Ribuan umat Katolik menghadiri Misa Natal 2023 di Gereja Katedral Denpasar. Jemaat memadati gereja terbesar atau induk Gereja Katolik di Keuskupan Denpasar itu.
Salah seorang jemaat bernama Otin, mengaku bermaksud menghadiri ibadah Misa Natal kedua yang diadakan pukul 18.00 Wita. Namun, karena banyak umat lain yang sudah memenuhi tempat duduk, dirinya terpaksa mengikuti ibadah Misa Natal waktu ketiga yang diadakan pukul 21.00 Wita.
"Tadi maunya hadir yang Misa Natal kedua. Tapi sudah penuh, jadi ikut yang ketiga saja. Saya juga sengaja ibadah ke sini karena memang yang terdekat dari rumah di Jalan Panjer," kata Otin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setali tiga uang, salah seorang jemaat asal Labuan Bajo bernama Tomy Langgur juga mengaku sudah mencoba datang satu jam lebih awal dari jadwal ibadah Misa Natal kedua. Namun, sudah banyak jemaat yang terlanjur memenuhi semua areal peribadatan di sekitaran gereja.
"Saya tadi datang pukul 17.00 Wita. Tapi, saya sampai di sini, gerejanya sudah penuh. Jadi, saya ikut Misa Natal yang ketiga," kata Tomy.
Menurutnya, banyak jemaat Katolik dari luar Bali yang tiap tahun beribadah Misa Natal di Gereja Katedral Denpasar. Tak hanya Gereja Katedral Denpasar sebagai gereja induk, gereja Katolik lain di Denpasar juga menjadi rujukan bagi para jemaat untuk beribadah Misa Natal.
Pantauan detikBali, ribuan jemaat sudah berduyun-duyun masuk ke gereja sejak pukul 16.00 Wita. Sejumlah aparat kepolisian dan TNI terlihat berjaga di pintu masuk utama gereja di sisi barat.
Panitia Misa Natal sudah mengantisipasi dengan menyediakan 6.500 tempat duduk, meski kapasitas bangunan yang hanya sekira 1500 orang. Namun, jumlah jemaat yang hadir nampaknya masih tidak sebanding dengan kapasitas tempat duduk.
Beberapa jemaat mencoba memaksa masuk karena tidak kebagian tempat di dalam area gereja. Sempat terjadi perdebatan kecil antara panitia dengan beberapa jemaat gereja, tapi akhirnya jemaat yang tidak kebagian tempat diperbolehkan mengikuti Misa Natal di dalam area gereja tanpa tempat duduk.
Pastor Paroki Gereja Katedral Denpasar Romo Herman Yoseph Babey mengatakan, pihaknya terpaksa mengalihkan para jemaat yang beribadah Misa Natal di areal pinggiran bangunan gereja. Sebagian jemaat juga dialihkan ke lahan kosong ysng dimanfaatkan panitia sebagai area ibadah tambahan di sisi selatan gereja.
"Ini karena rata-rata jemaatnya justru bukan dari lingkungan Gereja Katedral. Mayoritas memang dari luar Bali. Misalnya, (jemaat) dari Jakarta," kata Romo Herman kepada detikBali di Gereja Katedral Denpasar, Minggu (24/12/2023).
Meski membludak, Romo Herman memastikan ibadah Misa Natal tahun ini berjalan lancar. Menurutnya, situasi ibadah Misa Natal di Gereja Katedral Denpasar yang dipenuhi jemaat selalu terjadi saat hari raya Natal tahun-tahun sebelumnya.
"Semoga ibadahnya lancar dan damai yang dihadirkan. Sebagaimana Yesus yang sudah membawa damai bagi kita semua," kata Romo Herman.
Untik diketahui, Gereja Katedral Denpasar yang berlokasi di Jalan Tukad Musi adalah satu dari sekian gereja Katolik yang arsitektur bangunannya mengusung gaya khas Bali. Meski tetap sedikit dipengaruhi oleh gaya gotik abad pertengahan, arsitektur Bali juga sangat terlihat pada eksterior dan rancang bangun bangunannya.
Tidak seperti bangunan gereja Katolik di Jawa, apalagi Eropa. Bangunan Gereja Katedral Denpasar menggunakan batu bata. Hal itu nampak jelas dari tembok warna merah di setiap sudut bangunan.
Tanda salib di ujung atas atap dan deretan patung malaikat berbusana adat Bali semakin menandakan bangunan tersebut adalah sebuah gereja. Nuansa keagaman lebih kental di interior bangunannya, meski masih ada beberapa sebagian kecil ornamen yang memang khas Bali.
Misalnya, ada beberapa patung dan relief rasul atau figur suci uang menghiasi sudut ruangan peribadatan. Kemudian, ada gunungan wayang Bali dengan patung salib Yesus Kristus di depannya yang terpampang sangat besar di atas altar suci.
Vitalis menuturkan alasan dibalik pembangunan gereja yang dimulai pada 1993 dan mengusung budaya Bali. Menurutnya, sebagai gereja induk keuskupan di Denpasar, arsitektur gereja sangat perlu membaur dengan adat istiadat lokal.
Hanya, meski mengusung budaya Bali yang cukup kental, bukan berarti menghilangkan unsur religius Katolik. Vitalis menyebut bangunan gereja yang berdiri di atas tanah seluas kurang lebih seluas 60 are tersebut ditahbiskan atau diresmikan secara keagamaan pada 2017 oleh Uskup Denpasar Monsinyur Silvester San.
(dpw/hsa)