Apa itu Skizofrenia? Kenali Gejala dan Proses Penyembuhannya

Apa itu Skizofrenia? Kenali Gejala dan Proses Penyembuhannya

Rusmasiela Mewipiana Presilla - detikBali
Kamis, 09 Mei 2024 22:36 WIB
Ilustrasi Skizofrenia
Skizofrenia. Foto: Edi Wahyono
Denpasar -

Di tengah perubahan budaya yang semakin mengakui pentingnya kesehatan mental, gerakan kesadaran kesehatan mental semakin membara. Dari selebritas hingga pejabat pemerintah, orang-orang dari berbagai latar belakang mulai mengangkat isu kesehatan mental dengan lebih terbuka dan aktif.

Layanan kesehatan mental, baik online maupun offline, melihat peningkatan permintaan yang signifikan, menunjukkan bahwa orang-orang semakin nyaman dalam mencari bantuan profesional. Selain itu, media sosial dan platform digital juga menjadi sarana penting dalam menyebarkan informasi, sumber daya, dan cerita inspiratif tentang kesehatan mental.

Salah satu penyakit mental yang akan dibahas kali ini adalah mengenai skizofrenia, Ton! Penasaran? Yuk disimak!

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Apa itu Skizofrenia?

Skizofrenia adalah gangguan mental yang memengaruhi otak dan memicu munculnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan, dan perilaku yang tidak biasa. Istilah tersebut berasal dari dua kata, "Skizo" yang berarti retak atau pecah, dan "frenia" yang merujuk pada jiwa.

Dengan demikian, skizofrenia dapat dijelaskan sebagai kondisi di mana seseorang mengalami keretakan atau perpecahan dalam kepribadian mereka. Gangguan ini ditandai oleh distorsi dalam proses pikir, afek atau emosi, kemauan, dan psikomotor, serta terjadi disharmoni antara elemen-elemen tersebut.

ADVERTISEMENT

Gejala utama meliputi waham, halusinasi, dan asosiasi terbagi-bagi yang dapat menyebabkan ketidakselarasan dalam perilaku dan pikiran.

Tanda dan Gejala Skizofrenia

• Gejala Positif Skizofrenia:

1. Delusi atau Waham: Ini adalah keyakinan yang tidak rasional atau tidak masuk akal, yang bertahan meskipun tidak ada bukti yang mendukungnya. Sebagai contoh, seseorang mungkin yakin bahwa mereka sedang dikejar oleh agen rahasia tanpa alasan yang jelas.

2. Halusinasi: Ini adalah pengalaman sensorik yang tidak nyata, seperti mendengar suara atau melihat gambaran yang tidak ada sumbernya. Seseorang mungkin mendengar suara-suara yang memerintahkan atau mengkritik mereka, meskipun tidak ada orang lain di sekitar mereka.

3. Kekacauan Alam Pikir: Ini mencakup pembicaraan yang tidak terorganisir atau kacau, di mana seseorang sulit untuk mengikuti alur pikirannya. Mereka mungkin melompat dari satu topik ke topik lainnya tanpa keterkaitan yang jelas.

4. Gaduh dan Agresif: Gejala ini mencakup perilaku yang tidak biasa seperti gelisah, agresif, atau bahkan kekerasan fisik. Seseorang mungkin menjadi sulit untuk diatur, mondar-mandir, atau menunjukkan tanda-tanda gelisah yang tidak biasa.

5. Perasaan Dirinya Besar: Ini adalah perasaan yang berlebihan akan kemampuan atau kekuatan diri sendiri. Seseorang mungkin merasa bahwa mereka memiliki kekuatan yang luar biasa atau memiliki peran penting dalam peristiwa besar.

6. Ketakutan Berlebihan: Seseorang mungkin merasa takut atau cemas tanpa alasan yang jelas, atau mungkin merasa bahwa mereka sedang dihadapkan pada ancaman yang tidak ada.

7. Menyimpan Perasaan Permusuhan: Ini mencakup kecenderungan seseorang untuk menyimpan perasaan permusuhan terhadap orang lain, bahkan tanpa alasan yang jelas.

• Gejala Negatif Skizofrenia:

1. Alam Perasaan Tumpul: Seseorang mungkin tampak tidak ekspresif secara emosional, dengan wajah yang datar dan tidak menunjukkan reaksi emosional yang biasa.

2. Isolasi Sosial: Ini mencakup enggan atau kesulitan seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain, dan mungkin lebih memilih untuk menyendiri atau menghindari situasi sosial, bahkan melamun.

3. Kontak Emosional yang Miskin: Seseorang mungkin sulit diajak bicara atau kurang responsif terhadap interaksi sosial, dan mungkin tampak tidak tertarik pada orang lain.

4. Pasif dan Apati: Ini mencakup kurangnya minat dan motivasi dalam aktivitas sehari-hari, serta kecenderungan seseorang untuk menjadi pasif dan tidak bersemangat.

5. Kesulitan Berpikir Abstrak: Seseorang mungkin memiliki kesulitan dalam memahami konsep-konsep abstrak atau ide-ide yang tidak langsung, dan mungkin lebih nyaman dengan pemikiran yang konkret dan langsung.

6. Pola Pikir Stereotip: Seseorang mungkin cenderung memiliki pola pikir yang kaku dan terbatas, dan mungkin sulit untuk berpikir secara fleksibel atau mengikuti ide-ide baru.

Jenis-jenis Skizofrenia

1. Skizofrenia Paranoid:

o Skizofrenia paranoid adalah jenis yang paling umum terjadi.
o Gejalanya meliputi delusi dan halusinasi terhadap ketakutan tertentu.
o Penderita cenderung memiliki kecurigaan berlebih pada orang di sekitarnya.

2. Skizofrenia Katatonik:

o Skizofrenia katatonik adalah jenis yang langka.
o Ditandai dengan gerakan tiba-tiba, tidak biasa, dan terbatas.
o Penderita bisa beralih dari sangat aktif ke diam dalam sekejap.

3. Skizofrenia Tidak Terdiferensiasi:

o Menunjukkan berbagai gejala dari jenis skizofrenia lainnya.
o Penderita bisa mengalami kombinasi tidak banyak bicara, kebingungan, dan paranoid.

4. Gangguan Skizoafektif:

o Penderita mengalami delusi disertai dengan gejala gangguan mood atau suasana hati.
o Kondisi ini menggabungkan gejala skizofrenia dengan gangguan mood seperti depresi atau mania.

Proses Penyembuhan

1. Mengonsumsi Obat:

• Obat harus diresepkan oleh dokter yang memahami kondisi pasien.
• Seiring perbaikan kondisi, dosis obat dapat dikurangi.
• Penting untuk konsisten mengonsumsi obat seumur hidup untuk mencegah kambuhnya skizofrenia.

2. Terapi Kognitif dan Perubahan Tingkah Laku:

• Terapi ini bertujuan untuk melatih pola pikir seseorang.
• Selain itu, juga melatih cara bertindak melalui sesi terapi.
• Dokter akan membantu pasien dalam mengembangkan strategi menghadapi gejala dan mengelola stres.

3. Dukungan dari Keluarga dan Lingkungan:

• Dukungan dari keluarga dan lingkungan sangat penting dalam proses penyembuhan.
• Memberikan dukungan emosional dan praktis kepada pasien dapat membantu mereka merasa didukung dan diterima.
• Menciptakan lingkungan yang aman dan stabil juga penting dalam memfasilitasi proses penyembuhan.

Artikel ini ditulis oleh Rusmasiela Mewipiana Presilla peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(nor/nor)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads