Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menyebut 70 persen sampah di Bali tergolong sampah organik. Untuk mengatasi persoalan sampah, Bappenas meminta warga Bali untuk mulai melakukan pemilahan sampah secara mandiri.
Deputi Sarana Prasarana Bappenas Ervan Maksum mengatakan tanah di Bali perlu dilakukan peremajaan. Menurutnya, banyak lahan yang harus diremajakan dengan memanfaatkan kompos yang berasal dari sampah organik yang dipilah oleh warga.
"TPST harus kita dorong cepat untuk offtaker-nya (pembeli RDF) ada dan harus kita kirim. Saya akan ke sana (Kalimantan) lagi untuk memastikan bahwa (RDF) ini kita kirim ke Kalimantan karena offtaker-nya ada di sana," kata Ervan di kantor Gubernur Bali, Rabu (18/10/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Ervan, langkah itu juga bertujuan untuk mengejar target penutupan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Suwung. Ia menilai Bali sudah siap dengan penutupan TPA Suwung.
"Sangat siap karena instrumen dari TPS3R kami buat sangat banyak. TPST juga akan kami buat di Gianyar ke depannya," terangnya.
Di sisi lain, Ervan mengakui terkendala mahalnya biaya pengiriman RDF dan tingginya harga yang dibeli offtaker. "Ini karena TPST yang memproduksi RDF (pembelinya) tidak ada karena Bali ini kepulauan, sementara offtaker-nya ada di Jawa. Jadi, biaya logistiknya lebih mahal," imbuhnya.
Ervan juga masih berupaya untuk memperbaiki mesin kompresing di TPST Denpasar dan Mengwi, Badung. Ia berharap dalam tiga bulan mendatang TPST di Bali sudah memiliki offteker.
(iws/iws)