Bak salah satu adegan di film The Ambulance, bedah jarak jauh pertama di Indonesia dan Asia Tenggara berhasil dilakukan pada Jumat (30/8/2024). Bedah itu dilakukan dari RSUP Prof Ngoerah terhadap pasien kista ginjal di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dengan metode bedah telerobotik.
"Kami menangani pasien dengan menggunakan teknik robot. Namanya, telerobotik. Kalau robotik surgery, itu (yang membedah) tangan robot, tapi pakai kabel. Kalau yang ini telerobotik, (bisa operasi) jarak jauh sekian ribu kilometer," kata Guru Besar bidang Urologi Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Udayana (Unud) Gede Wirya Kusuma Duarsa ditemui detikBali di rumahnya, Sabtu (31/8/2024).
"Di Asia Tenggara, yang kali pertama mengerjakan (pasien) dengan telerobotik, ya kami," imbuhnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Duarsa mengatakan bedah kista ginjal terhadap pasien asal Jakarta itu pada dasarnya dilakukan dengan metode Laparoskopi. Yakni, prosedur memeriksa dan mengobati kondisi bagian dalam perut atau panggul dengan alat berbentuk tabung tipis.
Hanya, dilakukan melalui tangan robot dan console box merupakan teknologi China itu. Karena dilakukan dengan teknik telerobotik, proses bedah itu dapat dilakukan jarak jauh. Tangan robot yang membedah berada di ruang operasi di RSCM, sedangkan alat pengendali tangan robotnya atau console box dijalankan di Denpasar.
"Jadi, operasi itu sendiri dengan console box. Yang bentuknya kotak itu. Nah, sebenarnya, (teknik bedah) itu sudah lama (dilakukan). Hanya, kali ini kotak (console box) berada di satu kota, tangan robotnya berada di kota lain," kata Duarsa.
Duarsa mengatakan proses bedahnya ditangani enam dokter. Tiga dokter spesialis Urologi di Jakarta dan tiga lainnya di Denpasar. Dosen FK Unud I Wayan Yudiana dan dua Guru Besar bidang Urologi FK Universitas Indonesia (UI) Ponco Birowo serta Agus Rizal Ardy Hariandy Hamid yang bertugas mengoperasikan console box dan mengawasi proses bedahnya.
Sedangkan, dirinya dan dua dokter spesialis Urologi FK UI Haidir Mochtar dan Fakhri Rahman yang bertugas mengawasi proses bedah, kondisi di dalam perut pasien, dan pergerakan tangan-tangan robotnya di RSCM. Duarsa mengatakan, jika terjadi sesuatu pada tangan robot, dirinya dan dua dokter itu yang langsung mengambil alih proses bedah menggantikan tangan robotnya.
"Kami di Jakarta membantu. Jadi, kalau ada cairan yang perlu disedot, ya kami sedot. Yang pasti, kami harus standby di sana. Kalau terjadi sesuatu seperti gangguan transmisi dan sebagainya, kami sudah siap di sana," kata pria lulusan FK Universitas Airlangga itu.
Persiapan Para Dokter Sebelum Bedah Pasien di Jakarta
![]() |
Meski ditangani oleh enam dokter spesialis dengan metode yang sudah dilakukan sejak lama, menggunakan telerobotik bukan tanpa persiapan. Uji coba semua peralatan sudah dilakukan sejak malam sebelumnya hingga dini hari sebelum digunakan untuk membedah perut pasien itu.
Tujuannya, memastikan tangan-tangan robot dan console box yang dioperasikan satu orang dapat berfungsi dengan baik.
"Dari malam sampai jam 2 pagi kami coba itu. Kami panaskan mesinnya selama 40 menit. Bagus apa tidak, stabil atau tidak, barulah kami berani (mencoba) kepada pasien. Sehari sebelumnya kami barusan melakukan robotik surgery," kata Duarsa.
Listrik dan internet 5G yang menghidupkan dan menghubungkan semua koneksi antara console box di Denpasar dengan tangan-tangan robot yang berada di kamar operasi di Jakarta. Selain itu, para dokter juga sempat latihan menggunakan alatnya.
"Kami pastikan dahulu jaringan internetnya kuat nggak. Sebelum dipakai pada manusia, kami latihan dan pastikan alatnya bisa bekerja. Kami cobakan pada boneka maneken waktu itu. Jadi, patient safety itu nomor satu," tuturnya.
Hasilnya, cukup memuaskan. Duarsa mengatakan selama proses bedah, tidak ada gangguan koneksi yang berpotensi menimbulkan keterlambatan gerak atau latensi antara pengoperasian console box di Denpasar dengan gerak tangan robotnya di Jakarta.
"Nggak ada (kendala) apa-apa. Lancar saja prosesnya. (Durasi bedahnya) nggak sampai sejam. Karena operasi yang dikerjakan, operasi sudah sering kami lakukan secara Laparoskopi atau konvensional," katanya.
Menurutnya, teknik bedah dengan alat telerobotik itu cukup efisien dan lebih presisi ketimbang jika dilakukan dengan tangan manusia. Selain itu, didukung dengan fitur koneksi internet, alat bedah telerobotik menjadi cocok dioperasikan di Indonesia terhadap pasien yang berada di daerah pelosok.
"Kepentingannya adalah penanganan pasien di seluruh wilayah Indonesia. Jadi, (alat bedah telerobotik) ini akan mereduksi kebutuhan segera dari dokter-dokter spesialis atau konsultan tertentu. Selain itu, presisinya lebih bagus dan waktu (bedah) lebih singkat," katanya.
Proses Selama Tindakan Bedah dengan Alat Telerobotik
![]() |
Yudiana menuturkan bedah telerobotik itu bukan dilakukan mendadak. Pasien itu memang sudah lama menderita kista ginjal dan sudah melalui diagnosa atau pemeriksaan. Sehingga, si pasien yang berada di Jakarta setuju dilakukan bedah telerobotik.
Bedahnya dimulai saat pasien masuk ruang operasi pukul 06.00 WIB. Setelah pasien siap, dokter selanjutnya melakukan tindakan medis seperti sterilisasi, pembiusan, dan lainnya terhadap pasien. Semua persiapan itu sudah sesuai prosedur pembedahan.
"Setelah itu, lengan robotnya dimasukkan ke dalam perut pasien. Jadi, setelah pasien diposisikan dan dalam keadaan steril, baru kami masukkan lengan robotnya," kata Yudiana.
Yudiana mengatakan, pembedahan itu menyasar kista atau benjolan pada ginjal. Benjolan di permukaan ginjal berbentuk seperti kantong berisi cairan. Sehingga, kista itu harus dihilangkan.
"Bentuknya seperti balon berisi air. Jadi kista. Sama seperti kista di rahim. Nah itu, seringkali menimbulkan rasa nyeri. Nah, kemarin itu kami sedot cairannya sekitar 700 cc," jelasnya.
(nor/dpw)