Cerita Santi, Wanita Bali yang Terjebak Daerah Konflik di Lebanon

Jembrana

Cerita Santi, Wanita Bali yang Terjebak Daerah Konflik di Lebanon

I Putu Adi Budiastrawan - detikBali
Senin, 14 Okt 2024 16:03 WIB
Ni Ketut Santi Suryaningsih, seorang PMI asal Banjar Sarikuning, Desa Tukadaya, Kecamatan Melaya, Jembrana, Bali, dipulangkan dari Lebanon.
Ni Ketut Santi Suryaningsih, seorang PMI asal Banjar Sarikuning, Desa Tukadaya, Kecamatan Melaya, Jembrana, Bali, dipulangkan dari Lebanon. (Foto: Dok. Istimewa)
Jembrana -

Ni Ketut Santi Suryaningsih bersyukur bisa kembali ke kampung halamannya, setelah terjebak cukup lama di daerah konflik di Lebanon. Pekerja Migran Indonesia asal Jembrana, Bali, itu dipulangkan dari Lebanon setelah militer Israel melancarkan serangan terhadap kelompok Hizbullah di sana.

Perempuan berusia 31 tahun itu tiba di Indonesia pada Sabtu (12/10) dini hari. Santi disambut haru oleh keluarga.

Santi bekerja di salah satu hotel di Lebanon sejak Januari 2023. Namun, situasi di Lebanon yang semakin memanas akibat konflik perang membuatnya harus memutuskan untuk pulang lebih awal.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya sangat bersyukur bisa kembali ke tanah air dengan selamat," ungkap Santi saat dikonfirmasi detikBali melalui telepon, Senin (14/10/2024).

Santi menceritakan pengalaman menegangkan selama berada di Lebanon. Suara ledakan bom dan sirene ambulans menjadi bagian dari kesehariannya. Rasa takut dan was-was terus menghantuinya, terutama saat konflik semakin mendekati tempat tinggalnya.

ADVERTISEMENT

"Saya tidak bisa tidur nyenyak karena terus mendengar suara ledakan bom. Saya sangat khawatir akan keselamatan saya," jelas anak keempat dari lima bersaudara ini.

Ni Ketut Santi Suryaningsih, seorang PMI asal Banjar Sarikuning, Desa Tukadaya, Kecamatan Melaya, Jembrana, Bali, dipulangkan dari Lebanon.Ni Ketut Santi Suryaningsih, seorang PMI asal Banjar Sarikuning, Desa Tukadaya, Kecamatan Melaya, Jembrana, Bali, dipulangkan dari Lebanon. Foto: Dok. Istimewa

Keputusan untuk pulang diambil setelah mempertimbangkan situasi yang semakin tidak kondusif dan juga atas saran dari Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Lebanon.

Meskipun telah kembali ke tanah air, trauma yang dialami Santi tidak serta-merta hilang. Suara ledakan bom masih terngiang di telinganya.

"Saya butuh waktu untuk bisa benar-benar pulih dari trauma ini," ujarnya.

Pemerintah Kabupaten Jembrana melalui Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian telah memberikan pendampingan kepada Santi sejak awal kepulangannya.

"Kami akan terus memantau kondisi psikologis Santi dan memberikan bantuan yang diperlukan," papar Kepala Bidang Penempatan dan Pengembangan Tenaga Kerja (P3T) Disnaker Jembrana, I Putu Agus Arimbawa.

Santi adalah salah satu dari lima PMI asal Bali yang dipulangkan dari Lebanon. Mereka dipulangkan dalam dua gelombang bersama WNI lainnya yang terjebak di daerah konflik itu.

Tiga orang tiba duluan di Bali pada 8 Oktober lalu, kemudian Santi dan satu lainnya tiba pada 11 Oktober. Mereka memilih pulang karena situasi di sana semakin memanas.




(dpw/gsp)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads