Gubernur Bali Wayan Koster mengeklaim Badan Riset dan Inovasi Daerah (Brida) Bali telah mengurus sekitar 330 sertifikat kekayaan intelektual. Ia menyebut semula urusan sertifikasi ini belum ada yang mewadahi.
Koster mengklaim hal itu seusai disinggung soal penekanan hak paten atau perlindungan kekayaan intelektual oleh Ketua Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Megawati Soekarnoputri yang melakukan kunjungan kerja di Kawasan Konservasi Ilmiah atau Kebun Raya Bedugul, Tabanan, Bali, Senin (7/8/2023).
"Salah satu tupoksinya Brida di Bali itu adalah memfasilitasi sertifikasi kekayaan intelektual dan sejak dibentuk sudah berhasil mengurus, dalam waktu empat tahun ini, 330 sertifikat kekayaan intelektual yang sifatnya komunal maupun individual," sebut Koster.
Ia menyebut 330 sertifikat kekayaan intelektual itu ada yang berkaitan dengan indikasi geografis, merek, karya cipta, hingga PVT atau pemuliaan varietas tanaman.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi sekarang sudah terwadahi. Kalau dulu lepas-lepas sendiri. Tidak ada yang mewadahi. Sekarang terorganisir," tegasnya.
Koster menegaskan keberadaan Brida yang ia bentuk bukan merupakan lembaga yang di dalamnya terdapat para peneliti. Pembentukan Brida di Bali memiliki fungsi utama yakni mengkoordinasikan dan memfasilitasi seluruh peneliti yang ada di perguruan tinggi maupun lembaga-lembaga terkait yang telah memiliki keahlian.
"Karena membentuk peneliti itu tidak gampang. Butuh waktu berpuluh-puluh tahun. Doktor untuk menjadi peneliti itu juga perlu waktu lama juga. Belum tentu lulus lagi," ujarnya.
Oleh karena itu, sambung Koster, Brida bertugas mengkonsolidasikan para peneliti di daerah dan mensinergikan peneliti-peneliti semua lembaga di pusat untuk melakukan penelitian sesuai kebutuhan dan potensi daerah.
"Untuk memperkuat kapasitas perlindungan daerah, pangan daerah, dan juga berbagai warisan budaya baik benda maupun tak benda," jelas Koster.
Ia menyebut banyak benda-benda di Bali yang bersifat arkeologi harus dikelola dengan baik dan dijadikan sebagai cagar budaya nasional. Karena itu, Brida bersama peneliti di berbagai perguruan tinggi di Bali sedang melakukan pemetaan yang salah satunya berkaitan dengan pelaksanaan Tri Dharma perguruan tinggi, yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian ke masyarakat.
"Agar itu benar-benar disinergikan dengan kebutuhan daerah supaya dari segi biaya dia efisien. Kemudian menjawab persoalan pembangunan daerah. Serta memberi manfaat bagi masyarakat," kata politikus PDI Perjuangan itu.
(nor/gsp)