Sosok Ida Dewa Agung Jambe, Raja Klungkung yang Jadi Pahlawan Nasional

Sosok Ida Dewa Agung Jambe, Raja Klungkung yang Jadi Pahlawan Nasional

Tim detikBali - detikBali
Kamis, 09 Nov 2023 10:19 WIB
Raja Klungkung Ida Dewa Agung Jambe, pemilik keris pusaka yang dikembalikan Belanda.
Raja Klungkung Ida Dewa Agung Jambe, pemilik keris pusaka yang dikembalikan Belanda. (Putu Krista/detikBali).
Denpasar -

Raja Klungkung II Ida Dewa Agung Jambe akan ditetapkan sebagai pahlawan nasional pada peringatan Hari Pahlawan 10 November 2023. Ida Dewa Agung Jambe menjadi satu dari enam tokoh yang akan memperoleh gelar pahlawan nasional tahun ini berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 115-TK-TH2023 tertanggal 6 November 2023.

Lantas, bagaimana sosok Ida Dewa Agung Jambe dan kiprahnya hingga diakui sebagai pahlawan nasional?

Ida Dewa Agung Jambe adalah Raja Klungkung yang menjadi penerus Dinasti Gelgel. Agung Jambe gugur saat perang puputan melawan Belanda pada 28 April 1908. Puputan adalah istilah rakyat Bali untuk menyebut perang habis-habisan. Sejarah mencatat lima kali perang puputan terjadi di Bali, termasuk salah satunya Puputan Klungkung.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Peristiwa itu kelak disebut sebagai Hari Puputan Klungkung dan menjadi hari ulang tahun (HUT) Kota Semarapura, Klungkung. Kepahlawanan Agung Jambe juga diperkuat dengan keberadaan monumen Puputan Klungkung yang dibangun sejak 1992.

Sosok dan Kiprah Raja Klungkung II Ida Dewa Agung Jambe

Ida Dewa Agung Jambe tak hanya dikenal sebagai pemimpin bagi masyarakat saat era Kerajaan Klungkung. Semangatnya membela tanah air juga menjadi teladan lantaran menempatkan kedaulatan dan kehormatan di atas segala-galanya.

ADVERTISEMENT

Pada April 1908, Kerajaan Klungkung konon terlibat ketegangan selama berhari-hari sebelum perang besar melawan kolonial Belanda berkecamuk. Musababnya, Kerajaan Klungkung ketika itu menjadi wilayah yang belum takluk oleh Kolonial Belanda.

Suatu hari, pasukan kolonial Belanda menggelar operasi keamanan di wilayah Kerajaan Klungkung. Kebijakan kolonial Belanda itu membuat petinggi Kerajaan Klungkung marah. Mereka merasa pasukan kolonial telah melanggar kedaulatan kerajaan.

Kemarahan petinggi Kerajaan Klungkung itu diikuti dengan penyerangan terhadap pasukan kolonial oleh rakyat di wilayah Gelgel. Aksi itu akhirnya memperuncing ketegangan antara kedua belah pihak. Kolonial Belanda lantas memberi ultimatum kepada Kerajaan Klungkung agar segera menyerah.

Namun, Agung Jambe tak menghiraukan ultimatum tersebut. Singkat cerita, pasukan Belanda berlabuh di Klungkung pada 21 April 1908. Mereka kemudian menyerang sejumlah wilayah yang dikuasai Kerajaan Klungkung. Perang pun meletus. Bersenjatakan tombak dan keris, rakyat kerajaan menghalau serangan meriam dari kolonial.

Gugurnya Raja Klungkung II Ida Dewa Agung Jambe

Perang masih masih berkecamuk pada hari-hari setelahnya. Bahkan, kolonial menambah pasukan di wilayah Klungkung pada 27 April 1908.

Puncaknya, pada 28 April 1908 Belanda memborbadir pertahanan Kerajaan Klungkung dan menyusup ke dalam istana. Aksi kolonial tersebut membuat keluarga dan rakyat kerajaan semakin tersulut. Mereka akhirnya menyerukan untuk bertempur habis-habisan atau puputan.

Saat itulah, Agung Jambe tampil heroik dan menjalankan kewajibannya sebagai seorang ksatria. Dengan gagah berani, ia maju ke medan laga dan ikut berperang.

Karena persenjataan yang tidak seimbang, Agung Jambe dan rakyatnya gugur di depan depan Pamedal Agung yang kelak menjadi saksi bisu perang heroik tersebut. Permaisuri dan putra mahkota juga gugur di medan laga.

Perjuangan Mendapat Gelar Pahlawan Nasional

Kepala Dinas Sosial Klungkung I Gusti Agung Putra Mahajaya mengatakan butuh perjuangan agar Ida Dewa Agung Jambe mendapatkan gelar pahlawan nasional. Menurutnya, pengusulan sudah dilakukan sejak awal 2020 dan baru masuk daftar tunggu di meja presiden pada 2022.

"Tahun awal pengusulan saat itu mulai COVID-19, tapi tetap kencang prosesnya, pengusulan, rapat secara daring, kemudian ada seminar daring juga digelar. Berikut juga penggantian nama lapangan menjadi Alun-Alun Ida Dewa Agung Jambe," beber Putra Mahajaya kepada detikBali, Rabu (8/11/2023).

Dia mengungkapkan mantan Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta bersama Ida Dalem Smara Putra sempat datang langsung ke Jakarta untuk memastikan gelar pahlawan pada 2020. Mereka bertemu sejumlah petinggi negara. Antara lain, Kepala Biro Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan (GTK) Setmilpress Brigjen TNI (Mar) Ludi Prastyono, serta Koordinator Staf Khusus Presiden saat itu, AAGN Ari Dwipayana.

"Untuk mendapat gelar pahlawan nasional sudah memenuhi syarat dan sesuai mekanisme, Ida Dewa Agung Jambe sudah masuk daftar calon pahlawan nasional yang diusulkan Kemensos, namun keputusan pemberian gelar ini merupakan hak prerogatif presiden," terang Putra Mahajaya.

Sementara itu, Ida Dalem Smara Putra sebagai Raja Klungkung XII, berterima kasih kepada presiden atas gelar pahlawan Ida Dewa Agung Jambe. Menurutnya, keris pusaka yang dikembalikan dari Belanda menambah bukti sejarah kepahlawanan Agung Jambe.

"Keris yang dikembalikan dari Belanda saat ini disimpan di Museum Nasional Jakarta, saya belum sempat melihatnya akan tetapi itu menjadi salah satu bukti sejarah akan kejadian itu benar-benar terjadi, memang kalau ditanya kuburan tidak ada, karena di Bali dilaksanakan proses ngaben jadi tidak ada bukti kuburannya," papar Smara Putra.




(iws/iws)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads