Kepala Dinas Ketenagakerjaan dan Energi Sumber Daya Mineral (Kadisnaker ESDM) Ida Bagus Setiawan berharap pemerintah menjadi percontohan bagi masyarakat untuk mengedukasi net zero emission atau nol emisi karbon yang ditargetkan untuk Bali pada 2045, 15 tahun lebih cepat dari nasional. Hal tersebut diungkapkan saat jadi pembicara di acara Talkshow Institute for Essential Service Reform (IESR).
"Inilah pemerintah memberi contoh, seperti di kantor kami itu terjadi penghematan pembayaran PLN, rata-rata dalam setahun bisa (berkurang) tiga persen," ujar Setiawan di Trans Studio Mall, Denpasar, Sabtu (25/11/2023).
Artinya, lanjut Setiawan, ada perubahan yang cukup signifikan mengingat fiskal dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali yang terbatas. Menurutnya, dengan adanya percontohan tersebut, masyarakat akan lebih mudah untuk diberikan edukasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Biasanya akan susah kalau pemerintah saja nggak bisa memberi contoh, bagaimana kami masyarakat mengimplementasikan," jelasnya.
"Inilah peran pemerintah tidak hanya menyiapkan kebijakan, tetapi satu sebagai pelopor," imbuh pria asal Klungkung itu.
Pun demikian, Setiawan mengatakan Bali Net Zero Emission 2045 bukan hanya tentang program Pemprov Bali saja. Tetapi, juga mengenai bagaimana semua dapat terlibat dalam menjaga alam Pulau Dewata.
Oleh sebab itu, Pemprov Bali mendorong peningkatan sumber daya manusia (SDM) terkait pemahaman tentang pentingnya pengurangan emisi kepada siswa-siswi SMK.
"Hingga meningkatkan kemampuan siswa SMK agar nantinya dapat terserap di lapangan pekerjaan hijau," tandasnya.
Ditanya soal peminat motor listrik di Bali masih rendah, Setiawan mengaku bahwa Bali masuk di skenario moderat nilai diambang bawah. "Padahal kami inginnya diambang yang atas. Kalau dispesimis sudah lewat skenarionya ya, tapi keinginan kami kan tiap tahun terus meningkat (peminatnya), dan itu harus," ujar Setiawan.
Pemerintah, kata Setiawan, saat ini telah mendorong untuk memberikan kepastian dari sisi insentif dan infrastruktur bagi local tech.
"Ekosistem akan jalan, mendorong juga badan usaha untuk bergerak ke sana. Kalau kami ada trigger dari itu (ekosistem) bisa cepat," ungkap Setiawan.
Sementara itu, Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa memandang pencapaian target Bali Net Zero Emission 2045 akan berpengaruh dalam peningkatan ekonomi yang berkelanjutan, terutama di sektor pariwisata.
"Ada tiga alasan yang menjadikan Bali strategis untuk mencapai target ini. Pertama, budaya Bali yang sangat erat dalam menjaga keselarasan hidup dengan alam. Kedua, pemerintahnya mempunyai semangat untuk menjadikan Bali lestari dengan energi berkelanjutan. Ketiga, pemanfaatan energi terbarukan akan menjadikan Bali lebih menarik untuk dikunjungi wisatawan seiring dengan meningkatnya kesadaran dunia untuk mengatasi krisis iklim," ungkap Fabby.
(nor/nor)