifkan pengeboman di Lebanon, terutama di bagian selatan yang menjadi area operasional Hizbullah.
"Sekitar pukul 03.45 waktu setempat, pesawat musuh melancarkan serangan udara yang menargetkan sebuah masjid tua di pusat desa Kfar Tibnit, menghancurkan sepenuhnya masjid itu," sebut kantor berita Lebanon, National News Agency (NNA), dilansir detikNews, Minggu (13/10/2024).
Tidak disebutkan lebih lanjut apakah ada korban jiwa akibat serangan tersebut.
Kepala desa Kfar Tibnit, Fuad Yassin, menuturkan kepada AFP bahwa desanya telah kehilangan tempat tercinta yang bisa menyatukan masyarakat. Desa Kfar Tibnit diketahui hanya berjarak delapan kilometer dari perbatasan Lebanon-Israel.
"Ini adalah tempat yang penting karena keluarga-keluarga biasa berkumpul di alun-alun di sebelah masjid pada acara-acara khusus," tutur Yassin dalam pernyataannya.
Baca juga: Iran Tak Takut Ancaman Israel |
Baca di detikNews
(hsa/hsa)