Mahendra Deg-degan Pastikan Proyek LRT Bali Tak Gunakan APBD-APBN

Mahendra Deg-degan Pastikan Proyek LRT Bali Tak Gunakan APBD-APBN

Agus Eka - detikBali
Rabu, 04 Sep 2024 18:59 WIB
Peletakan batu pertama atau groundbreaking proyek MRT di Sentral Parkir Kuta, Bali, Rabu (4/9/2024). (Foto: Agus Eka/detikBali)
Upacara pengeruwakan TOD Sentral Parkir Kuta terkait pembangunan LRT atau Bali Urban Subway, Rabu (4/9/2024). (Foto: Agus Eka/detikBali)
Badung -

Penjabat (Pj) Gubernur Bali Sang Made Mahendra Jaya mengaku deg-degan terkait pembangunan proyek lintas raya terpadu (MRT) atau Bali Urban Subway. Sebab, ia harus memastikan proyek transportasi berbasis kereta yang seluruh pembiayaannya menggunakan dana investor itu benar-benar berjalan sesuai tahapan.

"Ya deg-degan karena ini proyek besar. Ini pertama kali di Indonesia yang pendanaannya tanpa APBD maupun APBN. Ini investasi, harus kita kawal bersama," kata Mahendra Jaya seusai menghadiri upacara pengeruwakan dan peletakan batu pertama proyek Bali Urban Subway di Sentral Parkir Kuta, Rabu (4/9/2024).

Mahendra membantah kekhawatirannya itu sebagai imbas dari wanti-wanti Presiden Joko Widodo (Jokowi) beberapa waktu lalu. Jokowi sempat mengingatkan para kepala daerah yang hendak membangunan LRT agar berhati-hati dan melakukan perhitungan matang agar tidak merugi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Nggak, nggak. Itu (peringatan) kalau menggunakan APBN, APBD. Ini kan tidak," ujar Mahendra.

Konstruksi proyek Bali Urban Subway akan dibangun di bawah tanah dengan kedalaman 30 meter. Adapun, PT Sarana Bali Dwipa Jaya (SBDJ) telah menetapkan PT Indotek sebagai kontraktor utama bersama China Railway Construction Corporation (CRCC). Perusahaan tersebut akan bekerja sama dengan kontraktor lokal PT Sinar Bali Bina Karya (Sinar Bali) dalam pengerjaan konstruksi.

Meski tak menggunakan APBD maupun APBN, Mahendra berujar, pemerintah daerah tetap bisa mendapat keuntungan jika Bali Urban Subway beroperasi. "Pemda dapat share atas pendapatan itu. Jadi kita tidak keluar uang, malah dapat uang," ujarnya.

Setelah peletakan batu pertama, kini investor yang bertugas dalam pembangunan konstruksi LRT Bali sedang berproses untuk pengadaan bor raksasa atau tunnel. Mahendra berkeyakinan proyek LRT Bali tidak akan mangkrak jika alat seharga Rp 1 triliun per unit itu datang.

"April (2025) nanti ada delapan tunnel dipesan. Satu tunnel Rp 1 triliun lebih. Kalau sudah datang itu, baru agak tenang kan. Biar ada kepastian, keberlanjutan proyek ini," imbuh Mahendra.

Bali Urban Subway akan dibangun dalam empat fase. Adapun, fase satu meliputi Bandara I Gusti Ngurah Rai-Kuta Sentral Parkir-Seminyak-Berawa-Cemagi dengan panjang 16 kilometer. Kemudian, fase dua dari Bandara I Gusti Ngurah Rai-Jimbaran-Unud-Nusa Dua sepanjang 13,5 km.

Fase tiga meliputi Sentral Parkir Kuta-Sesetan-Renon-Sanur. Selanjutnya, fase empat meliputi Renon- Sukawati-Ubud. Namun, fase ketiga dan keempat masih tahap feasibility study (FS) atau uji kelayakan.

Nilai investasi untuk kedua fase pertama mencapai US$ 10,8 miliar dan untuk keseluruhan empat fase adalah US$ 20 miliar. Pembangunan fase Bandara Ngurah Rai ke Kuta Sentral Parkir ditambah keseluruhan fase 2 ditargetkan dapat selesai pada akhir kuartal kedua pada 2028. Keseluruhan fase 1 dan fase 2 diharapkan dapat beroperasi penuh pada akhir 2031.




(iws/iws)

Hide Ads