Porter di Terminal Mengwi Kerap Rindu Suasana Ramai Lebaran

Badung

Porter di Terminal Mengwi Kerap Rindu Suasana Ramai Lebaran

I Wayan Sui Suadnyana, Agus Eka Purna Negara - detikBali
Minggu, 14 Apr 2024 19:12 WIB
Porter di Terminal Mengwi, Badung, mengantar barang bawaan penumpang saat momen Lebaran, Minggu (14/4/2024). (Agus Eka Purna Negara/detikBali)
Foto: Porter di Terminal Mengwi, Badung, mengantar barang bawaan penumpang saat momen Lebaran, Minggu (14/4/2024). (Agus Eka Purna Negara/detikBali)
Badung -

Ratusan orang memadati Terminal Mengwi di Kabupaten Badung, Bali, saat momentum Lebaran. Keramaian di terminal ini memang hanya terjadi di saat momen khusus, seperti hari raya dan liburan.

Suasana inilah yang dirindukan oleh para porter atau pramuantar barang di Terminal Mengwi. Sebagai petugas pengangkut barang, mereka sangat bergantung dengan hadirnya penumpang.

Ni Nengah Sunying adalah satu dari sekian porter yang mencoba mengais rezeki di Terminal Mengwi. "Sudah siap-siap di sini (terminal) jam 9 pagi," kata Sunying saat ditemui detikBali, Minggu (14/4/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sunying menceritakan porter di Terminal Mengwi hanya diperbolehkan menunggu di lobi. Ia dan teman-temannya sesama porter boleh menawarkan jasa angkut barang jika ada penumpang yang datang. "Ada yang mau, ada yang nggak mau," ungkapnya.

Sunying yang akrab disapa Bu Jero itu sudah sekitar 25 tahun menjadi porter. Ia awalnya menjadi porter di Terminal Ubud, Denpasar, namun pindah ke Terminal Mengwi sekitar delapan tahun lalu.

Pendapatan Sunying jauh menurun jika dibandingkan saat masih nongkrong di Terminal Ubung. Sebab, tidak banyak penumpang yang naik di Terminal Mengwi lantaran beberapa bus menerima penumpang di garasi masing-masing.

ADVERTISEMENT

"Nggak banyak jadinya yang minta porter karena barang penumpang kan sudah di bagasi. Mereka naik di garasi. Sisanya saja yang di terminal," ungkapnya.

Namun situasi di terminal setali tiga uang. Tidak banyak penumpang yang mau mengambil jasa Sunying untuk diangkut barangnya dari lobi menuju bus yang jaraknya sekitar 100 meter. Mereka memilih membawa sendiri saat turun dari mobil menuju ruang tunggu keberangkatan.

"Kalaupun ada yang mau. Paling seikhlasnya. Kadang Rp 10 ribu, kadang Rp 15 ribu. Pernah dikasih Rp 2 ribu karena dikira tukang parkir yang bantu bawa barang," kenangnya.

Walhasil, Bu Jero yang kini berusia 60 tahun itu pernah merasakan tidak bawa uang sepeser pun sepulang dari terminal. Itu terjadi saat arus keberangkatan ke luar Bali sedang sepi, atau hari biasa.

"Waktu itu sampai di dalam (ruang tunggu), dia nggak mau bayar. Saya bilang, nggih saya bantu bawakan barang ibu saja'. Saya nggak boleh paksa penumpang. Kalau dapat ya dapat. Kalau nggak mau, jangan dipaksa," katanya.

Karena itu, kata Sunying, momen Lebaran ini amat dinanti. Dari situ, dia setidaknya bisa membawa uang pulang rata-rata Rp 70 ribu sampai Rp 100 ribu per harinya selama Lebaran.

Perempuan asal Bangli yang tinggal di Ubung, Denpasar, ini mengaku ikhlas bekerja sebagai porter. Ia tetap setia dengan pekerjaannya karena sudah dilakoni sejak lama, terlebih tidak ada lagi keahlian lain yang bisa diandalkan. Sunying bersyukur tetap diberikan berkah meski tidak melimpah.

Tidak hanya Sunying, ada lima orang lainnya yang juga menggantungkan garis hidup sebagai tukang pengantar barang di Terminal Mengwi. Salah satunya Kadek.

Pria 50 tahun asal Batubulan, Gianyar, itu hampir 30 tahun menjadi porter. Agar ada prinsip pemerataan, mereka biasanya membagi jatah sesama porter. Jika Kadek sudah dapat penumpang, selanjutnya menjadi jatah porter lainnya.

Arus mudik mulai sejak 5 hingga 7 April lalu. Namun sampai kini masih terlihat ada pemudik di Terminal Mengwi. Para porter masih antusias bekerja membawakan barang penumpang di Terminal Mengwi.




(dpw/dpw)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads