Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali merespons larangan mantan Presiden ke-5 Megawati Soekarnoputri untuk tidak menampilkan tarian Bali di hotel. Wakil Ketua PHRI Bali I Gusti Ngurah Rai Suryawijaya meluruskan kemungkinan yang dimaksud Megawati ialah tarian sakral yang tidak dipertontonkan di hotel.
"Tarian Bali itu ada dua jenis. Ada tarian Bali sakral yang harus dipertunjukkan di pura-pura atau tempat tertentu, ada juga tarian Bali nasional yang memang dipentaskan, seperti untuk penyambutan tamu-tamu negara," ujarnya kepada detikBali, Senin (19/6/2023).
Artinya, sambung Rai, Megawati tidak bermaksud melarang seluruh tarian Bali dipertontonkan di hotel. "Saya lihat kemarin tarian yang dipertunjukkan memang tarian yang boleh dipentaskan ke publik. Kalau tari Rejang, tari-tarian khusus itu yang tidak boleh di hotel," kata Rai.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
PHRI, lanjut dia, sudah memiliki data tarian mana yang boleh dan tidak boleh dipentaskan di hotel. "Kami sudah paham. Kami sudah tahu. Tari-tari yang selama ini disakralkan memang tidak kami pertontonkan di hotel," jelasnya.
Namun, Rai mengaku khawatir masyarakat mengira semua tarian di Bali dilarang dipentaskan di hotel seperti pernyataan Megawati. Ia juga khawatir malah tidak ada kebudayaan yang bisa dipertunjukkan di Bali dalam penyambutan tamu-tamu nasional maupun internasional.
"Justru nanti kalau nggak pakai tarian di Bali, tarian apa yang kami pakai? Nanti malah budaya luar yang masuk," tutur Rai.
Apalagi, jika tarian-tarian Bali dilarang untuk menyambut tamu di hotel, justru anak-anak muda di Bali tidak bisa bebas berekspresi dan berkreasi membawa budaya mereka.
Sebelumnya, Megawati meminta Gubernur Bali Wayan Koster untuk tidak lagi menggelar pementasan tari Bali di hotel. Dia beralasan tarian Bali akan terlihat secara fisik saja dan kehilangan jiwa seninya.
"Tadi di jalan saya bilang pada Pak Koster, tolonglah jangan tarian Bali dibawa-bawa ke hotel, saya tidak setuju," kata Megawati saat membuka Pesta Kesenian Bali (PKB) XLV di Denpasar, Bali, Minggu (18/6/2023).
Menurut Megawati, hal itu akan membuat seni tari kehilangan rohnya. Ia melihat saat ini tarian Bali hanya terlihat fisiknya dan kehilangan jiwanya. "Padahal itu mesti jadi satu, fisik dan jiwa," ungkapnya.
(BIR/nor)