Pelukis asal Denpasar I Wayan Hendrawan mempunyai cara unik dalam aplikasi penggambaran yakni menggunakan abu vulkanik. Tercetus ide melukis menggunakan abu vulkanik setelah ia mengikuti pameran lukisan di Jakarta.
Saat itu, ia kebetulan membawa sembilan lukisan bertema gunung berapi yang meletus. Hasratnya melukis menggunakan abu vulkanik semakin menjadi pasca bencana alam Gunung Semeru yang meletus pada tahun lalu.
"Setelah itu terjadi Gunung Semeru meletus. Saya merasa aneh saja kenapa kok melukis sembilan gunung ini berbarengan kejadian Gunung Semeru," katanya kepada detikBali, Minggu (26/2/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Pria yang juga berprofesi sebagai tukang tato tersebut kemudian melelang tiga lukisan hasil pameran untuk didonasikan kepada korban letusan gunung Semeru. Dana yang didapat dari lelang mencapai Rp 59 juta.
Sebagai gantinya, ia meminta Walhi sebagai perantara pemberian donasi membawakan lima kilogram abu vulkanik bekas letusan Gunung Semeru.
"Teman-teman membawa abu vulkanik untuk kenang-kenangan. Abu ini saya manfaatkan sebagai media lukisan, sebagai pewarna," ungkapnya.
Sejak saat itu, Wayan Hendrawan mulai mendalami teknik melukis menggunakan abu vulkanik dengan modre art. Modre adalah salah satu seni kaligrafi yang menyerupai rerajah tradisional Bali.
Jro Apel sapaan akrabnya, menceritakan ia bahkan telah meminta restu kepada gurunya untuk melukis dengan teknik modre art.
"Setiap orang yang membuat itu pun harus ada kualifikasinya, tidak bisa sembarangan. Kebetulan saya sudah melakukan prosesi seperti pewintenan dan sudah direstui guru," terangnya.
Wayan Hendrawan menjelaskan semua lukisan yang dibuat menggunakan abu vulkanik dan teknik modre art memiliki makna tersendiri.
"Bahasa yang tertulis tidak bisa dibaca karena seperti aslinya kalau modre itu kan sebenarnya tidak bisa dibaca cuma si pembuat saja yang ngerti. Karena bagian-bagian dalam aksara Modre itu ada huruf-huruf yang sakral," ujar Wayan Hendrawan.
Wayan Hendrawan menambahkan satu lukisan dari abu vulkanik mempunyai waktu penyelesaian yang berbeda-beda menyesuaikan mood menggambarnya.
"Kalau pas dapat ide bagus, moodnya bagus bisa satu setengah hari sudah jadi yang ukuran 1Γ1 meter. Tapi kalau nggak mood bisa dua minggu bisa satu bulan," ucapnya.
Bapak tiga anak ini mengatakan lukisan-lukisan abu vulkanik yang dimilikinya kini sudah berjumlah puluhan. Hendrawan menyebut ada lukisan-lukisan yang laku sampai puluhan juta.
Total karyanya saat ini berjumlah 20 lukisan. Ia juga berencana akan membuat pameran.
"Ada yang terjual itu Rp 45 juta. Saya lepas kepada kolektor dan kebetulan merupakan langganan. Untuk yang termurah itu ukuran kecil itu Rp 3 juta," ujar Hendrawan.
(nor/hsa)