Hari Buku Sedunia yang jatuh pada 23 April. Hari Buku Sedunia ditetapkan oleh UNESCO pada 23 April 1955 dengan tujuan untuk mempromosikan tentang kesenangan atau kegembiraan tentang buku atau aktivitas membaca. Perayaan ini juga sebagai wujud kepedulian tentang minat dan pentingnya membaca bagi masyarakat di seluruh dunia.
Untuk merayakan peringatan Hari Buku Sedunia, detikBali akan memberikan rekomendasi buku fiksi yang dapat dibaca ketika senggang. Berikut ini lima rekomendasi buku untuk Anda:
1. Bumi Manusia oleh Pramoedya Ananta Toer
![]() |
'Bumi Manusia' adalah sebuah novel fiksi dengan genre drama sejarah yang ditulis oleh Pramoedya Ananta Toer dan terbit pada 25 Agustus 1980. Novel ini berlatar belakang pada periode penjajahan Belanda di Indonesia. Cerita ini berfokus pada kehidupan seorang pemuda pribumi bernama Minke, yang bersekolah di H.B.S, sebuah sekolah setingkat SMA yang diperuntukkan bagi orang Eropa, Belanda, dan elite pribumi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Minke, yang sebenarnya bernama Tirto Adhi Soerjo, adalah anak seorang Bupati Wonokromo yang direncanakan akan mengikuti jejak ayahnya menjadi seorang bupati, tetapi ia menolak hal itu. Meskipun demikian, Minke adalah siswa yang pandai di H.B.S, menyukai sastra, dan mahir dalam menulis. Tulisannya sering dimuat di koran Belanda dengan nama samaran Max Tollenaar.
Meskipun Minke dihormati di sekolah Belanda, pendidikannya membuatnya sangat mengagumi bangsa Eropa, terutama karena pengaruh gurunya, Juffrouw Magda Peters. Dia kehilangan minat pada budaya Jawa dan lebih memilih menghormati budaya Eropa.
Namun, seiring berjalannya cerita, Minke mulai menyadari bahwa bangsa Eropa yang ia sanjung sebenarnya adalah penindas bangsa lain. Pramoedya menggambarkan secara mendalam bagaimana Minke dari awalnya mengagumi hingga akhirnya membenci perbuatan penindasan yang dilakukan oleh bangsa Eropa yang selama ini telah ia kagumi.
2. Kubah oleh Ahmad Tohari
![]() |
Karman, yang sebelumnya adalah tawanan politik dari Partai Komunis Indonesia (PKI) di Pulau Buru, akhirnya dibebaskan setelah hampir dua belas tahun penahanan. Meskipun bebas, ia merasa bimbang dan penuh kekhawatiran karena tidak tahu apa yang akan dilakukannya ketika kembali ke kampung halamannya. Di dalam hatinya, Karman berharap dapat melakukan sesuatu yang positif sebagai upaya penebusan atas masa lalunya sebagai mantan tawanan politik.
Setelah pulang dari penjara, Karman teringat akan berbagai peristiwa yang telah ia alami ketika tinggal di Desa Pagetan. Ia mengenang masa kecilnya yang berasal dari keluarga priayi hingga saat bertemu dengan perempuan yang dicintainya.
Kedatangan Karman disambut dengan hangat oleh penduduk desa, terutama oleh anak-anak yang merindukannya. Namun, di balik kehangatan itu, Karman merasa terluka karena mengetahui bahwa istrinya, Marni, telah menikah dan memiliki dua anak. Meskipun begitu, Karman hanya bisa menerima kenyataan tersebut dengan hati yang pasrah.
Saat Karman kembali, penduduk desa sedang sibuk memugar Masjid Haji Bakir. Semua warga bekerja gotong-royong dan menyisihkan sebagian penghasilannya untuk membantu memperbaiki masjid tersebut. Bagi Karman, kesempatan untuk membantu memperbaiki masjid adalah kesempatan untuk beramal dan berbakti kepada Allah yang masih memberinya kehidupan.
Oleh karena itu, Karman dengan tulus menyatakan kesanggupannya untuk membuat kubah masjid tersebut. Ia merasa lega dan terbebas dari tekanan batin karena telah berbuat baik bagi masyarakat dan kemuliaan-Nya. Di kubah masjid itu, terukir kaligrafi indah dari empat ayat Surat Al-Fajr, mengingatkan jiwa yang tenang untuk kembali kepada kebenaran hakiki dan memasuki kedamaian abadi di surga Allah.
3. Ronggeng Dukuh Paruk oleh Ahmad Tohari
![]() |
Buku ini adalah novel karya Ahmad Tohari, seorang penulis asal Banyumas, yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1982. Ceritanya mengisahkan tentang kisah cinta antara Srintil, seorang penari ronggeng, dengan Rasus, seorang teman masa kecil yang menjadi tentara.
Latar belakang cerita berada di Dukuh Paruk, sebuah desa kecil yang dilanda kemiskinan, kelaparan, dan kebodohan. Cerita ini berlangsung pada tahun 1960-an yang dipenuhi dengan gejolak politik.
Meskipun pada penerbitan awal terdiri dari tiga buku (trilogi) - Catatan Buat Emak, Lintang Kemukus Dini Hari, dan Jantera Bianglala - namun dalam edisi ini ketiga buku tersebut digabung menjadi satu.
4. Nyali oleh Putu Wijaya
![]() |
Buku Nyali merupakan bagian dari seri novel yang dikenal sebagai "Rumah Kaca", yang ditulis oleh Putu Wijaya. Dalam novel ini, cerita berpusat pada tokoh bernama Kropos, seorang prajurit, pemberontak, dan warga yang mengabdikan dirinya.
Kropos merupakan individu yang terlibat dalam konflik internal antara kebanggaan dan nilai-nilai yang berbeda. Perjalanan hidupnya berdampak pada banyak orang, termasuk seorang guru, seorang ibu, dan seorang anak.
Selain itu, "Buku Nyali" juga menggambarkan kehidupan di kawasan perkotaan yang penuh dengan masalah sosial dan politik. Putu Wijaya menggambarkan perilaku dan tindakan individu dalam menghadapi situasi kehidupan yang penuh ancaman, serta pentingnya kekuatan moral dalam mengatasi berbagai masalah.
Novel ini menjadi bagian dari seri "Rumah Kaca", yang secara keseluruhan menggambarkan kehidupan di kawasan perkotaan serta perjuangan individu dalam menghadapi tantangan hidup.
5. Anak Tanah Air, Secercah Kisah oleh Ajip Rosidi
![]() |
"Buku Anak Tanah Air, Secercah Kisah" adalah novel yang ditulis oleh Ajip Rosidi. Ceritanya mengisahkan seorang anak manusia di Jakarta yang terpengaruh oleh upaya penjajahan pikiran dari kader-kader PKI karena kepolosannya.
Novel ini menggambarkan kehidupan seorang anak di Jakarta yang menghadapi ancaman. Selain itu, cerita juga menyoroti konflik dan perilaku dalam masyarakat, termasuk peran kader-kader PKI yang menjadi ancaman bagi kehidupan anak tersebut.
Ajip Rosidi menampilkan perilaku dan tindakan individu di dalam situasi kehidupan yang menakutkan, serta pentingnya kekuatan moral untuk mengatasi berbagai masalah.
"Buku Anak Tanah Air, Secercah Kisah" merupakan bagian dari seri novel "Rumah Kaca" yang juga membahas kehidupan warga perkotaan dan perjuangan individu dalam menghadapi situasi yang sulit.
Artikel ini ditulis oleh Husna Putri Maharani, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(nor/nor)