Penyakit Ain dalam Islam serta 3 Cara Menghindarinya

Penyakit Ain dalam Islam serta 3 Cara Menghindarinya

Husna Putri Maharani - detikBali
Selasa, 25 Jun 2024 13:10 WIB
Ilustrasi penyakit ain karena posting di media sosial
Ilustrasi penyakit ain karena posting di media sosial. Foto: Getty Images/Prostock-Studio
Denpasar -

Dalam Islam ada suatu penyakit yang dipercayai sebagai penyakit nonmedis karena tidak terlihat, namun dapat dirasakan oleh pengidapnya. Penyakit nonmedis tersebut dikenal dengan penyakit ain.

Penyakit ain berawal dari pandangan terhadap orang lain yang disertakan dengan rasa iri maupun rasa takjub. Penyakit supranatural ini muncul sejak zaman dahulu, bahkan Rasulullah SAW mempercayai adanya penyakit ain ini.

Rasulullah SAW pernah menegaskan mengenai nyatanya penyakit ain dalam hadits riwayat Muslim seperti berikut:

Ψ§Ω„Ω’ΨΉΩŽΩŠΩ’Ω†Ω Ψ­ΩŽΩ‚Ω‘ΩŒ ΩˆΩŽΩ„ΩŽΩˆΩ’ ΩƒΩŽΨ§Ω†ΩŽ Ψ΄ΩŽΩ‰Ω’Ψ‘ΩŒ Ψ³ΩŽΨ§Ψ¨ΩŽΩ‚ΩŽ Ψ§Ω„Ω’Ω‚ΩŽΨ―ΩŽΨ±ΩŽ Ψ³ΩŽΨ¨ΩŽΩ‚ΩŽΨͺْهُ Ψ§Ω„Ω’ΨΉΩŽΩŠΩ’Ω†Ω

Artinya:

ADVERTISEMENT

"Ain itu benar-benar ada! Andaikan ada sesuatu yang bisa mendahului takdir, sungguh 'ain itu yang bisa." (HR. Muslim No. 2188).

Apa Itu Penyakit Ain dalam Islam?

Penyakit ain yang juga dikenal sebagai 'penyakit mata jahat' atau 'pandangan jahat' adalah keyakinan yang meluas di beberapa budaya, termasuk dalam tradisi Islam. Kepercayaan ini berupa pandangan negatif atau mata jahat dari seseorang dapat membawa dampak merugikan pada kesehatan dan kesejahteraan individu yang menjadi sasarannya.



Dalam Islam, keyakinan ini seringkali diperkuat oleh ajaran agama dan kepercayaan akan adanya makhluk halus yang mempengaruhi kehidupan manusia. Meskipun pandangan ini dapat dianggap sebagai bagian dari tradisi atau kepercayaan lokal, namun beberapa orang menganggap ini sebagai aspek yang penting dalam menjaga kesehatan dan keamanan diri mereka.

Penjelasan mengenai penyakit ain juga telah tertulis dalam Al-Qur'an surat al-Qalam ayat 51 yang berbunyi sebagai berikut.

وَΨ₯ِن ΩŠΩŽΩƒΩŽΨ§Ψ―Ω Ω±Ω„Ω‘ΩŽΨ°ΩΩŠΩ†ΩŽ ΩƒΩŽΩΩŽΨ±ΩΩˆΨ§ΫŸ Ω„ΩŽΩŠΩΨ²Ω’Ω„ΩΩ‚ΩΩˆΩ†ΩŽΩƒΩŽ Ψ¨ΩΨ£ΩŽΨ¨Ω’Ψ΅ΩŽΩ°Ψ±ΩΩ‡ΩΩ…Ω’ Ω„ΩŽΩ…Ω‘ΩŽΨ§ Ψ³ΩŽΩ…ΩΨΉΩΩˆΨ§ΫŸ Ω±Ω„Ψ°Ω‘ΩΩƒΩ’Ψ±ΩŽ ΩˆΩŽΩŠΩŽΩ‚ΩΩˆΩ„ΩΩˆΩ†ΩŽ
Ψ₯ΩΩ†Ω‘ΩŽΩ‡ΩΫ₯ Ω„ΩŽΩ…ΩŽΨ¬Ω’Ω†ΩΩˆΩ†ΩŒ

Wa iy yakādullaΕΌΔ«na kafarα»₯ layuzliqα»₯naka bi`abṣārihim lammā sami'uΕΌ-ΕΌikra wa yaqα»₯lα»₯na innahα»₯ lamajnα»₯n

Artinya:

"Dan sesungguhnya orang-orang kafir itu benar-benar hampir menggelincirkan kamu dengan pandangan mereka, tatkala mereka mendengar Al-Quran dan mereka berkata: 'Sesungguhnya ia (Muhammad) benar-benar orang yang gila'."(QS al-Qalam: 51)

Cara Menghindari Penyakit Ain

Jika Anda khawatir terkena penyakit ain, Anda dapat menghindarinya dengan beberapa cara berikut ini.

1. Membaca Ayat-ayat Suci

Membaca ayat-ayat suci Al-Quran, seperti Surah Al-Fatihah, Surah Al-Ikhlas, dan Ayat Kursi, dianggap memiliki kekuatan untuk memberikan perlindungan spiritual. Praktik membaca ayat-ayat tersebut secara rutin diyakini dapat membentengi diri dari pengaruh negatif dan meningkatkan koneksi spiritual dengan Tuhan. Ini sering dianggap sebagai langkah penting dalam menjaga kestabilan emosional dan kesejahteraan spiritual.

2. Berperilaku Baik dan Jauhi Niat Buruk

Dalam ajaran Islam, penting untuk memelihara perilaku yang baik, jujur, dan menjauh dari niat buruk karena diyakini bahwa hal ini dapat membantu dalam mencegah dampak negatif yang mungkin muncul dari emosi seperti kemarahan atau hasutan. Menjaga integritas dan kesucian hati adalah prinsip yang ditekankan untuk menciptakan harmoni dalam hubungan antarmanusia serta untuk memperkuat ikatan dengan Allah.

3. Perbanyak Doa dan Dzikir

Memperbanyak doa dan dzikir yang merupakan upaya untuk mengingat Allah, bukan hanya memperkuat ikatan spiritual seseorang dengan Yang Maha Tinggi, tetapi juga membantu dalam menciptakan kedamaian dalam jiwa. Dengan merenungkan nama-nama Allah dan mengucapkan doa-doa, seseorang dapat merasakan ketenangan batin yang membantu dalam menghadapi tantangan hidup. Selain itu, praktik ini juga dapat menjadi pijakan kuat dalam menjaga kesehatan mental dan emosional, memberikan ketenangan pikiran serta kestabilan emosional dalam menghadapi berbagai situasi.

Artikel ini ditulis oleh Husna Putri Maharani peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(nor/nor)

Hide Ads