Daun Padi Berubah Merah, Petani di Badung Dihantui Gagal Panen

Daun Padi Berubah Merah, Petani di Badung Dihantui Gagal Panen

Agus Eka - detikBali
Jumat, 16 Jun 2023 20:30 WIB
Pemilih lahan sawah di Desa Baha, Badung, tunjukkan padi berumur sepekan busuk di bagian akar, Jumat (16/6/2023). (Agus Eka/detikBali)
Foto: Pemilih lahan sawah di Desa Baha, Badung, tunjukkan padi berumur sepekan busuk di bagian akar, Jumat (16/6/2023). (Agus Eka/detikBali)
Badung -

Petani di Desa Baha, Kecamatan Mengwi, Badung, mengeluhkan tanaman padi menjadi merah sejak sepekan lalu. Mereka menyebutnya penyakit daun merah.

Petani pun terancam gagal panen lantaran mereka belum menemukan solusi. Petani menduga kerusakan tanaman akibat terserang penyakit.

"Padi sudah berumur dua minggu. Habis dikasih pupuk langsung memerah satu minggu lalu. Kurang tahu apa penyebab pasti, apa cuaca atau hama," ungkap Nyoman Kinilan (65), petani asal Banjar Busana Kaja, Desa Baha.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia mengaku punya lahan sawah seluas 24 are di kawasan Subak Lepud, Desa Baha. Beberapa daun padi di lahan itu rusak. Dia mengatakan jika padi sudah mulai kuning secara tidak merata, lama-lama akan merah kecokelatan.

"Setelah cokelat, padi busuk sampai ke akar lalu mati. Lahan sawah saya 24 are. Kalau sudah kena (penyakit), umur tanaman dua bulan saja mati," tuturnya, di Subak Lepud.

ADVERTISEMENT

Wayan Ngardi (56), salah satu ketua kelompok tani di Subak Lepud Desa Baha, mengakui beberapa lahan sawah petani setempat diserang penyakit. Ngardi tidak tahu penyebab pastinya.

Dia memprediksi kerugian akibat kemungkinan gagal panen Rp 8 juta. "Lahan yang saya tanami padi itu cuma 20 are. Hitungannya hasil panen per are sekitar Rp 300 ribu. Belum penghabisan dari traktor, tenaga tanam, bibit, habis Rp 2 juta," jelasnya.

Ngardi menyebut fenomena serupa pernah terjadi saat panen tiga bulan lalu, sekitar Maret 2023. Kali ini petani menghambat penyebaran dugaan penyakit padi itu dengan cara mengeringkan lahan sawah. Ia berharap ada solusi dari pemerintah atau instansi terkait.

"Kami optimis ada harapan. Padahal potensi gagal panen ini besar terjadi. Kami juga nunggu teman-teman petani lain, cari info obat apa yang cocok mengatasi masalahnya," pungkas Ngardi.




(nor/iws)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads