Dua wilayah di Bali yakni Kabupaten Gianyar dan Kota Denpasar masuk dalam tabel informasi kualitas udara terburuk dan hijau di situs IQAir.com.
Ubud, Gianyar, Bali, menjadi daerah dengan kualitas udara terburuk kelima di situs IQAir.com, Rabu (16/8/2023). Kualitas udara Ubud berada pada angka 155 air quality index (AQI) US pada pukul 09.00 Wita.
Sedangkan Denpasar menjadi kondisi hijau dengan kualitas udara kategori sehat. Denpasar sepenuhnya dalam kondisi hijau selama 12 jam itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut ini fakta-fakta perbedaan kualitas udara di Denpasar dan Ubud.
Bupati Gianyar Selidiki Udara Ubud Buruk
IQAir.com mencatat kualitas udara Ubud pada angka 155 AQI US pada Rabu pukul 09.00 Wita. Pada jam tersebut, kualitas udara Ubud disebut lebih buruk dari DKI Jakarta dengan angka 158 AQI US.
Dari pantauan detikBali, Kamis (17/8/2023), kondisi udara yang terekam secara langsung pada situs tersebut berubah-ubah. Pada pukul 14.00 Wita, kualitas udara tercatat baik dengan indeks udara 25 AQI US. Padahal sebelumnya, pada pukul 11.30 Wita, tercatat 62 AQI US.
Bupati Gianyar I Made Mahayastra mengaku masih mencari tahu akurasi kualitas udara yang dicatat oleh IQAir.com. Menurutnya, di Ubud tidak ada pabrik yang asapnya berpotensi merusak kualitas udara.
Memang, di Ubud kerapkali macet, sehingga rawan polusi kendaraan. Namun, seharusnya polusi Ubud jauh lebih rendah dari Kota Denpasar yang jumlah kendaraannya berlipat lebih banyak.
"Kemacetan di Ubud karena jalan kecil, kendaraan banyak, setiap hari macet karena wisatawan sedang ramai saat ini ke Ubud," kata Mahayastra yang diwawancarai seusai upacara 17 Agustus, Kamis.
Mahayastra menjelaskan kawasan Ubud sebenarnya sangat asri dengan banyak ruang terbuka hijau. Sawah dan pepohonan banyak tumbuh subur di setiap tempat. Di sekitarnya juga ada aliran sungai dan membentuk hutan.
"Jika ada barometer menyatakan kualitas udara buruk, kami akan cari tahu penyebabnya, nanti kami akan diskusikan pada mereka yang mengerti," imbuhnya.
Jurus Denpasar Bikin Kualitas Udara Sehat
Kualitas udara Kota Denpasar yang dalam kondisi hijau atau layak selama 12 jam terekam pada 5 dan 6 Agustus. Kualitas udara itu pun viral setelah diunggah oleh akun Instagram @pandemictalks pada Minggu (6/8/2023).
Wali Kota Denpasar Jaya Negara menjelaskan alasan kualitas udara di Kota Denpasar masih bisa berkategori hijau. Padahal, wilayah yang dipimpinnya itu tidak asing dengan banyaknya kendaraan yang berlalu lalang hingga menimbulkan kemacetan.
Menurutnya, salah satu penyebab kualitas udara di Kota Denpasar masih baik karena banyaknya pohon besar di berbagai jalan-jalan besar. Berbagai pepohonan besar itu terutama ada di kawasan Niti Mandala Renon dan area Lapangan Puputan I Gusti Ngurah Made Agung.
"Ini penyebabnya kan banyak pohon-pohon besar di setiap jalan jalan besar. Coba di sepanjang Renon di Puputan dan kita lihat ini pohon-pohon ini mampu menyerap polusi itu," ujarnya.
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Kota Denpasar juga aktif melakukan uji emisi kendaraan. Sehingga emisi kendaraan tidak terlalu mengganggu meski jalanan di Kota Denpasar kerap macet.
"Walaupun ada kendaraan kalau emisinya tidak terganggu kan tidak ada masalah. Dan kendaraan-kendaraan yang lama kalau misalkan diujinya dia mengalami tingkat polusinya (tinggi), ya kita disuruh jangan dipakai," jelasnya.
Penggunaan Kendaraan Listrik
Selain itu, Pemkot Denpasar memasifkan penggunaan kendaraan listrik. Ia berencana membagikan motor listrik ke kepala desa dan Babinsa.
Namun Jaya Negara tak merinci kepastian waktu pembagian motor listrik tersebut. Menurutnya, pembagian motor listrik direncanakan dalam momentum pembahasan APBD perubahan (APBD-P).
"Makanya sekarang ya misalnya di (APBD-P) ini, kami juga berusaha membagi motor listrik kepada kepala desa, kepada Babinsa. Itu salah satu upaya-upaya kita mengurangi (polusi udara)," jelasnya.
(nor/nor)