Siswa Baru di SLB Denpasar Didominasi Tunagrahita

Siswa Baru di SLB Denpasar Didominasi Tunagrahita

I Wayan Sui Suadnyana, Rizki Setyo Samudero - detikBali
Selasa, 16 Jul 2024 22:30 WIB
Kabid PK-PLK Disdikpora Bali, Anak Agung Bagus Suryawan, di SLB 2 Denpasar, Selasa (16/7/2024). (Rizki Setyo Samudero/detikBali)
Foto: Kabid PK-PLK Disdikpora Bali, Anak Agung Bagus Suryawan, di SLB 2 Denpasar, Selasa (16/7/2024). (Rizki Setyo Samudero/detikBali)
Denpasar -

Dinas Pendidikan, Kepemudaan, dan Olahraga (Disdikpora) Bali melaporkan siswa baru Sekolah Luar Biasa (SLB) di Denpasar didominasi penyandang tunagrahita. Tunagrahita adalah kondisi seseorang mengalami keterbelakangan mental atau retardasi mental sehingga memiliki kecerdasan intelektual atau intelligence quotient (IQ) di bawah rata-rata.

Kepala Bidang Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus (PK-PLK) Disdikpora Bali, Anak Agung Bagus Suryawan, menyatakan tahun ini ada peningkatan jumlah siswa tunagrahita dibandingkan sebelumnya.

"Cenderung sedikit meningkat dari tahun lalu dan ketunaannya lebih spesifik. Dari laporan kepala sekolah melalui pendataan Google Form, ketunaan yang banyak adalah tunagrahita dan autis. Jumlah pendaftar meningkat," ujar Bagus di SLB 2 Denpasar, Selasa (16/7/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bagus juga menyampaikan di SLB 1 Denpasar, yang dikenal sebagai sekolah untuk tunanetra, tahun ini tidak ada siswa penyandang ketunaan itu. Ia bersyukur jika jumlah anak dengan keterbelakangan khusus berkurang. Namun, peningkatan anak tunagrahita menjadi perhatian pemerintah.

Ia mengingatkan orang tua muda untuk lebih memperhatikan kesehatan mental istri dan mengurangi penggunaan gawai pada anak-anak. "Tolong diperhatikan kesehatan istri, psikologinya, dan jangan berikan gawai kepada anak-anak karena gadget berpengaruh," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Menurut beberapa peneliti, penggunaan gawai pada anak kecil yang berlebihan harus diawasi karena dapat memengaruhi kesehatan psikologis mereka.

Disdikpora Bali melakukan monitoring di SLB. Monitoring dilakukan guna memastikan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) di SLB berjalan sesuai aturan dan melibatkan peran orang tua.

"MPLS diadakan serentak, jadi saya dan teman-teman di bidang PK-PLK sudah dibagi tugas, ada yang ke Jembrana, Buleleng, dan lain-lain. Kami laksanakan hari ini, Kamis, dan Jumat," jelas Bagus.

Sebagai informasi, ada sebanyak 14 SLB di Bali yang tersebar di beberapa kabupaten/kota, terdiri dari 12 sekolah negeri dan dua swasta.




(iws/hsa)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads