Dinas Kesehatan mencatat 29 kasus demam berdarah dengue (DBD) selama periode 1-3 Maret 2023 di Kota Denpasar, Bali. Angkanya di atas 10 persen kasus DBD per Februari 2023 yang sebanyak 236 kasus dengan satu kasus kematian.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Denpasar Anak Agung Ngurah Gede Dharmayuda merinci ada tiga kasus di Denpasar Barat, enam kasus di Denpasar Utara. Lalu, empat kasus di Denpasar Timur, dan 16 kasus di Denpasar Selatan.
Karenanya, Anak Agung menuturkan Dinas Kesehatan akan menggencarkan penyemprotan fogging, khususnya fogging ULV pada bulan ini. "Kami juga mencoba terobosan lainnya, yaitu wolbachia," ujarnya, Minggu (5/3/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wolbachia adalah bakteri dalam tubuh serangga melalui teknologi yang berfungsi menurunkan virus yang disebabkan nyamuk aedes aegypti.
"Mudah-mudahan ini bisa memberikan harapan buat kita semua. Tapi bukan berarti kita harus mengabaikan semua protokol pencegahan DBD. Protokol pencegahan DBD itu tetap harus dilaksanakan," lanjut Anak Agung.
Sebab, ia melanjutkan tingginya kasus DBD juga dikarenakan faktor abainya masyarakat terhadap kebersihan lingkungan. Ditambah dengan cuaca yang tak menentu, seperti hujan, yang mengakibatkan banyak genangan air.
"Sekarang, saya hanya bisa mengimbau masyarakat agar waspada pada rumah dan lingkungan masing-masing. Kalau manusia tidak peduli dengan lingkungannya sendiri, ya kesehatannya akan terancam," terang Anak Agung.
Selain itu, tak jarang juru pemantau jentik (jumantik) tidak dapat menyentuh setiap rumah warga karena kondisi rumah sepi ditinggal pemiliknya bekerja dari pagi hingga sore. Saat ini tercatat ada 476 jumantik yang tersebar di Kota Denpasar.
"Jumantik sudah kami kerahkan untuk masuk ke rumah-rumah, tapi masyarakat juga harus tetap ikut membantu. Saya merasa masyarakat masih abai. DBD bukan tanggung jawab mereka (pemerintah atau jumantik). (Pola pikir) yang harus kita ubah," imbuhnya.
Anak Agung menegaskan peran serta masyarakat sangat penting karena mereka sendiri yang menjadi objek dalam situasi peningkatan kasus DBD. "Sehingga, anggaran dapat bisa digunakan untuk program yang lebih bermanfaat. Tak hanya sibuk mengurus DBD saja," jelasnya.
Adapun, pada tahun ini, Dinas Kesehatan Denpasar telah mengalokasikan anggaran Rp 1,6 miliar untuk keperluan obat-obatan DBD. Dengan gaji jumantik dianggarkan Rp 500 juta per bulan.
(BIR/irb)