Perempuan sejak dulu selalu identik dengan kata perjuangan. Banyak hal-hal sulit yang dihadapi oleh perempuan, terkhusus dalam hal memperoleh kesetaraan dalam tatanan masyarakat.
Perjuangan kesetaraan perempuan kerap disuarakan. RA Kartini menjadi ikon dalam perjuangan emansipasi wanita di Indonesia. Gerakan emansipasi wanita yang dilakukan RA Kartini telah merintis jalan yang terang untuk membawa kaum perempuan dan perhatian bangsa Indonesia ke arah cita-cita nasional (Amar, 2017).
9 Maret menjadi Hari Perempuan Indonesia atau Hari Perempuan Nasional. Peringatan ini dimaknai sebagai bentuk apresiasi bagi para perempuan Indonesia yang telah berjuang untuk mendapatkan kesetaraan dan pandangan yang lebih baik di masyarakat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perempuan dahulu biasa dipandang sebelah mata karena dianggap sebagai kaum yang lemah. Pangdangan terhadap perempuan kini jauh lebih dihargai sekaligus memiliki peranan penting dalam tatanan sosial masyarakat.
Ahdiah (2013), analisis peran perempuan dapat dilakukan dari perspektif posisi mereka dalam berurusan dengan pekerjaan produktif tidak langsung (domestik) dan pekerjaan produktif langsung (publik), yaitu sebagai berikut.
1. Peran Tradisi, menempatkan perempuan dalam fungsi reproduksi (mengurus rumah tangga, melahirkan, dan mengasuh anak, serta mengayomi suami). Hidupnya 100% untuk keluarga. Pembagian kerja sangat jelas, yaitu perempuan di rumah dan lelaki di luar rumah.
2. Peran Transisi, mempolakan peran tradisi lebih utama dari peran yang lain. Pembagian tugas mengikuti aspirasi gender, tetapi eksistensi mempertahankan keharmonisan dan urusan rumah tangga tetap tanggung jawab perempuan.
3. Dwiperan, memposisikan perempuan dalam kehidupan dua dunia, yaitu menempatkan peran domestik dan publik dalam posisi sama penting. Dukungan moral suami pemicu ketegaran. Sebaliknya, keengganan suami akan memicu keresahan atau bahkan menimbulkan konflik terbuka atau terpendam.
4. Peran Egalitarian, menyita waktu dan perhatian perempuan untuk kegiatan di luar. Dukungan moral dan tingkat kepedulian lelaki sangat hakiki untuk menghindari konflik kepentingan pemilahan dan pendistribusian peranan. Jika tidak, yang terjadi adalah masing-masing akan saling berargumentasi untuk mencari pembenaran atau menumbuhkan ketidaknyamanan suasana kehidupan berkeluarga.
5. Peran Kontemporer, adalah dampak pilihan perempuan untuk mandiri dalam kesendirian. Jumlahnya belum banyak. Akan tetapi benturan demi benturan dari dominasi lelaki atas perempuan yang belum terlalu peduli pada kepentingan perempuan mungkin akan meningkatkan populasinya (Aida Vitalaya, 2010).
Banyaknya peran yang dibebankan kepada perempuan di dalam kehidupan, terkhusus di masyarakat, sudah sewajarnya mendapatkan apresiasi yang tinggi. Pemberian penghargaan dalam wujud peringatan Hari Perempuan Indonesia menjadi salah satu tindakan tepat untuk mengapresiasi perjuangan dan peran perempuan Indonesia.
Seperti halnya dalam buku 'Habis Gelap Terbitlah Terang' oleh RA Kartini yang diterjemahkan Armin Pane yang berbunyi "Alangkah besar bedanya bagi masyarakat Indonesia bila kaum perempuan baik-baik" (Amar, 2017).
Semoga artikel ini dapat semakin menambah wawasan Anda mengenai peringatan Hari Perempuan Indonesia dan dapat menumbuhkan kesadaran serta apresiasi terhadap perjuangan perempuan dalam berbagai aspek kehidupan.
Artikel ini ditulis oleh Ni Wayan Santi Ariani, peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom
(hsa/hsa)