Sosok Juhrawiyah, Jemaah Calon Haji Usia 103 Tahun Asal Bali

Sosok Juhrawiyah, Jemaah Calon Haji Usia 103 Tahun Asal Bali

Tim detikBali - detikBali
Senin, 22 Mei 2023 08:30 WIB
Juhrawiyah, calon jemaah haji asal Bali, berusia 103 tahun. Usianya yang sepuh dipertanyakan, mengingat kondisinya masih bugar.
Foto: Juhrawiyah, jemaah calon haji tertua asal Bali. (Chairul Amri Simabur/detikBali)
Denpasar -

Juhrawiyah adalah salah satu jemaah calon haji tertua asal Bali. Usianya mencapai 103 tahun. Dia menanti puluhan tahun hingga akhirnya bisa berangkat ke Tanah Suci pada 8 Juni 2023.

Sosok Juhrawiyah ternyata di luar dugaan banyak orang. Fisiknya tampak jauh lebih muda dibanding usianya. Bahkan, sekilas perempuan kelahiran Kecamatan Raas, Kabupaten Sumenep, Madura, itu terlihat seperti berusia 70 sampai 80 tahunan.

Semula detikBali mengira dengan usia lebih dari seabad ini, Juhrawiyah mungkin calon jemaah haji yang akan menggunakan alat bantu atau kursi roda.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun perkiraan itu gugur. Sebab, saat dijumpai di rumah keponakannya, Jalan Anggrek Gang 1D, Kampung Kodok, Desa Dauh Peken, Kecamatan Tabanan, pada Minggu (21/5/2023), ia justru terlihat masih energik.

Perempuan kelahiran 1919 itu baru saja berjalan kaki di sekitar pemukiman sambil silaturahmi dengan para tetangganya.

ADVERTISEMENT

"Habis Subuh tadi saya sudah jalan-jalan sambil olahraga ringan. Minta maaf ke keluarga dan tetangga. Soalnya baru sekarang bisa. Kemarin manasik (haji). Habis manasik istirahat," tutur Juhrawiyah.

Juhrawiyah mengungkapkan kabar dirinya akan berangkat haji di 2023 datang dari Kanwil Kemanag Tabanan sekitar April 2023.

"Saya langsung doa. Sudah dipanggil (diundang) nama saya oleh Allah untuk berhaji," ujarnya dengan ekspresi ceria.

Apalagi Juhrawiyah sudah tujuh tahun menunggu kesempatan untuk menjalankan niatnya tersebut. Niatnya untuk naik haji sudah muncul saat ia berusia 80 tahun.

"Usia 80 tahun saya sudah adat niat ke sana (naik haji). Waktu itu saya belum cerita ke keluarga," sebutnya.

Dalam diamnya, Juhrawiyah sedikit-sedikit menabung hingga terkumpul uang Rp 25 juta sebagai modal awal. Uang itu ia peroleh dari pemberian para keponakannya maupun cucu-cucunya.

"Waktu menabung haji baru (saya) cerita ke keluarga," ungkapnya.

Awalnya, keluarganya kaget mendengar keinginan Juhrawiyah untuk naik haji. Sebab, keluarganya ragu dari mana ia akan memperoleh ongkos. Sementara sampai dengan usia sekarang, Juhrawiyah belum menikah sehingga tidak punya suami dan anak.

"Keluarga bertanya dapat uang dari mana. Saya ini kan tidak punya suami dan anak-anak. Tapi saya yakin. Mudah-mudahan Allah memanggil saya langsung. Kaget semua," kenangnya.

Kini setelah mengetahui ia mendapatkan kesempatan naik haji, Juhrawiyah bertambah semangat. Olahraga ringan rutin ia lakukan. Di saat yang sama ia berusaha mengikuti manasik haji.

"Sudah sepuluh hari ini ikut manasik haji. Sama hari ini, jadinya sudah sebelas hari," sebutnya.

Selain itu, ia juga berusaha menjaga kesehatan dengan mengonsumsi obat. Sebab hasil pemeriksaan kesehatan di laboratorium menyebutkan Juhrawiyah punya beberapa masalah seperti jantung, diabetes, dan kolesterol.

"Kalau kolesterol, iya saya pernah sakit. Pegal-pegal. Tapi jantung tidak merasakan. Sekarang ini rutin kontrol ke dokter dan minum obat. Doakan saya," imbuh Juhrawiyah.

Usia Juhrawiyah sempat diragukan di halaman selanjutnya

Ia pun menegaskan niatnya ke tanah suci semata-mata untuk beribadah. Kalaupun ada harapan atau doa yang hendak ia panjatkan hanya keluarganya diberikan keselamatan dan kesehatan.

"Mudah-mudahan bisa menyusul naik haji. Tidak ada yang lain. Kalau rezeki itu sudah tergantung Allah (yang mengatur)," tandasnya.

Usia Juhrawiyah Sempat Diragukan

Usia Juhrawiyah yang menyentuh 103 tahun sempat dipertanyakan. Banyak yang meragukan, mengingat sesepuh ini masih tampak bugar. Bahkan, ia dapat beraktivitas tanpa alat bantu.

Sabri (49), salah satu keponakannya sampai berulang-ulang menjawab pertanyaan petugas Kanwil Kemenag Tabanan dan Imigrasi soal usia Juhrawiyah. Harap maklum, tak sedikit yang meragukan usia lebih dari satu dekade Juhrawiyah.

"Banyak yang tanya (usia). Masa iya sih usianya segitu (103 tahun). Kan kami tidak mungkin (berbohong) karena sudah dibuktikan di KTP," ujarnya, Minggu (21/5/2023).

Juhrawiyah saat ini tinggal bersama Sabri di Jalan Anggrek Gang 1D, Kampung Kodok, Desa Dauh Peken, Kecamatan/Kabupaten Tabanan. Sehari-hari, Juhrawiyah menemani sang cucu, anak-anak dari Sabri.

"Banyak yang tidak percaya (Juhrawiyah), karena seumuran segitu (103 tahun) biasanya kan menggunakan kursi roda," tutur Sabri, seraya menjelaskan kesulitan membuktikan selain dengan KTP, mengingat berkas-berkas sang bibi di kampung asalnya, Madura, tidak ada.

Juhrawiyah, lanjut Sabri, pindah ke Bali sejak 2002 silam. Satu-satunya dokumen yang membuktikan usianya hanyalah surat pengantar dari desa di tempat tinggalnya semula.

"KTP bibi saya dibuat sesuai dengan surat pengantar waktu mengurus kepindahannya pertama kali di rumah saudara di Singaraja," ungkap Sabri, sembari menegaskan surat pengantar itu menyebut tahun kelahiran Juhrawiyah pada 1919.

Namun, Juhrawiyah belum menikah atau berkeluarga. Ia masih lajang hingga kini. Juhrawiyah juga kerap merantau ke beberapa daerah, dari rumah saudara yang satu ke rumah saudara yang lainnya.

"Dulu, lama di Yogyakarta. Kemudian pindah ke Jakarta. Sekarang di sini (Tabanan)," katanya.

Sebagai keponakan, Sabri mengaku bangga dengan Juhrawiyah yang bisa mengikuti ibadah calon haji. Apalagi, untuk berangkat haji antreannya cukup panjang. "Karena kan perlu waktu panjang. Bisa 25 tahun. Bisa 20 tahun," terang dia.

Dengan status lansia, sambung Sabri, seharusnya Juhrawiyah sudah berangkat haji sejak 2020 lalu. Toh, sang bibi sudah mendaftar sejak 2016 silam bersama Sabri dan istrinya, Atniyah (38). Hanya saja kala itu terjadi pandemi COVID-19.

"Waktu itu sudah siap. Bahkan, dijelaskan pakai pendamping. Cuma satu orang (pendamping). Anak, keponakan, atau menantu. Kalau sekarang ini tidak pakai pendamping," tandasnya.

Ada 159 lansia, di halaman selanjutnya

698 Jemaah, 159 Lansia

Kantor Wilayah Kemenag Bali mendapatkan kuota haji sekitar 698 jemaah calon haji dengan kuota cadangan 66 jemaah. Di antara jumlah tersebut, ada 159 lansia.

Kepala Bidang Haji dan Umroh Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kemenag) Provinsi Bali Nurkhamid mengatakan saat ini fokus untuk memberikan edukasi kepada peserta haji lansia. Mulai dari aturan-aturan baru di Arab Saudi hingga pendaftaran saudi visa bio.

"Di Bali ada 159 yang lansia, belum yang pakai kursi roda ada 34 orang. Ini kan semua harus dimitigasi, gimana mereka bisa melaksanakan haji dengan nyaman tidak kesulitan," kata Nurkhamid saat ditemui di Kantor Wilayah Kemenag Bali, Rabu (17/5/2023).

Nurkhamid menuturkan meskipun di Arab Saudi sudah ada petugas khusus jemaah lansia, namun ia ingin menguatkan di internal regu rombongan Bali itu sendiri. "Terus ini (edukasi) kami sampai 22 Mei," singkatnya.

Menurutnya, memberi edukasi itu tidak mudah. Pasalnya peserta harus tahu betul detail aturan untuk peserta.

Seperti edukasi hidup sehat, edukasi yang boleh dan tidak boleh dilakukan jemaah, menyeimbangkan kesehatan dan ibadah, dan pendaftaran saudi visa bio.

"Kami memberikan pembekalan kepada jemaah itu namanya manasik, itu sepuluh kali, dua kali di tingkat kabupaten, delapan kali di tingkat kecamatan. Itu nanti intinya fokus ibadah, tetapi walaupun ibadah kalau faktor-faktor lain tidak kami fahamkan, nanti mengganggu mereka dalam ibadah," jelasnya.

"Contoh, di Arab Saudi itu nggak boleh foto di depan Ka'bah, terus ada gambar wayang atau apa itu nggak boleh, bergerombol bawa poster itu nggak boleh. Nah itu harus dikasih tahu mereka tentang kebijakan itu, kebijakan transportasi di Arab Saudi juga mereka harus tahu," tutur Nurkhamid.

Lanjutnya, Nurkhamid mengatakan itu merupakan tantangan baru bagi Kemenag untuk mendaftarkan para jamaah ke aplikasi saudi visa bio. Pasalnya, verifikasi saudi visa bio ini harus menggunakan fisik jamaah tersebut. Meskipun dari Pemerintah Arab Saudi belum memberikan solusi.

"Apply visa itu sekarang ada namanya saudi visa bio, itu seluruh jemaah harus menginput data di aplikasi itu, dan itu nggak mudah. Kami sekarang sudah 98 persen dan aman lah. Ini secara nasional hal yang baru," ujar Nurkhamid.

"Tapi kami sudah siapkan keterangan-keterangan dari dokter bahwa mereka nggak bisa di input sidik jarinya (faktor usia) atau apa," imbuhnya.

Halaman 2 dari 3
(hsa/gsp)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads