Direktur Tata Kelola Destinasi dan Infrastruktur Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Indra Ni Tua menyoroti kios-kios pedagang di Pantai Kuta, Badung, Bali. Menurutnya, saat ini Kemenparekraf mendorong destinasi wisata untuk menerapkan digitalisasi dalam keberlangsungan industri pendukung pariwisata di Indonesia.
Bagi Indra, penerapan digitalisasi tidak bermaksud mematikan usaha masyarakat setempat. Ia menegaskan pedagang lokal tetap menjadi pemain utama dalam skema digitalisasi tersebut. Meski begitu, ia menyadari pemikiran itu bisa terwujud melalui sosialisasi yang intens.
"Bagaimana caranya digitalisasi? Seperti memesan makanan online (misalnya). Masyarakat menjadi produsen utamanya, sehingga sampah tetap ada di sana. Di sini (Pantai Kuta) tinggal menangani sampah, lebih sedikit. Tapi untuk itu perlu sosialisasi yang intens," kata Indra saat menghadiri kegiatan Sunset Clean Up di Pantai Kuta, Jumat (15/9/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Indra meyakini jika skema tersebut bisa dijalankan, tata ruang dan kenyamanan wisatawan dari sisi perwajahan Pantai Kuta akan lebih baik. "Bisa dibayangkan pantainya tata ruang terjaga, keindahan dan layanan wisatawan tetap ada, masyarakat sekitar tetap berproduksi," sambung dia.
Menurutnya, produksi sampah di objek wisata salah satunya juga bersumber dari aktivitas niaga di objek wisata tersebut. Dengan penerapan digitalisasi, kata dia, upaya menurunkan produksi sampah dapat dilakukan.
Indra kemudian mencontohkan penerapan digitalisasi di salah satu destinasi di Pulau Belitung, Provinsi Bangka Belitung. Hal ini dilakukan untuk mendukung perwajahan objek wisata yang nyaman.
"Sebetulnya kami (ingin) mengajak digitalisasi karena kami juga lakukan hal yang sama di Bukit Peramun di Belitung. Jadi layanan wisatanya, seperti kuliner dan segala macam, bisa dilakukan dari penduduk sekitar tanpa perlu membangun kios-kios di sekitar," tandas Indra Ni Tua.
(iws/gsp)