Sebanyak 20 orang pedagang yang berjualan di Pasar Anyar Singaraja mendatangi Kantor DPRD Kabupaten Buleleng. Mereka mengeluh tidak diperbolehkan lagi menggelar lapak tumpah karena adanya kebijakan dengan penataan area pasar oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Buleleng.
Koordinator Pedagang Pasar Tumpah Pasar Anyar Singaraja Ketut Suartika mengatakan ada sebanyak 150 pedagang pasar tumpah kehilangan mata pencariannya. Mereka sebelumnya menggelar lapak tumpah di area Pasar Anyar Singaraja, tepatnya di seputaran Jalan Sawo, Jalan Durian dan Jalan Semangka.
Mereka sudah tidak berjualan sejak sembilan hari yang lalu tepat sebelum kedatangan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Pasar Anyar Singaraja.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Untuk yang dipindahkan ke atas itu kan yang punya los, sedangkan untuk pedagang pasar tumpah ini rata-rata tidak punya los," kata Suartika saat ditemui detikBali, Jumat (10/2/2023).
Menurutnya rata-rata pedagang pasar tumpah berjualan ikan segar, daging ayam hingga kuliner. Mereka sudah berjualan di tempat tersebut puluhan tahun.
Mereka pun meminta agar diperbolehkan berjualan lagi sebab sudah lebih dari seminggu tidak berjualan. Akibatnya pedagang pasar tumpah tidak mendapat penghasilan sama sekali.
"Kami meminta agar diperbolehkan lagi berjualan, kami khawatir karena ini bicara masalah perut," pungkasnya
Sementara itu, Ketua DPRD Kabupaten Buleleng Gede Supriatna mengatakan tujuan dilakukannya penataan pasar untuk menata kondisi Pasar Anyar yang dinilai kurang tertib dan kumuh agar lebih bersih dan tertata. Kemudian terkait tuntutan para pedagang, ia mengaku akan segera berkomunikasi dengan pemangku kebijakan untuk mencarikan solusi terbaik.
"Baik jangka panjang maupun jangka pendek yang akan dilakukan sehingga para pedagang dapat berjualan lagi secara tertib dan rapi pasca penataan pasar anyar," kata Ketua DPRD Kabupaten Buleleng saat ditemui, Jumat (10/2/2023).
(nor/bir)