Ajang World Beach Games (WBG) 2023 sejatinya digelar di Bali sebulan lagi, tepatnya 5-12 Agustus 2023. Namun, Association of National Olympic Committees (ANOC) mencoret Bali sebagai tuan rumah pesta olahraga pantai dunia itu.
Ketua Aliansi Pelaku Pariwisata Marginal Bali Wayan Puspa Negara meminta pemerintah maupun Komite Olimpiade Indonesia (KOI) untuk menyampaikan alasan pembatalan WBG 2023 di Bali. "Kami ingin ada penjelasan resmi terkait pembatalan ini," kata Puspa Negara, Rabu (5/7/2023) malam.
Puspa Negara mengaku kecewa atas pembatalan WBG di Bali yang dinilai mendadak. Padahal, ia berharap helatan tersebut dapat mendongkrak pemulihan pariwisata Bali yang diklaim baru bertumbuh 70 persen.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami kecewa karena pariwisata itu berbanding lurus dengan event. Tanpa event, pariwisata itu hambar. Semakin banyak event, pariwisata semakin tumbuh. Berkurangnya event besar seperti Piala Dunia U-20 dan WBG (di Bali), ada kehilangan potensi pendapatan di sana," ungkap pelaku wisata asal Legian, Badung ini.
Pria yang pernah menjabat anggota DPRD Badung ini menyebut event internasional seperti WBG 2023 menjadi ajang unjuk gigi Bali sebagai tujuan sport tourism. Menurutnya, WBG justru dapat menarik wisatawan karena mengeksplorasi kegiatan olahraga di pantai.
"Dari pihak ANOC pernah menyatakan justru pantai di Bali indah, menawarkan keindahan abadi untuk peserta. Artinya WBG jadi destinasi wisata, sport tourism. Bali kan menggadang-gadang jadi sport tourism," tandasnya.
PHRI Sayangkan Batalnya WBG 2023 di Bali
Wakil Ketua PHRI Bali I Gusti Ngurah Rai Suryawijaya menyayangkan batalnya helatan WBG 2023 di Bali. Menurutnya, jika ajang olahraga pantai itu jadi digelar di Bali, okupansi hotel di Badung bisa mencapai 90 persen.
"Kalau event ini terselenggara akan sangat luar biasa impact-nya terhadap tingkat hunian kamar hotel dan juga pada ekonomi kita. Selain mengikuti WBG ini mereka juga bisa melakukan tour ke tempat-tempat destinasi," kata Rai, Rabu malam (5/7/2023).
Rai menyebut Bali tidak pernah membatalkan event tersebut. Menurutnya, pembatalan Bali sebagai tuan rumah WBG adalah kewenangan pemerintah pusat.
"Kami mengharapkan event ini terjadi di Bali karena WBG membawa banyak partisipan dan lumayan juga untuk (okupansi hotel) di bulan Agustus ini yang bisa meningkat dan revenue secara ekonomi," paparnya.
Potensi Cuan Rp 25 Miliar Lenyap
Ketua Komisi 2 DPRD Bali IGK Kresna Budi mengatakan potensi perputaran uang senilai Rp 25 miliar lebih lenyap akibat pembatalan WBG 2023 di Bali. Berdasarkan hitung-hitungannya, perkiraan dana yang dikucurkan sebesar Rp 25 juta untuk membayar kamar hotel bagi 1.000 orang delegasi selama sebulan penuh. Potensi perputaran uang itu baru di sektor perhotelan saja.
"Pesertanya saja sampai seribuan kan. Kalau dikalikan selama sebulan, rata-rata Rp 25 juta. Nah, seribu dikali Rp 25 juta berapa? Rp 25 miliar. Itu riil. Itu baru (biaya) hotel saja," kata Kresna Budi, Rabu (5/7/2023).
Selain itu, lanjut Kresna, terselenggaranya WBG 2023 akan mendongkrak kredibilitas Bali di mata dunia. Dengan begitu, kunjungan wisatawan ke Bali juga akan meningkat.
"Awal datang seribu orang (delegasi WBG). Mereka bisa bawa ke negaranya, berita-berita bagus. Seribu itu bisa jadi 10 ribu (orang wisatawan) yang datang ke Bali. Toh juga, kalau pembiayaan dari negara, duitnya nggak ke mana-mana. Masih tetap di Indonesia," tandasnya.
Wakil Ketua I DPRD Bali I Nyoman Sugawa Korry juga menyebut potensi perputaran dana hilang dengan batalnya WBG 2023 di Bali. Dia berpendapat pemerintah pusat seharusnya berani menggelar WBG di Bali.
Menurut Sugawa Korry, ajang WBG memang harus mendapatkan pembiayaan dari pemerintah pusat. Alasannya, perhelatan WBG tidak ada dalam anggaran Pemerintah Provinsi Bali. Kalaupun harus dianggarkan, setidaknya butuh waktu setahun.
Selain itu, perhelatan WBG 2023 diperkirakan akan menelan biaya sebesar Rp 500 miliar lebih. Jumlah tersebut di luar kemampuan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Bali. "(Anggaran untuk perhelatan WBG 2023) tidak ada. Jadi, dipasang pun di dalam APBD, yang saya ketahui ya belum ada. Harus dianggarkan setahun yang lalu. Nggak bisa mendadak," kata Korry.
Koster Tak Mau Disalahkan
Gubernur Bali Wayan Koster tak mau disalahkan terkait pembatalan WBG 2023 di Bali. Ia menyatakan batalnya pesta olahraga pantai dunia itu karena pemerintah pusat belum menganggarkan biaya kepada Komite Olimpiade Indonesia sebagai panitia.
"Langsung kontak Ketua Panitia Pusat NOC World Beach Games 2023 Raja Sapta Oktohari. Beliau menyampaikan dibatalkannya pelaksanaan World Beach Games 2023, karena sampai saat ini panitia pusat belum mendapat alokasi anggaran dari pemerintah pusat," kata Koster dalam keterangan tertulisnya, Rabu (5/7/2023).
Koster mengaku tersudut lantaran dianggap sebagai penyebab batalnya helatan WBG 2023. Gubernur asal Desa Sembiran, Buleleng, itu pun tak ingin Pemprov Bali disalahkan terkait batalnya WBG2023.
"Pemberitaan yang menyudutkan Bali mundur sebagai tuan rumah World Beach Games 2023 dan disebut-sebut Pemerintah Provinsi Bali dalam hal ini Gubernur Bali sebagai penanggungjawab tidaklah benar," kata politikus PDI Perjuangan itu.
Menpora Bantah Terkait Anggaran
Sementara itu, Menteri Pemuda dan Olahraga Dito Ariotedjo menyesalkan pembatalan Bali sebagai tuan rumah WBG 2023. Ia membantah pembatalan itu terkait anggaran dari pemerintah yang tidak cair.
"Tidak benar (karena masalah anggaran yang tidak turun dari pemerintah)," kata Dito, Rabu (5/7/2023), seperti dikutip dari detikSport.
Menurut Dito, sejak awal Indonesia selalu mendukung dan siap menjadi host berbagai event internasional, termasuk di bidang olahraga. Ia berharap ajang WBG dapat meningkatkan gairah ekonomi lokal pasca pandemi COVID-19.
"Pemerintah sedari awal dilaporkan NOC Indonesia akan menjadi tuan rumah, langsung meminta NOC Indonesia agar melakukan perencanaan dan persiapan seefektif dan efisien mungkin. Karena memang NOC Indonesia yang mengajukan Bali sebagai tuan rumah," imbuhnya.
Dito menjelaskan Indonesia juga akan menjadi tuan rumah Piala Dunia Dasket bersama Jepang dan Filipina. Menurutnya, persiapan sebagai tuan rumah Piala Dunia Basket sudah lebih dari dua tahun sehingga lebih matang.
"Sekali lagi, mewakili pemerintah, Kemenpora sangat menyayangkan pembatalan event ini. Namun kami juga memastikan sangat siap dalam menyambut event-event internasional ke depan seperti Piala Dunia bola basket FIBA, dan Piala Dunia U-17 FIFA," tandas Dito.
(iws/iws)