25 Kelompok Nelayan Awasi Ubur-ubur Beracun di Sanur

25 Kelompok Nelayan Awasi Ubur-ubur Beracun di Sanur

Ni Made Lastri Karsiani Putri - detikBali
Senin, 18 Sep 2023 22:20 WIB
Kepala Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Kota Denpasar, Ida Bagus Mayun Suryawangsa ketika menunjukkan foto ubur-ubur beracun atau blue bottle, Senin (18/9/2023). (Ni Made Lastri Karsiani Putri-detikBali)
Foto: Kepala Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Kota Denpasar, Ida Bagus Mayun Suryawangsa ketika menunjukkan foto ubur-ubur beracun atau blue bottle, Senin (18/9/2023). (Ni Made Lastri Karsiani Putri-detikBali)
Denpasar -

Sebanyak 25 kelompok nelayan yang ada di Sanur, Denpasar, Bali, disiagakan untuk mengawasi fenomena tahunan ubur-ubur beracun atau blue bottle. Kepala Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Kota Denpasar Ida Bagus Mayun Suryawangsa menjelaskan total ada sekitar 942 nelayan yang ada di 25 kelompok tersebut.

"Kami sudah berkoordinasi dengan rekan nelayan kalau nanti ada ubur-ubur blue bottle sampai ke pinggir pantai agar dibersihkan. Supaya tidak membahayakan pelancong atau masyarakat yang ingin mandi di pantai," ucap Mayun ditemui di Denpasar, Senin (18/9/2023).

Mayun menuturkan para nelayan tersebut setiap harinya berada di pantai, sebab mereka memiliki semacam bangsal. Sehingga, mereka adalah kelompok yang paling pertama tahu apabila ada ubur-ubur blue bottle yang terbawa angin menuju pinggir pesisir.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Misalkan satu kelompok nelayan itu 40 orang, jadi ada sekitar 10 orang yang pasti setiap harinya berada di pantai," tuturnya.

Mayun menerangkan sebelumnya terdapat dua laporan dari nelayan mengenai penemuan ubur-ubur blue bottle pada Agustus 2023. Lokasi penemuan ubur-ubur blue bottle tersebut di Pantai Mertasari dan Pantai Sindhu.

ADVERTISEMENT

Ia menuturkan selama ini keberadaan ubur-ubur blue bottle berada di laut dalam. Hanya saja karena angin kencang tak jarang membuat ubur-ubur beracun tersebut menuju pinggir pesisir.

"Keberadaan fenomena ubur-ubur biasanya ada di Juli, Agustus, sampai September ketika angin berembus kencang," ujar Mayun.

Terkait kondisi tersebut, Mayun meminta agar masyarakat sebisa mungkin menghindari kontak fisik apabila menemukan ubur-ubur tersebut. Sebab, tentakel atau bulu ubur-ubur bisa menyebabkan gatal dan infeksi lain.

Meskipun tidak menyebabkan kematian, kata Manyun, masyarakat diminta untuk segera mengoleskan cuka Belanda pada area tubuh yang mengalami kontak fisik dengan ubur-ubur untuk mengurangi rasa gatal.

"Setelah dioleskan, kalau memang ada gejala lanjutan silahkan diperiksakan ke dokter," tambahnya.

Mayun mengatakan ubur-ubur blue bottle memiliki ciri-ciri, yakni berwarna biru dengan permukaan layaknya balon. "Nelayan sering menyebutnya lateng layar. Ini karena lateng atau menyebabkan gatal dan memiliki tangkai seperti layar," pungkasnya.




(nor/iws)

Hide Ads