Ancaman Kekeringan di Bali, Kubu Karangasem 123 Hari Tanpa Hujan

Ancaman Kekeringan di Bali, Kubu Karangasem 123 Hari Tanpa Hujan

Rizki Setyo, Wijaya Kusuma, Selamat Juniasa, Putu Adi - detikBali
Senin, 11 Sep 2023 20:58 WIB
Salah seorang warga mengisi air di salah satu sumber mata air di Karangasem.
Foto: Salah seorang warga mengisi air di salah satu sumber mata air di Karangasem. (dok. Perbekel Desa Ngis Ketut Catur Mertayasa)
Denpasar -

Kepala Bidang Data dan Informasi Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah III Denpasar I Nyoman Gede Wiryajaya mengeluarkan status peringatan dini kekeringan atau awas untuk dua kabupaten di Bali. Yakni, Karangasem dan Buleleng. Dua kabupaten ini mengalami hari tanpa hujan (HTH) berturut-turut.

Status tersebut dikeluarkan oleh BMKG Wilayah III Denpasar per 10 September 2023.

Tercatat, di Kecamatan Kubu, Karangasem, sudah 123 hari tanpa hujan. Sedangkan, Kecamatan Tejakula di Buleleng 70 hari tanpa hujan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Secara umum HTH di Bali berada pada kategori masih sangat pendek (1-5 hari tidak turun hujan) hingga kategori kekeringan ekstrem (lebih dari 60 hari tidak turun hujan)," kata Wiryajaya saat dikonfirmasi oleh detikBali, Senin (11/9/2023).

Kemudian, status siaga tercatat ada di wilayah Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, dan Kecamatan Petang, Kabupaten Badung.

ADVERTISEMENT

Status siaga merupakan status di bawah awas, terjadi jika jumlah hari tanpa hujan paling singkat 31 hari. Sehingga, prakiraan probabilitas curah hujan dasarian kurang dari 20 dasarian.

"Imbauan kepada masyarakat agar selalu waspada dan hati-hati terhadap potensi bencana hidro meteorologi yang mungkin dapat terjadi seperti kekeringan, kebakaran lahan dan lain-lain," tandas Wiryajaya.

BPBD Buleleng Imbau Hemat Air

Buleleng menempati posisi pertama kabupaten di Bali dengan sebaran kekeringan paling luas. Peringatan dini kekeringan itu berada di Kecamatan Banjar, Buleleng, Busungbiu, Gerokgak, Kubutambahan, Sawan, Seririt, Sukasada, dan Tejakula. Artinya dampak kekeringan terjadi menyeluruh di wilayah Buleleng.

Kepala Pelaksana (Kalaksa) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Buleleng Putu Ariadi Pribadi membenarkan lebih dari 30 hari Buleleng sudah tidak diguyur hujan.

"Memang 30 hari lebih di Buleleng tidak ada hujan, langkah antisipasi warga saya imbau agar tetap waspada," ujar Ariadi, Senin.

Dari catatan BPBD Buleleng, selama Agustus sampai September 2023, ada lima desa yang melapor kekurangan air bersih. Terakhir, Desa Kaliasem, Kecamatan Banjar, yang meminta bantuan air bersih karena bak pengisian air bersih di desa itu mengering dampak dari minimnya curah hujan.

"Memang ada permintaan air bersih dari beberapa desa, seperti Kaliasem dan Selat, tapi intensitasnya belum terlalu tinggi, kebutuhannya masih bisa kami penuhi. Di Kaliasem kebutuhannya satu banjar, jadi 10 ribu liter. Kami bantu dua hari sekali," jelas Ariadi.

Dia mengimbau kepada masyarakat agar selalu waspada. Sebab, kekeringan ini menyebabkan debit air bersih menurun. Ia pun meminta agar masyarakat menghemat penggunaan air bersih.

Ratusan Keluarga Jalan Kaki Cari Air

Akibat motor pompa milik PDAM atau Perumda Tirta Tohlangkir Kabupaten Karangasem mengalami kerusakan. Ratusan keluarga yang ada di wilayah Desa Ngis, Selumbung, Apit Yeh, dan Bukit Catu terpaksa mencari air bersih ke sumber mata air dengan berjalan kaki satu kilometer.

Perbekel Desa Ngis I Ketut Catur Mertayasa mengatakan bahwa air di wilayahnya sudah mati sejak lima hari yang lalu atau sejak Rabu (6/9/2023).

"Banyak warga yang kelimpungan, sehingga terpaksa harus mencari air bersih ke beberapa sumber yang ada di Desa. Jaraknya dari pemukiman warga kurang lebih 1 kilometer yang ditempuh dengan berjalan kaki," kata Mertayasa, Senin.

Setelah berkoordinasi, PDAM menyebut motor pompa yang digunakan untuk mengalirkan air ke wilayah Desa Ngis rusak. Sehingga butuh waktu untuk melakukan perbaikan.

"Kalau dihitung ada sekitar 400 keluarga yang terdampak yang ada di Desa Ngis, tapi kalau keseluruhan mungkin lebih banyak karena ada beberapa wilayah yang juga terdampak terutama yang memakai pompa yang rusak tersebut," kata Mertayasa.

Sementara itu, Dirut PDAM Kabupaten Karangasem I Komang Haryadi Parwatha membenarkan kerusakan motor pompa tersebut.

"Ada sekitar 800 keluarga yang terdampak dari empat desa. Namun kami sudah carikan solusi untuk sementara dengan melakukan suplai air bersih menggunakan mobil tangki agar para pelanggan tidak kekurangan air bersih untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari," kata Parwatha.

"Sedang proses perbaikan semoga secepatnya selesai sehingga air bisa kembali mengalir ke pelanggan," sambungnya.

BPBD Jembrana Kekurangan Tandon Air

Di Jembrana, BPBD mengaku kekurangan tandon air untuk mengatasi krisis air bersih yang dialami warga.

Sekretaris BPBD Jembrana I Putu Agus Artana Putra mengatakan kekeringan telah berdampak pada 60 titik lokasi di Jembrana. Sebagian besar lokasi tersebut sudah mengalami krisis air bersih.

"Kekeringan dampak El Nino ini, berdasarkan informasi dari BMKG diperkirakan sampai bulan November," kata Artana dikonfirmasi detikBali, Senin.

Untuk mengatasi krisis air bersih, BPBD Jembrana telah memasang enam buah tandon air di sejumlah lokasi. Namun, jumlah tersebut masih belum mencukupi.

"Karena masih kekurangan tandon air, kami memohon bantuan pinjaman tandon air kepada Kementerian Pekerjaan Umum," kata Artana.

Dia mengatakan Kementerian Pekerjaan Umum melalui Balai Sarana Pemukiman Wilayah Bali telah meminjamkan enam buah tandon air yang akan disebar ke sejumlah lokasi.

"Kalau kekeringan semakin meluas, tentunya masih kurang tandon air," ujar Artana.

Tandon air berkapasitas 2.000 liter ini akan dipasang di lokasi strategis yang mudah diakses warga untuk mengambil air. BPBD Jembrana akan mendistribusikan air bersih selama dua hari sekali menggunakan mobil tangki milik pemadam kebakaran.

Sejak awal Agustus lalu hingga saat ini, BPBD Jembrana telah mendistribusikan air bersih sebanyak 125 ribu liter. Artana berharap masyarakat yang mengalami krisis air bersih segera menginformasikan perangkat desa atau kelurahan untuk diteruskan ke BPBD Jembrana.

"Kalau ada yang memohon segera kami tangani dengan pemanahan tandon bagi yang belum dan distribusikan airnya," tandas Artana.




(hsa/gsp)

Hide Ads