Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bali menyampaikan data terbaru jumlah titik kejadian bencana akibat cuaca buruk yang melanda Pulau Dewata sejak beberapa hari terakhir. Tercatat sebanyak 243 titik bencana yang tersebar di berbagai kabupaten/kota di Bali dengan kerugian mencapai Rp 2 miliar.
"Data yang kami miliki sampai kemarin pukul 23.00 Wita, lebih dari 243 titik kebencanaan di seluruh Bali. Yang masih kami pantau relatif nihil ada di Buleleng," kata Kepala BPBD Bali I Made Rentin saat ditemui di Kantor BPBD Provinsi Bali, Minggu (9/7/2023).
Rentin menuturkan estimasi kerugian mencapai Rp 2 miliar itu berdasarkan penghitungan terhadap infrastruktur yang rusak akibat bencana. Mulai dari pura yang tertimpa pohon tumbang, banjir bandang, hingga tanah longsor.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"(Kerugian) ini tentu masih bersifat dinamis, Rp 2 miliar kebanyakan kerusakan infrastruktur," imbuhnya.
Rentin mengungkapkan sejumlah warga juga harus dievakuasi ke pengungsian. Seperti warga yang bermukim di bantaran Sungai Unda, Kabupaten Klungkung. Akibat air sungai meluap, sebanyak 17 kepala keluarga (KK) yang terdiri dari 34 jiwa diungsikan ke Balai Budaya Klungkung.
Selain itu, sejumlah warga di Kabupaten Jembrana juga sempat mengungsi akibat banjir. Berdasarkan data dari BPBD Bali, terdapat enam titik banjir di Jembrana, yaitu Desa Kaliakah, Jalan Sahadewa Kelurahan Banjar Tengah, Jalan Ngurah Rai Kota Negara, Lingkungan Awen Kelurahan Lelateng, Desa Pengambengan, dan Jalan Sudirman. Menurut Rentin, para pengungsi sudah kembali ke rumah masing-masing dan melakukan pembersihan secara mandiri.
"Berkaitan dengan logistik, kami tentu menyiapkan bantuan berkaitan dengan makanan siap saji. Kamu ingin masyarakat yang mengungsi bisa nyaman. Menyiapkan kebutuhan pokok, air," jelas Rentin.
Warga Mengeluh Gatal-gatal
Warga di Dusun Munduk, Desa Pengambengan, Kecamatan Negara, Jembrana, Bali, mulai mengeluhkan gatal-gatal setelah rumah mereka terendam banjir selama dua hari. Salah satu warga setempat, Yuliana, menyebut banjir kali ini adalah yang terparah dalam beberapa tahun terakhir. Menurutnya, ketinggian ketinggian mencapai lebih dari 1 meter
"Banjir memang sering terjadi, tetapi tahun ini (2023) adalah yang paling parah. Airnya sangat tinggi, lebih dari satu meter. Kemarin air masih tinggi dan hari ini sudah mulai surut, tingginya sekitar 30 sentimeter," ungkap Yuliana saat ditemui detikBali, Minggu (9/7/2023).
Warga di dusun tersebut juga mulai melakukan pembersihan terhadap rumah mereka. Kebetulan, cuaca hari ini cukup cerah. Warga pun memanfaatkan sinar matahari untuk menjemur perlengkapan tidur seperti kasur dan pakaian yang terendam banjir di pagar rumah mereka.
Selain merasa gatal-gatal, Yuliana mengungkapkan warga juga membutuhkan pasokan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari. "Aktivitas warga sangat terganggu, banyak yang mengeluhkan gatal-gatal akibat banjir ini," imbuhnya.
Warga lainnya, Warno setali tiga uang. Pria berusia 29 tahun itu mulai membersihkan barang-barang di dalam rumahnya yang sempat tergenang air. "Dampaknya paling parah kali ini. Semua peralatan elektronik rusak, seperti televisi, kulkas, dan peralatan elektronik lainnya," ujar Warno.
Perbekel Desa Pengambengan Kamaruzzaman menjelaskan seluruh kebutuhan warga terdampak banjir sudah mendapat bantuan dari Pemerintah Kabupaten Jembrana. Termasuk makanan dan air bersih. Menurutnya, dapur umum di kantor desa setiap harinya menyiapkan sekitar 2.000 hingga 2.500 bungkus nasi untuk dibagikan kepada warga.
"Ada juga 5 titik tandon air bersih yang disuplai langsung oleh pemerintah," kata Kamaruzzaman.
Kamaruzzaman akan berkoordinasi dengan Puskesmas II Negara terkait keluhan warga yang merasa gatal-gatal setelah rumah mereka tergenang air. "Beberapa warga mengeluhkan gatal-gatal. Kami sudah meminta bantuan dari puskesmas dan mengarahkan warga untuk melakukan pemeriksaan," tandas Kamaruzzaman.
(iws/iws)