Forum ASCC Bahas 4 Isu Prioritas, Dorong Kerja Sama Entaskan Kemiskinan

Forum ASCC Bahas 4 Isu Prioritas, Dorong Kerja Sama Entaskan Kemiskinan

Rizki Setyo Samudero - detikBali
Senin, 08 Mei 2023 20:17 WIB
Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy selaku ketua ASEAN Sosio-Cultural Community didampingi Sekretaris Jenderal ASEAN Kao Kim Hourn. (Rizki Setyo Samudero/detikBali)
Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy selaku ketua ASEAN Sosio-Cultural Community didampingi Sekretaris Jenderal ASEAN Kao Kim Hourn. (Rizki Setyo Samudero/detikBali)
Badung -

Forum ASEAN Sosio-Cultural Community (ASCC) ke-29 membahas empat isu prioritas. Adapun empat isu Pilar Sosial Budaya ASEAN yang akan diajukan saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN 2023, yakni inisiatif one health, jejaring desa ASEAN, perlindungan pekerja migran dalam situasi krisis, dan pekerja migran khususnya nelayan migran.

Hal itu diungkapkan oleh Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy selaku pemimpin sidang Dewan Menteri ASCC. Menurutnya, pembahasan isu prioritas itu sebagai upaya memajukan ASEAN yang inklusif dan tetap relevan dengan perkembangan isu global.

"Jadi nanti ada rekomendasi dalam pertemuan ini yang disampaikan kepada pimpinan KTT ASEAN. Karena sekarang ini keketuaannya Bapak Presiden, itu nanti akan kami sampaikan ke Bapak Presiden," kata Muhadjir dalam konferensi pers ASCC ke-29 di Nusa Dua, Bali, Senin (8/5/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Muhadjir menegaskan pentingnya kerja sama untuk memfasilitasi pemulihan pascapandemi COVID-19. Hal itu akan tertuang dalam gagasan one health sebagai salah satu upaya pembangunan komunitas ASEAN.

"Sehubungan dengan kondisi ASEAN yang memulihkan dari pandemi COVID-19, sidang mendukung prioritas Indonesia untuk memperkuat arsitektur kesehatan regional dan mendukung deklarasi pemimpin ASEAN tentang inisiatif One Health sebagai salah satu dokumen keluaran untuk diadopsi pada KTT ASEAN ke-42," jelasnya.

ADVERTISEMENT

Berikutnya, penguatan perlindungan sosial pekerja migran yang dalam situasi krisis juga menjadi prioritas utama ASEAN. Menurut Muhadjir, ASEAN berkomitmen untuk menjaga dan memperkuat ketahanan pekerja migran. Hal itu tercermin dari Deklarasi ASEAN tentang Perlindungan Pekerja Migran dan Anggota Keluarga dalam Situasi Krisis dan Deklarasi ASEAN tentang Penempatan dan Perlindungan Nelayan Migran.

"Ini juga menjadi isu termasuk Indonesia. Kita tahu bahwa banyak sekali migran kita di negara tetangga, yang nanti ditangani secara lebih terorganisir dan dalam scope regional," jelas Muhadjir.

Hasil penting lainnya di bawah Pilar Sosial Budaya adalah pembangunan desa dan pembentukan jaringan desa ASEAN atau ASEAN Village Network. Jejaring ini akan memungkinkan desa-desa se-ASEAN untuk saling bertukar pengetahuan dan menjajaki peluang kemitraan.

"Kita akan membangun jaringan desa-desa ASEAN, jadi kalau kita punya istilah one village one product, itu salah satu pengalaman baik yang sudah kita lakukan nanti tidak hanya kita lakukan itu untuk wilayah Indonesia tapi untuk kawasan ASEAN. Sehingga nanti ada jaringan desa-desa dari luar negeri, tadi saya sudah diberikan contoh one product one village-nya Vietnam saya lihat sudah bagus," jelasnya.

"Saya yakin diskusi kita hari ini adalah awal yang baik bagi Pilar Sosial Budaya untuk mencapai ASEAN yang tangguh, berkelanjutan, dan inklusif seperti yang kita cita-citakan," tandasnya.

Kerjasama Entaskan Kemiskinan Ekstrem

Muhadjir berharap negara-negara ASEAN lebih banyak membangun kerja sama, termasuk dalam menuntaskan kemiskinan ekstrem. Ia mengatakan percepatan penuntasan kemiskinan di ASEAN memerlukan komitmen dan kerja sama yang kuat dari berbagai pihak

"Tidak hanya ditangani secara negara, tapi kita akan membangun platform regional, termasuk penghapusan kemiskinan ekstrem," kata Muhadjir.

Forum ASCC bertema "Addressing Gaps dan Rethinking Pathways to Alleviate Povertu in ASEAN" juga membahas dan bertukar pandangan serta pengalaman terkait kebijakan pengentasan kemiskinan di ASEAN yang memperhatikan aspek kesetaraan gender, disabilitas, dan inklusi sosial (GEDSI).

"Sebagai pilar rakyat, saya percaya bahwa penting untuk menerjemahkan tema ASEAN Matters dan merefleksikan relevansi ASEAN bagi rakyat. Hal ini hanya dapat dicapai dengan memastikan inklusivitas ASEAN dengan benar-benar melibatkan, menghubungkan, dan mempertahankan kehadiran ASEAN di tingkat akar rumput, karena bagaimanapun mereka adalah orang-orang yang kita layani," tegas Muhadjir.

Sidang ASCC ke-29 dihadiri oleh Menteri Pilar Sosial Budaya ASEAN, di antaranya Menteri Brunei Darussalam, Laos, Malaysia, Filipina, Singapura, Sekretaris Jenderal ASEAN, serta pejabat perwakilan Menteri Thailand, Vietnam, dan Kamboja. Termasuk juga keterlibatan Wakil Menteri Solidaritas Sosial dan Inklusi Timor Leste Signi Chandrawati Verdial sebagai Observer yang menegaskan kembali dukungannya terhadap persiapan Timor Leste untuk bergabung dengan ASEAN.

Hasil pembahasan dalam pertemuan sidang ASCC ini akan disahkan oleh para pemimpin negara pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke -42 di Labuan Bajo.

Halaman 2 dari 2
(iws/BIR)

Hide Ads