Pertama di ASEAN, Operasi Kanker Prostat Telerobotik di RS Unud

Pertama di ASEAN, Operasi Kanker Prostat Telerobotik di RS Unud

Ni Made Lastri Karsiani Putri - detikBali
Kamis, 05 Sep 2024 19:47 WIB
Dokter Spesialis Urologi Konsultan Onkologi Prof. dr. Agus Rizal Ardy Hariandy Hamid, SpU(K), PhD, FICRS saat mencontohkan pengoperasian Edge Medical yang dipergunakan dalam telerobotik surgery di RS Universitas Udayana, Badung, Bali pada Kamis (5/9/2024)
Foto: Dokter Spesialis Urologi Konsultan Onkologi, Agus Rizal Ardy Hariandy Hamid, mencontohkan pengoperasian Edge Medical di RS Unud, Kamis (5/9/2024). (Ni Made Lastri Karsiani Putri/detikBali)
Denpasar -

RSUP Prof IGNG Ngoerah dan Rumah Sakit Perguruan Tinggi (RSPTN) Universitas Udayana (Unud) untuk pertama kalinya melaksanakan operasi telerobotik di bidang urologi. Kedua rumah sakit itu juga bekerja sama dengan RS Dr Cipto Mangunkusumo dalam operasi yang berlangsung pada Kamis (5/9/2024) sore.

Rektor Unud Ngakan Putu Gede Suardana mengatakan operasi telerobotik sebagai terobosan baru dalam sejarah ilmu kedokteran yang berkaitan dengan revolusi industri 4.0.

"Mudah-mudahan dengan kemajuan teknologi ini bisa membantu para dokter yang melaksanakan kegiatan operasi yang lebih presisi, lebih andal dan sebagainya," katanya di RS Universitas Udayana, Badung, Bali, Kamis sore.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Unud saat ini memiliki 23 program pendidikan dokter spesialis. Salah satunya adalah profesi dokter spesialis urologi. Ngakan pun berharap di masa mendatang Unud dapat memiliki alat telerobotik.

Sakit ginjal hingga gangguan prostat dapat menyerang siapa saja terlepas dari usia dan jenis kelamin penderitanya. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Nasional (Riskesdas) 2020, prevalensi untuk gagal ginjal di Indonesia tercatat 3,8 persen atau 739.208 jiwa.

ADVERTISEMENT

Operasi pengangkatan kanker prostat stadium awal di RS Unud dipimpin oleh Dokter Spesialis Urologi Konsultan Onkologi, Agus Rizal Ardy Hariandy Hamid. Menurutnya, operasi akan berlangsung sekitar tiga sampai empat jam. Sementara untuk alatnya menggunakan Edge Medical dari China.

"Kalau berbicara teknologi robotik, di luar negeri untuk kasus urologi hampir semua dikerjakan dengan robotik. Terutama, kasus yang akan kami kerjakan saat ini operasi pengangkatan kanker prostat yang stadium awal dengan menggunakan robot itu menjadi lebih baik. Outcome efek sampingnya menjadi lebih ringan dibanding dengan tidak menggunakan robot," jelas Rizal.

Dia mengungkapkan selama ini banyak pasien dengan kondisi kanker prostat berobat ke luar negeri. Kondisi itu, Rizal berujar, sempat disinggung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Sebab, tak tertangani di Indonesia.

"Karena waktu itu tim kami belum mampu melakukan tindakan operasi. Jadi, itu yang membuat kami berkembang dan mengembangkan bahwa teknologi robotik harus ada di Indonesia," terangnya.

Menurutnya, melalui telerobotik surgery tersebut para dokter di Indonesia khususnya Bali akan dipermudah dalam transfer of knowledge alias transfer ilmu pengetahuan. Rizal juga berkeinginan agar ke dunia bisa mengetahui soal Indonesia yang telah siap dari sisi sumber daya manusia, teknologi robotik, hingga telekomunikasi.

"Saya barusan memberikan persentasi tentang hal ini (telerobotik surgery) dan mendapatkan apresiasi dari teman-teman negara ASEAN karena Indonesia merupakan negara pertama yang mengerjakan operasi dengan robot ke pasien. Kalau ke manekin atau model sudah cukup banyak. Tapi, ke yang manusia kita masih negara yang pertama," beber Rizal.

Dia mengungkapkan saat ini Edge Medical belum ada di Bali. Alat yang berada di RS Universitas Udayana tersebut pun sifatnya meminjam sekitar dua sampai tiga bulan.

Harga Edge Medical saat ini sangat mahal, di atas Rp 50 miliar. Rizal pun berharap nantinya RS Universitas Udayana dan RS lainnya dapat memiliki alat tersebut untuk meningkatkan pelayanan.

Dari sekian banyak alat yang diproduksi, baru ada satu atau dua mesin yang bisa terkoneksi dengan jaringan internet 5G. Adapun jarak yang bisa dijangkau saat pengoperasian tersebut sekitar 30 ribu kilometer atau sejarak Kota Roma, Italia, ke Beijing.

"Namanya teknologi memang bisa terjadi error. Kalau kita bicara telerobotik namanya tele ya tergantung koneksi internet. Tapi, dari penelitian dan pelaporan kasus itu belum pernah terjadi. Paling tidak ngadat atau berhenti saja dan tidak membahayakan," terang Rizal.

Tim dokter sudah memiliki antisipasi atau plan B seandainya terjadi error pada alat tersebut.

"Salah satu bentuk antisipasi, tindakan operasi akan langsung diambil alih oleh tim dokter di RSUP Prof Ngoerah secara konvensional," tandasnya.




(hsa/gsp)

Hide Ads