Ribuan Sopir Taksi Online Diminta Bermain Cantik untuk Hindari Konflik

Denpasar

Ribuan Sopir Taksi Online Diminta Bermain Cantik untuk Hindari Konflik

Ni Made Lastri Karsiani Putri - detikBali
Senin, 26 Jun 2023 14:40 WIB
Koperasi Amerta Bumi Darma (ABD) bersama dengan anggotanya yang berasal dari Airasia Ride dan GoCar di Bali pada beberapa waktu lalu. (Dok. Ketua Koperasi Amerta Bumi Darma (ABD) Bagus Rai Indra)
Foto: Koperasi Amerta Bumi Darma (ABD) bersama dengan anggotanya yang berasal dari Airasia Ride dan GoCar di Bali pada beberapa waktu lalu. (Dok. Ketua Koperasi Amerta Bumi Darma (ABD) Bagus Rai Indra)
Denpasar -

Ketua Koperasi Amerta Bumi Darma (ABD) Bagus Rai Indra (45) buka suara terkait pemalakan sopir mobil pangkalan terhadap turis asal Singapura yang memilih menumpangi taksi online di Canggu, Kuta Utara, Badung, Bali. Bagus selalu menganjurkan anggotanya untuk bermain cantik untuk menghindari terjadinya konflik antara sopir taksi online dengan sopir pangkalan atau konvensional.

"Seandainya pun toh ada orderan online di area red zone atau yang ada pangkalan, saya suruh anggota untuk bermain cantik saja dengan buat janji ke tamu untuk berjalan keluar dari radius tersebut," kata Bagus kepada detikBali, Senin (26/6/202).

Ia menyebut Koperasi ABD saat ini menaungi 6 ribu sopir taksi online dari Airasia Ride hingga GoCar di Bali. Dari jumlah itu, sopir taksi online terbanyak berada di Denpasar dan Badung dengan jumlah mencapai 4 ribu pengemudi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bagus juga mengimbau agar sopir mobil online dan pangkalan untuk saling menghargai. Mengingat masing-masing memiliki tuntutan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Menurutnya, hal tersebut untuk menghindari adanya pengambilan penumpang langsung di depan driver transportasi pangkalan. Sehingga tak ada perasaan ketidaksukaan ataupun yang lainnya.

ADVERTISEMENT

"Saya contohkan, orderan online dari pagi bisa ada ribuan sedangkan translok (transportasi lokal) belum tentu dapat. Mereka jadi penonton melihat transportasi online yang wara-wiri menjemput tamu di wilayah mereka. Sehingga mereka bagaimana dan terusik," terangnya.

Ia menuturkan konflik antara sopir mobil online dan pangkalan telah terjadi sejak masa-masa Uber masuk di Bali pada 2015. Menurutnya, ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya konflik tersebut.
Salah satunya dikarenakan konsumen di Bali yang kini cenderung lebih memilih menggunakan jasa transportasi online, sebab saat ini segala hal telah memanfaatkan teknologi.

"Itu karena praktis, simpel, cepat dan tepat. Praktis, konsumen tinggal duduk di rumah, klik handphone, dan jemputan datang ke depan rumah. Cepat, driver yang disediakan banyak sekali dan mungkin di Bali untuk GoCar ada puluhan ribu jadi setiap sudut ada," ungkapnya.

Kemudian, sambung Bagus, dari segi harga pun tepat tanpa ada perubahan. Menurutnya, selama ini banyak keluhan dari konsumen ketika mendapatkan harga yang berbeda saat akan berangkat dan setelah sampai di tujuan.

"Sudah sering kejadian seperti itu dan kembali lagi itu adalah oknum. Tapi, malah mencoreng kredibilitas taksi konvensional," sebutnya.

Di sisi lain, Bagus menuturkan selama ini ABD selalu terbuka dan menyambut apabila ada sopir mobil online yang ingin bergabung.

Bahkan, sebelumnya Bagus sempat menjajaki salah satu beach club di Kuta, Badung, Bali yang selama ini memiliki transportasi konvensional yang menolak transportasi online.

"Silakan masih tetap konvensional. Tapi, alangkah baiknya bekali diri juga dengan akun online karena ke depan tidak menutup kemungkinan semua akan beralih ke online. Mereka welcome tapi, belum memberikan jawaban," ungkapnya.

Menurutnya, dari penjajakan tersebut diketahui rata-rata sopir tersebut menginginkan agar adanya zonasi. Di mana para sopir pangkalan saja yang dapat mengambil orderan di zona tersebut.

"Permasalahannya sekarang yang memberikan otoritas atau keputusan atas permintaan seperti itu bukan ABD. Tapi, pihak aplikasi. Aplikasi kan ada yang tidak suka dengan cara zonasi," ungkap Bagus.

Bagur membeberkan zona merah atau zona yang dilarang untuk penjemputan penumpang bagi sopir transportasi online, yakni di kawasan Canggu, Uluwatu, Pecatu, hingga Ubud.

Sementara itu, Bagus menerangkan selama ini ABD turut menganjurkan anggotanya agar dapat melengkapi diri dengan izin khusus Angkutan Sewa Khusus (ASK) atau kartu elektronik pengawasan ASK.

Menurutnya, ketika driver telah memiliki izin tersebut seyogyanya mereka dilindungi sesuai dengan pasal-pasal yang berisi dalam Permenhub Nomor 118 Tahun 2018 tentang Tentang Penyelenggaraan Angkutan Sewa Khusus dan Peraturan Gubernur Bali Nomor 40 tentang Layanan Angkutan Sewa Khusus Berbasis Aplikasi di Provinsi Bali.

"Kalau misalnya terjadi hal-hal penolakan atau intimidasi ke anggota, yang penting sesuai dengan prosedur SOP maka kami akan backup," terangnya.

Terkait adanya konflik dan gesekan-gesekan yang selama ini terjadi, Bagus berharap agar ke depannya tidak terjadi lagi hal serupa. Sehingga dapat terbentuk kelangsungan transportasi yang kondusif di Bali.

"Mungkin dari tarif saya harap pihak-pihak yang berkompeten dan punya otoritas seperti pihak aplikasi bisa menyesuaikan tarif, biar tidak terlalu rendah yang notabene yang dapat merangkul transportasi konvensional menjadi online dan kita menjadi satu wadah dengan tarif yang visible," harapnya.

Menurutnya, apabila hal tersebut dapat terwujud tentunya tak ada lagi konflik hingga gontok-gontokan di lapangan.

"Tidak ada lagi ketakutan driver yang bekerja mencari nafkah karena akan diusir dan mengatasnamakan desa adat. Atau ketakutan atas oknum-oknum seperti di kejadian kemarin (kasus pemalakan oleh sopir di Kuta)," imbuhnya.




(nor/gsp)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads