Kasus kematian ratusan babi di Desa Bila, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng, Bali, diduga disebabkan virus Hog Cholera (HC) atau Classical Swine Fever (CSF). Ratusan ternak babi milik PT Anugerah Bersama Sukses (ABS) itu mati secara bertahap.
Dari 1.600 ekor babi yang dipelihara perusahaan, yang mati sekitar 400 ekor babi. Kasus kematian tersebut terjadi dalam periode Januari hingga Maret 2023.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sisa babi yang masih sehat lainnya telah dijual (oleh perusahaan) karena kondisinya dinyatakan masih layak untuk dikonsumsi," kata Kepala Distan Buleleng I Made Sumiarta, Minggu (7/5/2023).
Sumiarta menjelaskan sebelum ratusan babi tersebut mati, pihak perusahaan mengaku sempat mendatangkan bibit babi dari luar Buleleng. Setelah dipelihara, babi tersebut mengalami diare dan tidak nafsu makan hingga akhirnya mati. Babi yang mati itu diindikasikan terjangkit virus HC.
"Kondisi sekarang di kandang sudah tidak ada babi yang dipelihara karena dari pihak perusahaan masih takut terjadi seperti kejadian bulan kemarin," jelasnya.
Terkait kejadian ini, Sumiarta meminta pelaku usaha ternak untuk rutin membersihkan kandang, termasuk dengan menyemprotkan desinfektan. Selain itu, asupan vitamin serta langkah pencegahan seperti vaksinasi terhadap ternak juga dianjurkan.
"Hingga saat ini sesuai dengan monitoring rutin yang dilakukan Distan Buleleng masih belum ada laporan kematian lagi dari peternak babi, baik skala besar dan skala kecil yang dominan memelihara bibit babi lokal Buleleng," jelasnya.
Ia berharap seluruh peternak di Buleleng selalu menjalin komunikasi dengan Distan Buleleng. Menurutnya, peternak bisa berkoordinasi dengan Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan) di masing-masing kecamatan.
"Ternak babi Bali merupakan sektor andalan dalam penjualan keluar daerah. Jangan hanya karena penyakit ini menjadikan pengiriman dalam daerah atau keluar bisa terhambat," pungkasnya.
(iws/efr)