Kontroversi terjadi di Timor Leste menjelang kedatangan Paus Fransiskus di negara bekas provinsi ke-27 RI itu. Pemerintah Timor Leste memutuskan menggusur sejumlah rumah di Dili, di area Paus akan menggelar misa akbar.
Diketahui, Pemimpin Gereja Katolik Dunia itu akan melakukan perjalan apostolik ke Timor Leste pada 9-11 September. Akan ada misa akbar di sana.
Pemerintah setempat bergerak cepat. Langkah mereka untuk menggusur rumah memicu kontroversi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilansir dari detikNews, Sabtu (7/9/2024), hampir 90 orang telah diberitahu oleh pemerintah Timor Leste bahwa mereka harus mencari tempat tinggal baru sebelum Paus tiba.
Pemerintah Timor Leste membantah penggusuran tersebut terkait dengan kunjungan Paus, dan berkeras bahwa penduduk tersebut tinggal di sana secara ilegal.
Pihak berwenang telah menghabiskan sekitar US$ 18 juta (sekitar Rp 276,3 miliar) untuk kunjungan Paus selama tiga hari yang dimulai pada 9 September.
"Kami sangat sedih," kata seorang penduduk setempat, Zerita Correia.
"Mereka bahkan menghancurkan barang-barang kami di dalam rumah. Sekarang kami harus menyewa di dekat sini karena anak-anak saya masih bersekolah di daerah ini," tambahnya.
Seorang juru bicara warga mengatakan 11 keluarga akan dipindahkan sebelum Paus Fransiskus tiba di Timor Leste. Pemerintah mengeklaim telah membayar uang ganti rugi sebesar US$ 7.000 (sekitar Rp 107 juta) hingga US$ 10.000 (sekitar Rp 153 juta).
"Jumlah tersebut tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan setiap rumah tangga," kata Venancio Ximenes, saat berbicara kepada BBC.
"Tahap penggusuran berikutnya akan dilakukan setelah Paus Fransiskus pergi dan itu akan melibatkan lebih dari 1.300 keluarga," tambahnya.
Rumah-rumah yang digusur terletak di Tasitolu, daerah lahan basah di luar Dili. Selama satu dekade terakhir, ratusan orang pindah ke sana dari daerah pedesaan Timor Leste.
Banyak yang datang mencari pekerjaan di ibu kota dan membangun rumah sederhana di daerah tersebut. Pemerintah mengatakan mereka menempati rumah-rumah kosong dan tidak memiliki hak untuk tinggal di tanah tersebut.
Berbicara kepada BBC, seorang menteri mengatakan warga telah diberi tahu tentang rencana untuk membersihkan daerah tersebut pada September 2023.
"Sudah saatnya negara mengambil kembali propertinya," kata Germano Santa Brites Dias, Sekretaris Negara untuk Toponimi dan Organisasi Perkotaan.
"Tahun lalu, kami berbicara dari hati ke hati dengan masyarakat dan sekarang mereka harus pergi dan kembali ke desa mereka," tambahnya.
Diperkirakan 700.000 orang akan menghadiri misa yang dipimpin Paus Fransiskus di Tasitolu. Di sana, area seluas 23 hektare, setara dengan sekitar 40 lapangan sepak bola sedang dipersiapkan.
Selain rencana kontroversial pemerintah untuk menggusur rumah warga, para kritikus juga mempertanyakan keputusan pemerintah dalam menghabiskan sejumlah besar uang untuk kunjungan Paus Fransiskus termasuk US$ 1 juta (sekitar Rp 15,3 miliar) untuk pembuatan altar baru bagi Paus.
Menurut PBB, hampir setengah dari penduduk Timor Leste saat ini hidup di bawah garis kemiskinan nasional.
"Anggaran tahunan untuk meningkatkan produksi pangan di negara ini hanya sekitar US$ 4,7 juta (Rp 72,1 miliar)," kata Mariano Fereira, seorang peneliti dari Institut Pemantauan dan Analisis Pembangunan Timor Leste, kepada UCA News.
"Semua pengeluaran ini hampir tidak ada gunanya bagi ketersediaan pangan," tambahnya.
Kunjungan Paus Fransiskus menandai perjalanan pertama kepausan ke Timor Leste sejak Paus Yohanes Paulus II berkunjung pada 1989.
Timor Leste, yang sebelumnya dikenal sebagai Timor Timur, memiliki populasi 1,3 juta jiwa. Sebagian besar penduduk mengidentifikasi diri sebagai penganut Katolik.
(dpw/dpw)