Israel marah kepada Amerika Serikat (AS) setelah Dewan Keamanan (DK) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyetujui resolusi gencatan senjata di Jalur Gaza. Israel bereaksi keras atas sikap AS yang tidak menggunakan hak vetonya dan lebih memilih memberikan suara abstain.
Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu menyebut sikap AS tersebut merupakan "kemunduran yang jelas" dari posisi sebelumnya. Netanyahu menilai resolusi DK PBB akan merugikan upaya Israel untuk membebaskan lebih dari 130 sandera yang masih ditahan Hamas.
Sebagai bentuk kemarahan terhadap AS, Netanyahu langsung mengumumkan pembatalan rencana kunjungan delegasi tingkat tinggi ke Washington. Rencananya, kunjungan itu untuk membahas rencana operasi militer Israel ke Kota Rafah, Jalur Gaza bagian selatan.
"Menyoroti perubahan posisi Amerika, Perdana Menteri Netanyahu memutuskan bahwa delegasi tidak akan pergi," tegas kantor PM Israel dalam pernyataannya, dikutip dari detikNews.
Sebelumnya, sebanyak 14 negara anggota Dewan Keamanan PBB memberikan suara dukungan untuk resolusi yang menuntut gencatan senjata segera antara Israel dan Hamas yang berperang di Jalur Gaza selama lima bulan terakhir.
AS, sebagai salah satu negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB yang memiliki hak veto, memutuskan untuk memberikan suara abstain dalam voting resolusi tersebut yang digelar pada Senin (25/3/2024) waktu setempat.
Suara abstain dari AS itu meloloskan resolusi gencatan senjata di Jalur Gaza untuk pertama kalinya oleh Dewan Keamanan PBB setelah Washington, yang merupakan sekutu Tel Aviv, sebelumnya selalu menggunakan hak vetonya untuk menggagalkan resolusi serupa.
Resolusi yang berhasil disetujui itu "menuntut gencatan senjata segera di bulan Ramadan yang dihormati oleh semua pihak yang mengarah pada gencatan senjata berkelanjutan yang bertahan lama, dan juga menuntut pembebasan semua sandera dengan segera dan tanpa syarat".
Pembatalan kunjungan itu membuat bingung dan kecewa AS, yang menganggap langkah semacam itu sebagai reaksi berlebihan dari Israel.
Gedung Putih, dalam pernyataannya, menyangkal bahwa suara abstain yang diberikan AS dalam voting resolusi Dewan Keamanan PBB mencerminkan perubahan dalam kebijakan Washington.
"Suara kami tidak, dan saya ulangi bahwa hal itu tidak mencerminkan perubahan dalam kebijakan kami. Tidak ada yang berubah mengenai kebijakan kami. Tidak ada," tegas juru bicara keamanan nasional Gedung Putih, John Kirby.
Dalam pernyataan terpisah, Duta Besar Israel untuk PBB Gilad Erdan juga memberikan reaksi keras atas diloloskannya resolusi Dewan Keamanan PBB tersebut.
"Pembantaian oleh Hamas yang memulai perang ini. Resolusi yang baru saja divoting membuat seolah-olah perang dimulai dengan sendirinya. Israel tidak memulai perang ini, dan Israel juga tidak menginginkan perang ini," ucapnya.
Sementara itu, Hamas menyambut baik diloloskannya resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera di Jalur Gaza. Hamas, dalam pernyataannya, juga "menegaskan kesiapan untuk segera melakukan pertukaran tahanan oleh kedua pihak".
(hsa/hsa)