Saling Sindir AHY dan Koalisi Perubahan, NasDem Paling Menohok

Saling Sindir AHY dan Koalisi Perubahan, NasDem Paling Menohok

Tim detikNews - detikBali
Senin, 25 Mar 2024 09:57 WIB
Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), bercerita peran partainya dalam memenangkan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
Foto: Agus Harimurti Yudhoyono saat pidato dalam acara buka bersama Partai Demokrat di Jakarta, Sabtu (23/3/2024). (Ori Salfian)
Bali -

Ketua Umum (Ketum) Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Koalisi Perubahan belakangan terlibat aksi saling sindir. Ini bermula dari 'serangan' AHY yang menyebut bisa hancur lebur jika tetap berada di tempat lama atau mengacu pada Koalisi Perubahan sebagai pengusung pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar.

Awalnya, AHY merasa bersyukur berada di dalam Koalisi Indonesia Maju (KIM) yang mendukung Prabowo-Gibran dalam kontestasi Pilpres 2024. AHY menilai posisi Partai Demokrat di KIM merupakan jalan terbaik yang diberikan Tuhan.

"Semua adalah jalan terbaik yang diberikan Allah SWT kepada kita semua. Banyak sekali hikmahnya," kata AHY dalam pidato buka puasa bersama Partai Demokrat di Hotel Four Season, Jakarta Selatan, Sabtu (23/3/2024), dikutip dari detikNews, Senin (25/3/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

AHY kemudian menyebut bisa saja nasib Partai Demokrat tidak sebaik saat ini jika masih berada di koalisi yang lama. Menurutnya, jika Partai Demokrat masih berada di koalisi lama bisa saja akan ditinggalkan.

"Sekali lagi kita bayangkan, coba kita masih di tempat yang lama, hancur lebur, betul? Kita tahu belum selesai, semua sudah ke sana kemari. Kalau kita di sana kemarin, kita ditinggalkan sendiri, yang lain sudah kemarin-kemarin, karena kita tidak mudah menyatakan begitu-begitu, betul kan?" ungkap AHY.

ADVERTISEMENT

AHY juga bersyukur bisa memenangkan Prabowo-Gibran sebagai presiden dan wakil presiden terpilih periode 2024-2029 meski dalam perolehan kursi di DPR mengalami hasil yang kurang baik.

"Alhamdulillah Tuhan dengan caranya menuntun kita bersama Pak Prabowo dan kita berada dalam pemenangan. Artinya, kita mungkin merasa kecewa dengan perolehan kursi kita di dalam Pileg, tapi kita menang dalam upaya kembali ke pemerintahan nasional dan ikut berkontribusi untuk memperjuangkan harapan rakyat," terang AHY.

"Kita mungkin saja kalah dalam pertempuran Pileg tapi kita menang besar dalam perang Pilpres. Jadi kita mungkin diajarkan untuk tetap rendah hati tidak mendapatkan segalanya untuk terus berjuang," pungkasnya.

NasDem Sebut AHY 'Nggak Penting'

Merespons pernyataan AHY, Partai NasDem yang sempat berkoalisi dengan Demokrat pun menyindir balik. Politikus senior Partai NasDem Bestari Barus menyebut AHY menilai urusan pemilu hanya soal menang dan kalah saja.

"Mungkin yang di dalam pikiran AHY pemilu itu hanya sekadar urusan menang kalah saja. Maka patutlah dimaklumi jika berkomentar seperti itu," kata politikus senior NasDem Bestari Barus kepada wartawan, Sabtu.

Lebih lanjut, Bestari menyinggung jabatan Menteri ATR/Kepala BPN yang dijabat AHY saat ini. Menurut Bestari, AHY sudah mendapat barter menteri dengan stempel oposisi.

"Sekurangnya kan AHY sudah dapat menteri barter stempel oposisi. Selamat menikmati saja. Semoga dia amanah dan berguna bagi bangsa," kata Bestari.

Juru bicara pasangan Anies-Cak Imin itu juga menyinggung soal pernyataan penting keluar dari orang penting. Menurut Bestari, pernyataan AHY itu tidak penting.

"Statement penting itu keluar dari orang penting. Dan sering sekali statement 'nggak penting' keluar dari orang yang nggak penting-penting amat. Statement nggak penting lah itu," katanya.

PKB 'Bingung' Siapa Hancur Lebur

Senada dengan NasDem, Wasekjen PKB Syaiful Huda mengatakan sindiran AHY sebagai alibi karena jumlah kursi Partai Demokrat di DPR RI menurun.

"Ya saya kira itu ada dua hal, satu itu alibinya AHY saja, sebenarnya secara kepartaian yang relatif mengalami penurunan kursi yang cukup tajam ya Demokrat. Hilang 10 kursi, artinya AHY sedang membikin alibi untuk kira-kira bahwa sebenarnya ada fakta penurunan kursi yang cukup signifikan dari Demokrat," ujar Huda kepada wartawan, Minggu (24/3/2023).

Huda mengatakan partai di Koalisi Perubahan mengalami kenaikan kursi di DPR. Sehingga, penyebutan koalisi lama hancur lebur salah alamat.

"Karena kalau Koalisi Perubahan hancur lebur, sebaliknya, yang terjadi di partai Koalisi Perubahan terjadi kenaikan kursi yang signifikan, PKB 10 kursi, NasDem 10 kursi, PKS 3 kursi kenaikannya. Jadi saya tidak tahu alamat hancur leburnya itu kepada siapa," kata Huda.

"Jadi kalau ada tudingan begitu Mas AHY sedang menuding dirinya sendiri menurut saya. Karena kami sedang mengalami kenaikan di dalam Koalisi Perubahan itu yang pertama," sambungnya.

Selain itu, Huda menyebut AHY menyampaikan hal tersebut dalam posisi yang tidak objektif. Apalagi, katanya, Demokrat baru saja bergabung dalam pemerintahan seusai 10 tahun menjadi oposisi.

"Mungkin Mas AHY lagi kaget-kaget saja gabung koalisi pemerintah, kira-kira begitu jadi tidak objektif melihat situasi politiknya, situasi dan kondisi politiknya kayak apa. Yang jelas faktanya begitu," ungkap Huda.

Tanggapan Santai PKS

Ketua Fraksi PKS DPR RI Jazuli Juwaini juga turut menanggapi pernyataan AHY yang menyindir koalisi lama hancur lebur. Jazuli menyinggung hak yang dimiliki setiap parpol termasuk dalam menentukan sikap koalisi.

"Pilihan koalisi itu hak partai politik sesuai dengan pertimbangan dan kenyamanan masing-masing," ujar Jazuli kepada wartawan, Minggu (24/3/2024).

Jazuli menilai wajar jika AHY senang bergabung dengan Koalisi Indonesia Maju lantaran capres-cawapres yang didukung telah ditetapkan sebagai pemenang oleh KPU. PKS saat ini tengah fokus terhadap gugatan di Mahkamah Konstitusi.

"Wajar kalau Mas AHY senang bergabung dengan KIM karena capresnya menurut keputusan KPU menang," ujar Jazuli.

"Sekarang PKS sedang mengawal gugatan di MK. Data saksi dari PKS Alhamdulillah sangat lengkap," sambungnya.




(hsa/hsa)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads