Pengelola Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Kesiman Kertalangu, Denpasar, menghentikan pengiriman sampah sementara selama tiga hari. Langkah ini dilakukan untuk merespons protes warga sekitar.
Sebelumnya, warga mengeluhkan bau busuk yang dikeluarkan dari cerobong asap TPST Kesiman Kertalangu. Hal tersebut sempat membuat warga geram dan protes melalui baliho yang dipasang di sekitar TPST Kesiman Kertalangu.
Direktur Umum PT Bali CMPP Andrean Radhita selaku perwakilan pengelola TPST Kesiman Kertalangu mengaku memahami protes warga yang disebabkan bau busuk dari cerobong asap TPST.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tahu (ada protes), saya dengar informasinya, tetapi bagi kami memahami, bahwa masyarakat ada keluhan terhadap bau," kata Andrean saat ditemui detikBali di TPST, Minggu (23/7/2023).
Andrean menjelaskan penyebab bau busuk yang tercium akhir-akhir ini karena bayak pengiriman sampah lama dari Tempat Pembuangan Sampah (TPS).
"Memang waktu itu posisinya sampah bau busuk karena sudah berumur. Faktornya ya dari sampah-sampah yang lama yang kami terima," ungkapnya.
Andrean mengaku sudah berkomunikasi dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Denpasar. Wakil Wali Kota (Wawali) Denpasar I Kadek Arya Wibawa telah memberikan solusi untuk menyetop pengiriman sampah selama tiga hari.
"Kami sudah komunikasi dengan Wakil Wali Kota. Oke, kami setop menerima sampah. Selama tiga sampai empat hari ini kami selesaikan sampah di sini. Jadi, kami tidak menerima (sampah) baru dulu sampai di dalam pabrik ini. Kami olah habis baru bisa terima sampah lagi," beber Andrean.
Saat ini, ia telah mengupayakan untuk memperbaiki sistem cerobong agar tidak mengeluarkan asap berlebihan.
"Terkait cerobong asap, kami sekarang sedang memperbaiki sistem di cerobong. Intinya, sistem ini nanti ketika sudah selesai itu ditujukan untuk menekan bau dari cerobong asap. Paling tidak kami juga menekan intensitas ketebalan asapnya," urai Andrean.
"Kalau sistemnya sudah jalan Insya Allah asapnya nggak setebal ini, jadi masyarakat juga lebih aman," imbuhnya.
Dia juga berharap kepada masyarakat agar ikut membantu dengan cara memilah sampah organik dan nonorganik. Sebab, hal itu yang menimbulkan bau tak sedap saat sampah dikirim ke TPST.
Di tempat terpisah, Wakil Wali Kota Agus Arya Wibawa membenarkan penghentian pengiriman sampah tersebut.
"Kami hentikan dulu TPST sampai dengan sistem pengolahan sampah untuk meminimalkan baunya itu bisa mereka (pihak ketiga) siapkan," ujar Arya Wibawa, Minggu (23/7/2023), di kawasan Pantai Padanggalak, Denpasar.
Dia menargetkan agar pada akhir Juli bau busuk yang dikeluhkan sudah hilang dan TPST dapat beroperasi kembali.
"Komitmen kami seperti itu dengan masyarakat. Sebenarnya masyarakat juga tidak menolak TPST tapi, baunya ini (agar) bisa dikurangi atau dihilangkan. Itu saja permintaan masyarakat," ungkapnya.
Arya Wibawa menuturkan dalam sosialisasi kepada masyarakat sebelum TPST beroperasi disampaikan bahwa bau sampah bisa diminimalkan. Namun, ternyata menimbulkan bau busuk.
"Ternyata setelah kami tinjau langsung kondisinya memang benar-benar parah sekali baunya. Ini yang akan kami selesaikan dan sampai kapan mereka bisa menyelesaikan, baru (TPST) akan dioperasikan," paparnya.
Arya Wibawa membeberkan selama TPST tak beroperasi, sampah-sampah bakal dibawa ke TPA Suwung.
Sementara itu, baliho protes dari warga saat ini sudah diturunkan. Penurunan dua baliho dilakukan pada Jumat (21/7/2023), tak lama setelah dia dan jajaran Pemkot Denpasar bertemu dengan warga.
"Saya sudah langsung komunikasi dengan masyarakat dan bertemu langsung di lokasi. Beri kami pemerintah kota untuk bisa menyelesaikan soal meminimalkan bau (dari TPST) ini," imbuhnya.
Sebelumnya diberitakan, warga di sekitar TPST mengeluhkan bau sampah hingga membuat pernapasan mereka terganggu. Keluhan tersebut sempat diungkapkan dengan pemasangan baliho bertuliskan 'Desa Budaya Berubah Jadi Desa Baudaya. Kami masyarakat tidak terima janji busuk, apalagi bau busuk.'
(hsa/gsp)