Kala Rusa dan Jalak di Taman Nasional Bali Barat 'Hijrah' gegara Kemarau

Round Up

Kala Rusa dan Jalak di Taman Nasional Bali Barat 'Hijrah' gegara Kemarau

Tim detikBali - detikBali
Senin, 25 Sep 2023 09:31 WIB
Taman Nasional Bali Barat
Satwa di Taman Nasional Bali Barat (TNBB). (Foto: Taman Nasional Bali Barat)
Jembrana -

Musim kemarau membuat satwa di Taman Nasional Bali Barat (TNBB) kesulitan mendapatkan air. Sejumlah satwa seperti rusa dan burung jalak bali alias curik di kawasan konservasi itu terpaksa 'hijrah' untuk dapat melepas dahaga.

Kepala Balai TNBB Agus Ngurah Krisna Kepakisan menyebut beberapa rusa di Pulau Menjangan menyeberangi lautan demi mendapatkan air di kawasan Teluk Brumbun. "Menjangan (rusa) di Pulau Menjangan ada yang menyeberang laut karena di sana sudah tidak ada air," tutur Krisna saat dikonfirmasi detikBali, Minggu (24/9/2023).

Hal yang sama dialami kawanan burung jalak bali di kawasan TNBB. Ratusan burung bernama latin Leucopsar rothschildi itu kerap datang ke tempat penampungan air milik warga yang berdampingan dengan hutan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Burung jalak bali juga sering datang ke kandang habituasi untuk makan dan mencari air," imbuh Krisna.

Berdasarkan data terakhir Balai TNBB, populasi rusa di seluruh wilayah TNBB, termasuk di Pulau Menjangan mencapai 980 ekor. Berikutnya, populasi jalak bali di kawasan konservasi itu berjumlah sekitar 600 ekor. Selain kedua satwa itu, TNBB juga menjadi habitat bagi kera hitam, trenggiling, hingga belasan jenis reptil.

ADVERTISEMENT

Krisna menuturkan musim kemarau membuat ketersedian air di dalam kawasan hutan menyusut. Kondisi tersebut terjadi setiap tahun.

Sebagai antisipasi, Balai TNBB menyediakan sejumlah bak air khusus satwa di kawasan tersebut. Baik-bak tersebut disuplai air dua kali seminggu untuk mencukupi kebutuhan air satwa. Total sebanyak sembilan bak air disiapkan di dalam kawasan TNBB.

Selain bak penampungan, Balai TNBB juga menyediakan air di kubangan alami untuk satwa. "Sehingga satwa yang sudah sering mencari air di kubangan tidak kebingungan," imbuhnya.

Krisna berharap seluruh satwa di kawasan TNBB tetap lestari di tengah musim kemarau. "Karena air menjadi salah kebutuhan utama satwa," tandas Krisna.

Ketua Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengungkapkan berbagai wilayah di Indonesia memasuki musim kemarau secara tidak bersamaan. Untuk wilayah Jawa dan Sumatera, musim kemarau kemungkinan berakhir hingga akhir Oktober 2023. Dengan demikian, wilayah Jawa dan Sumatera diprediksi memasuki musim penghujan per November mendatang.

"Tapi di wilayah lain seperti Nusa Tenggara musim kemarau bisa sampai akhir tahun bahkan awal tahun. Jadi tidak seragam berakhirnya," kata Dwikorita, Kamis (7/9/2023) seperti dikutip dari detikEdu.

Meski berakhir berbeda di setiap wilayahnya, Dwikorita menyebut musim kemarau tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Sebab, udara akan terasa lebih kering. Ia mengimbau masyarakat bersiap karena musim kemarau ini mungkin hanyalah awal dari musim kemarau panjang lainnya.

BMKG juga memaparkan prakiraan curah hujan dari September hingga awal tahun 2024. Adapun, curah hujan di wilayah Bali, NTB, dan NTT diperkirakan masuk kategori rendah hingga menengah pada periode September-November 2023.




(iws/gsp)

Hide Ads