Satu per satu bus yang mengangkut para santri datang terlambat karena kondisi jalan Denpasar-Gilimanuk yang macet. Orang tua para santri dengan sabar menunggu, menjemput anak mereka masing-masing.
Saat berjumpa di terminal kedatangan Angkutan Antarkota Dalam Provinsi (AKDP), tampak anak-orang tua saling melepas rindu setelah setahun tak bertemu. Ada pula santri yang pulang setelah dua tahun absen.
Muhammad Kadafi (17) mengaku senang akhirnya bisa pulang ke Bali bertemu keluarganya di Denpasar. Dalam rangka libur Lebaran ini, Dafi memilih beraktivitas di rumah melaksanakan kewajiban seperti yang diamalkan di pesantren.
"Jadi liburannya sama teman-teman di Denpasar itu paling sebentar saja. Lebih banyak di rumah ketemu orang tua. Sungkem sama orang tua," ungkap Dafi.
Berbeda dengan Dafi, Puspita Dewi Lestari (17) justru baru bisa pulang tahun ini setelah dua tahun berada di Pesantren Darussalam, Banyuwangi. Ia mengaku akan banyak berada di rumah untuk manfaatkan waktu kumpul dengan orang tua.
"Kalau tidak salah balik ke pondok ke Banyuwangi sekitar 13 Mei. Ya untuk libur Lebaran ini ada liburan, tapi lebih banyak di rumah seperti biasa. Kegiatan di pondok harus tetap diamalkan," kata orang tua Puspita, Sujono (57) dan Sudiantari (53).
Ketua Alumni Asuhan Darussalam Blokagung Denpasar Badung Gianyar Tabanan (Sarbagita), Dimas Tegar menjelaskan kepulangan 400 santri dari beberapa daerah di Bali ini terkoordinasi dengan jumlah besar.
Kerja sama dengan pihak Terminal Mengwi pun dilakukan mempertimbangkan sisi keamanan, disiplin, dan ketertiban atau keselamatan para santri.
"Jadi ini sudah kerja sama yang ketiga dengan Terminal Mengwi untuk kepulangan santri. Memang sempat ada usulan untuk menurunkan santri di tempat lain. Tetapi pertimbangan keamanan, disiplin, dan ketertiban kepulangan, kami pilih di terminal," jelas Dimas Tegar.
Dia mengungkapkan kepulangan 400 santri putra-putri ini dilakukan lebih awal karena telah memasuki masa libur Hari Raya Idul Fitri 1444 Hijriah selama satu bulan. Para santri akan kembali ke Banyuwangi pada 16 Bulan Syawal.
"Jadi Bali adalah gelombang pertama untuk kepulangan," imbuh Dimas.
Sementara itu Koordinator Satuan Pelayanan Terminal Tipe A Mengwi Made Ardana mengakui kerja sama memfasilitasi kepulangan santri Darussalam, Banyuwangi sudah masuk tahun ketiga.
Sejumlah personel disiagakan untuk membantu mengatur kedatangan dan pengaturan lalu lintas serta parkir di terminal.
"Setelah saatnya berangkat kembali ke Banyuwangi bulan depan, dilakukan di terminal lagi. Kami memfasilitasi dari sisi kenyamanan penjemputan karena tempat memadai untuk drop penumpang. Nanti juga ada pengawalan kepolisian dari terminal sampai Gilimanuk," pungkas Ardana.
(BIR/iws)